Villa di Bogor

Sesuai apa yang diminta Mama Ajeng, dr. Pram dan Laras berangkat esok harinya menuju villa keluarga Aryatama yang ada di Bogor. Mereka diantar Pak Maman, dan sopir keluarga Aryatama itu kembali balik ke rumah meninggalkan dua orang itu berdua saja di villa.

Laras tidak menyesal berada di sini karena suasana dan cuaca di villa ternyata sangat sejuk dan menenangkan. Tidak ada orang lain di villa itu, hanya mereka berdua. Laras sempat takut, tetapi melihat sekelilingnya ada bangunan villa yang lain dan tadi sempat bertemu dengan beberapa orang yang berjalan kaki, Laras sedikit tenang.

"Mas mau makan sekarang?" tanya Laras ketika mereka memasuki kamar di sana. Petang sudah menjemput dan sebentar lagi akan masuk waktu maghrib.

"Kamu bisa masak?" tanya balik dr. Pram sambil memilah pakaiannya.

Laras mengangguk, "bisa. Mau dimasakin sekarang?"

Dokter Pram mengangguk. Laras bergegas membersihkan diri sebentar dan keluar dari kamar menuju dapur. Ia membuka lemari es kecil yang ada di sudut ruangan. Ternyata Pak Maman sudah mengisi dan menyiapkan beberapa keperluan dapur. Ya, orang-orang kaya seperti mereka memang sudah tentu sangat mudah mempersiapkan ini semua.

Hampir tiga puluh menit Laras berkutat di dapur kecil itu. Memasak nasi, beberapa menu lauk dan juga membuatkan sedikit cemilan untuk mereka. Karena setelah beberapa kali mengobrol dengan Mama Ajeng, Laras mengetahui sedikit tentang sang suami. Dokter Pram ternyata suka mencari cemilan di jam 9 malam sebelum tidur.

"Wangi sekali!"

Laras tersentak kaget memegangi dadanya. Menoleh dengan netra memicing pada dr. Pram yang menatapnya dengan alis terangkat. Pria itu berdiri beberapa langkah dari posisi Laras yang sedang menghadap kompor.

"Bisa gak Mas Pram kalau datang-datang itu jangan ngagetin? Saya ini orangnya kagetan," ucap Laras berkacak pinggang dengan salah satu tangannya, sedang kepalanya sedikit mendongak menatap dr. Pram yang menatapnya datar tanpa ekspresi. Sial, tubuhnya yang pendek ini sangat kontras dengan tubuh tinggi dr. Pram.

"Saya nggak ngagetin kamu. Langkah saya bahkan terdengar. Kamu saja yang penakut!"

Laras mengumpat dalam hati. Tidak mau meladeni pria itu lagi Laras segera menyelesaikan masakannya dan menghidangkannya di meja makan yang terdapat 4 kursi di sana. Meja makan berukuran sedang, yang cukuplah untuk mereka berdua.

"Enak!" ujar dr. Pram ketika mereka menyantap makanan buatan Laras.

Laras mengangguk saja. Kalau urusan masak, Laras sudah khatam karena ia memang senang sekali di dapur dan belajar banyak hal bersama Tante Suci. Laras juga kadang suka bereksperimen sendiri dengan masakannya setelah menonton channel youtube atau acara masak.

Malam telah menjemput peraduan. Laras berdiri di balkon kamar. Menatap keindahan langit Bogor dengan senyum kecilnya. Entah kenapa menatap bintang yang bertabur di langit sana, membuat Laras merindukan orang tuanya. Sudah lama sekali rasanya, 20 tahun. Ya 20 tahun sejak kepergian orang tuanya. Rasa sedih, takut, dan putus asa itu masih membekas diingatannya ketika kabar kepergian orang tuanya sampai ke telinganya.

"Mama ... Papa ... berbahagialah disana, tunggu dan jemput Laras nanti!"

Kain tebal dan hangat itu menyelimuti bahu Laras yang hanya mengenakan sebuah gaun tidur selengannya. Laras menoleh dan bertemu Pandang dengan dr. Pram yang tetap saja dengan ekspresi datarnya. Laras mengeratkan selimut yang disampirkan oleh dr. Pram tadi ke tubuhnya.

"Dingin!" ujar dr. Pram mengkonfirmasi tindakannya itu.

Laras hanya mengangguk. Keduanya berdiri bersisian memegang tralis balkon. Saling diam menatap jelaga malam dan langit bertabur bintang. Lama keduanya saling diam, hingga Laras membuka suaranya.

"Mas Pram, maaf kalau Mas harus menikahi Laras karena para orang tua," ucap Laras tanpa menoleh pada sang lawan bicara.

dr. Pram menghela napas, "bukan karena mereka. Saya yang meminta kamu pada Papa Lukman. Saya yang harus meminta maaf karena membawa kamu menjadi istri saya ...."

"Kenapa?"

"Permintaan terakhir Naina ...."

"Aku mengerti."

...Bersambung.......

Terpopuler

Comments

faridah ida

faridah ida

semoga nanti dr Pram bisa mencintai Laras seperti mencintai almarhum istrinya...

2024-07-17

1

Yus Warkop

Yus Warkop

oh jadi permintaan alnarhum istrinya , semoga dr pram lama" mencintai laras

2024-07-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!