Ruang Pak Dokter

Sudah hampir satu bulan sejak malam dimana Laras meminta dr. Pram memenuhi haknya sebagai istri. Setelah satu malam itu, mereka tampak masih canggung, dan lambat laun Laras mulai bisa beradaptasi baik dengan sikap maupun kebiasaan dr. Pram.

Laras dapat shift malam lagi minggu ini. Ia sudah merampungkan pekerjaannya, dan sedang mengobrol bersama Naomi. Mereka menunggu pergantian shift dan jam pulang.

"Laras!"

Laras dan Naomi menoleh pada suara itu. Naomi sudah menyenggol-nyenggol lengan Laras dengan tatapan menggoda rekannya itu.

"Iya, Dok?" tanya Laras setelah sadar dari keterkejutannya.

"Nanti pulang bareng Saya. Tunggu di ruangan Saya sebentar, setelah visit pasien nanti kita pulang." Dokter Pram seperti biasa berucap datar tanpa ekspresi.

"Iya, Dok." Laras menyahut dengan anggukan.

Seperti itu saja, dan pria itu berlalu kembali memasuki lift, menyisahkan keheningan di meja administrasi.

"Cie yang disamperin suami!" ujar Luna menatap Laras dengan geli. Menyadarkan keheningan mereka karena kehadiran Dokter Pram tadi.

"Tuh udah disamperin Pak Su jangan lemes lagi dong." Naomi mengusap bahu rekan kerjanya itu.

Laras mengendikkan bahunya dan mulai berbenah bersiap untuk pulang. Maka sesuai titah Dokter Pram, Laras menyambangi ruangan sang dokter di lantai lima.

Laras sudah pernah sekali memasuki ruangan pribadi pria itu minggu lalu ketika mereka memutuskan makan bersama di ruangan Dokter Pram. Sekarang Laras menyambangi ruangan itu untuk yang kedua kalinya saat ini.

"Permisi!" Laras membuka ruangan itu dan hanya hening. Ya, seperti yang Dokter Pram bilang tadi bahwa pria itu sedang ada visit pasien sebentar. Laras memutuskan duduk di sofa ruangan itu untuk menunggu sang suami.

"Rapi banget ruangannya," gumam Laras menyusuri setiap sudut ruangan dengan netranya.

Lalu netranya terhenti pada bingkai foto kecil yang tergantung di dinding, dimana terdapat potret seorang wanita cantik dengan dress biru lautnya. Laras mengulas senyumya walaupun terselip perasaan cemburu yang begitu seenaknya menyusup di dadanya.

Suara pintu yang dibuka menyadarkan Laras. Dokter Pram memasuki ruangan masih dengan snelli dokternya. Laras menahan senyum melihat pria itu amat tampan dan menarik di matanya dengan setelan dokternya itu.

Laras mengikuti gerak gerik Dokter Pram yang melepaskan snellinya dan duduk di kursinya dengan menyandarkan kepala dan netra terpejam. Pria itu tampak kelelahan. Ya, pasti sangat melelahkan dengan profesi kerjanya yang seperti itu.

"Capek ya, Mas?" Laras mendekati pria itu dan meletakkan tangannya pada bahu keras itu. Doker Pram tersentak dan membuka matanya menoleh pada Laras masih dengan tatapan datar milik pria itu.

"Aku pijitin sebentar," ujar Laras menjawab tatap Dokter Pram.

Pria itu diam saja yang Laras artikan setuju. Laras memijat pelan bahu dan bagian belakang leher sang suami, menekan bagian tegang karena aktivitas seharian yang pria itu lakukan.

"Ternyata pijatan kamu lumayan juga."

"Kalau untuk urusan mengurus suami Laras sudah banyak belajar dari Tante Suci ...."

"Oh ya? Terus kalau urusan yang lain sudah belajar belum?"

Laras menahan napas karena lengannya ditarik dan pria itu memutar kursinya hingga kini Laras jatuh terduduk di pangkuan pria itu. Laras menahan tubuhnya agar tak jatuh dengan berpegangan pada bahu Dokter Pram.

"Ur--urusan apa maksudnya, Mas?" Laras menatap netra tajam sang suami.

"Urusan menyenangkan suami!" sahut Dokter Pram berbisik di depan bibirnya.

Pipi Laras merona. Apalagi kedekatan tubuh mereka ini membuat ia dapat mencium aroma tubuh pria itu yag khas. Aroma parfum yang bercampur dengan aroma keringat pria itu mengusik penciuman Laras yang tiba-tiba saja membayangkan hal yang jorok.

"Ka--kalau yang itu Laras gak belajar," sahut Laras terbata dengan tubuh tersentak karena pinggangnya ditarik lebih menempel pada tubuh sang dokter.

"Mau mencobanya di sini?" tanya Dokter Pram mengelus pipi Laras dengan gerakan menggoda. Tatapan pria itu tajam mengintimidasi.

Laras menahan napas, kenapa pria ini diciptakan dengan begitu menggoda untuknya. Sial, kalau digoda seperti ini Laras murahan sekali dan gampang terpancing.

"Kalau ada orang gimana?" tanya Laras amat polos tetap menatap wajah datar sang suami.

Dokter Pram mengendikkan bahu, "palingan kita viral dan jadi gosip terhangat di rumah sakit ini."

"Ya sudah kita lakuin di rumah saja," sahut Laras tanpa sadar dan malah memancing seringai kecil di bibir Dokter Pram.

"Kamu juga menginginkannya ternyata!" bisik Dokter Pram, kali ini pria itu langsung menempelkan bibir mereka.

Laras membalas serangan pria itu dengan lebih baik dari sebelumnya, dia sudah belajar dari drama korea dan kegiatan malamnya beberapa minggu ini dengan Dokter Pram.

Ya, karena ternyata tubuh Laras dan sang dokter sama-sama saling menginginkan dan tidak dapat menahan desir itu ketika mereka berdua dalam satu ruangan yang sama seperti yang saat ini mereka lakukan.

"Pintunya!" ujar Laras ketika Dokter Pram hampir melepaskan seragam kerja yang Laras kenakan.

Tanpa kata Dokter Pram mengangkat Laras duduk di atas meja pria itu dan Dokter Pram berjalan ke arah pintu untuk mengunci ruangannya, setelahnya berjalan kembali ke tempat Laras berada yang masih menahan deru napas sehabis ciuman mereka.

"Gak ada CCTV di sini kan, mas?"

...To Be Continue .......

Terpopuler

Comments

Takdir Hidupku

Takdir Hidupku

Es balok lupa di colokin

2025-01-18

0

Suci Dava

Suci Dava

Si mertua jg bgtu, tau menantu jagain cucunya suruh bantu2, dah anak laki nya egois, pasti Laras jd bulan2an anak lakinya

2024-07-19

0

faridah ida

faridah ida

iya bener ,biar sih Pram kehilangan jatah nanti malam ...😂😂😂🤭

2024-07-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!