Merayu Pak Suami

"Kenapa ini keningnya, cucuku?" Mama Ajeng berseru panik melihat kening sang bocah yang terbalut plester luka dalam gendongan Laras yang duduk sambil menyemil kue.

"Jatuh kepentok meja, Ma. Lari-larian sama Sena," jawab Mbak Suci.

"Aduh punya cucu laki-laki memang pada aktif-aktifnya gini. Mama harus siap-siap nyetok obat sakit kepala takutnya ketika mereka sudah beranjak dewasa ada-ada saja ulah mereka ini," ujar Mama Ajeng dramatis mengurut kening. Laras dan kedua iparnya tertawa geli.

Laras sudah takut sekali loh dimarahin Mama Ajeng, tapi syukurlah mama mertua tidak memarahinya. Bagaimanapun Laras merasa bersalah karena keasikan mengobrol dan menyantap kudapan di dapur bersama dua iparnya ia malah melupakan Bagas yang bermain tanpa diawasi orang dewasa. Getar handphone di saku dressnya membuat Laras membuka benda itu dan mendapati pesan masuk dari Dokter Pram.

Saya sudah di rumah. Pak Maman sudah otw jemput.

Iya, Mas.

Sepuluh menit kemudian Pak Maman sampai dan Laras langsung beramitan pada ibu mertua dan kedua iparnya. Mbak Keyza mengecup kening Bagas dan berbicara pada Laras, "Pram sudah kubilangi dan kujelaskan. Jadi, kalau anak itu tetap marah-marah dan salahin kamu bilang sama kami ya ..."

Laras menggangguk, "iya, Mbak. Kami pulang dulu, assalamualaikum ...."

"Waalaikumsallam."

Mama Ajeng dan dua iparnya membalas salamnya dan melambaikan tangan pada Laras. Laras mengangguk dan kemudian mobil pun berlalu meninggalkan rumah sang mertua. Mobil itu melaju dan berhenti di depan teras rumah ketika berkendara hampir setengah jam karena waktu sudah sore sehingga jalanan mulai macet.

Laras masuk ke dalam rumah dengan Bagas yang langsung terbangun karena posisi tidurnya yang tak nyaman dalam gendongan Laras.

"Mam!" ucap bocah itu lirih.

"Eh udah bangun. Kita sudah sampai rumah sekarang," ujar Laras melangkah dan terhenti di depan tangga yang hendak membawanya ke lantai dua. Dokter Pram berdiri dengan tangan bersedekap masih dalam balutan kemeja yang pria itu kenakan tadi pagi.

"Mas!" sapa Laras dengan senyum tertahan gugup.

Dokter Pram tak menyahut dan menelisik Bagas yang sudah mengulurkan tangan meminta pria itu untuk menggendongnya. Netra pria itu memicing pada plester luka di kening putranya, lalu berpindah pada Laras yang memperlihatkan deretan giginya meringis.

"Luka kecil kok, Mas!" ucap Laras yang sepertinya salah, karena netra pria itu semakin menajam dengan tangan mengambil alih Bagas dari gendongan Laras.

"Luka kecil ya? Jadi kalau luka besar kamu senang?"

Laras menggeleng, "aku salah. Aku minta maaf karena sudah buat Bagas terluka."

"Karena sibuk bergosip bukan berarti kamu bisa lalai pada anak-anak yang mereka sendiri belum paham apa itu bahaya atau nggak," ucap Dokter Pram tajam lalu pergi menaiki tangga meninggalkan Laras yang memicingkan netra pada punggung pria itu penuh dendam.

"Dia kira aku bakal setega itu biarin Bagas terluka gitu. Aku juga sayang sama anakku, tapi hari ini emang lalai. Ck, dasar bisanya marah-marah aja gak bisa apa manis-manis dikit," gerutu Laras merengut berjalan menaiki tangga.

"Pasti sakit ya, Nak?"

Laras menyandarkan tubuh di kusen pintu memperhatikan Dokter Pram yang memangku putranya di balkon kamar mereka. Duduk dengan memberikan balita itu biskuit kesukaannya seperti biasa.

"Mama juga sempat nangis loh tadi, Pak Dok!" ujar Laras ikut duduk di samping Dokter Pram yang tidak menoleh sama sekali padanya.

"Akan, Mam ...."

"Iya, Sayang. Duh pinternya sudah bisa ngomong 'makan'," sahut Laras mencium pipi Bagas yang tersenyum senang.

"Maaf ya, Mas. Aku sadar sudah lalai hari ini dan aku juga takut banget tadi," ujar Laras dengan netra berkaca-kaca memegang lengan sang suami.

"Bahaya banget itu. Untung gak sampai robek, aku rasanya mau marah waktu Mbak Key cerita apa yang terjadi sama Bagas," ujar Dokter Pram tetap datar tanpa menoleh pada Laras.

"Iya, aku minta maaf. Maafin ya, Mas!" Laras menggoyang-goyangkan lengan Dokter Pram membujuk. Bagas yang ada di antara kedua orang tuanya itu tetap fokus pada biskuitnya sesekali menyodorkan suapannya pada Laras yang menggigit biskuit itu sedikit.

"Lihat nanti malam apa saya harus memaafkan kamu apa nggak ...."

Laras melotot. Berhenti memasang wajah memelas dan malah merenguti pria itu. Itu mah akal-akalan pria itu saja yang mau cari keuntungan.

"AKU BAKAL TIDUR SAMA BAGAS NANTI MALAM!"

...To Be Continue .......

Terpopuler

Comments

Sendyy

Sendyy

ngeri kali ketikan pesannya pak 🫢

2024-08-10

0

faridah ida

faridah ida

jangan suka merendahkan orang dr Linda , suatu saat nanti berbalik ke anda ...

2024-07-17

1

baper

baper

kurang dongss tambah lagi kaka hehe 🤩

2024-07-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!