Libur

Kini tepat satu bulan Laras bekerja dan kebetulan hari ini hari minggu dan minggu liburnya Laras. Jadi, dia sepagian tadi sudah sibuk di dapur meyiapkan sarapan karena Dokter Pram tetap ke rumah sakit karena bukan jadwal minggu libur pria itu.

"Mam ... Mam ... Ma ...."

Laras terkekeh geli, sesekali mengecup gemas pipi bulat Bagas yang duduk di kursi setnya. Balita itu ternyata punya jam bangun pagi yang teratur. Ia akan terbangun di jam 06.00 dan mengoceh tak jelas dan bermain di ranjangnya.

Ranjang balita itu sendiri di desain dengan perlindungan yang aman sehingga si balita tidak dapat turun jika tidak diturunkan oleh mereka orang dewasa.

"Selamat pagi, sayang!"

Laras menoleh pada sumber suara, sudah hendak tersenyum salah tingkah karena sapaan 'sayang' itu, tapi urung karena yang Dokter Pram panggil sayang itu adalah Bagas.

"Mbak Laras gak disapa juga, Mas?" ujar Bi Darti dengan senyum jahil.

Memang dasarnya wajah si dokter itu tanpa ekspresi, Dokter Pram menyapa Laras sekilas dengan wajah datarnya. Ck, gak ada romatins-romantisnya, jangan kalian harap itu akan terjadi.

"Pagi, Mama Bagas!" sapanya begitu. Ya, begitu saja gak ada kecupan seamat pagi ala-ala suami istri dan pengantin baru.

"Pagi, Pak Dokter," sahut Laras sambil menyodorkan susu hangat.

Laras bedecak tak habis pikir padahal sudah hampir sebulan loh mereka menikah, tapi ekspresi wajah pria itu tetap saja kaku padanya. Tidak ada senyum sama sekali.

Apa harus Laras daftarkan pria itu kursus belajar tersenyum, agar tidak kaku dan bisa sedikit tersenyum pada orang lain. Padahal senyum itu sebagai bagian dari ibadah juga kan.

"Mau dibekalin, Mas?" Laras menghidangkan nasi putih dan lauk pauk yang sudah ia masak. Ada beberapa menu lauk untuk mkan berat dan lauk untuk sarapan pria itu.

Dokter pram mengangguk. Satu lagi kebiasaan pria itu, selalu sarapan di pagi hari dengan sedikit nasi, dua potong telur rebus dan salad sayur. Katanya pria itu tidak kenyang jika hanya sarapan dengan dua tangkup roti.

"Bagas sudah sarapan?"

Laras mengangguk, "bangun tidur dia langsung kumandiin. Setelahnya kukasih susu sama rotinya seperti biasa."

Seperti itulah aktivitas pagi Laras sejak menjadi seorang istri dari Dokter Pram. Menjadi ibu dan istri yang melayani dan menyiapkan kebutuhan suami dan sang anak.

Satu lagi, Dokter Pram sangatlah disiplin dan teratur. Pernah sekali Laras lupa memasukkan barang pria itu ke dalam tasnya, dan pria itu merengut serta mendiaminya seharian itu. Gak marah-marah dan mengomel sih, tapi diamnya itu susah dimengerti oleh Laras.

"Halo, assalamualaikum, Ma!" sapa Laras ketika mengangkat panggilan telepon dari sang mertua.

"Waalaikumsallam, Nak. Hari ini kamu libur, kan?"

"Iya, Ma."

"Kebetulan kalau gitu. Hari ini Mama ada hajatan sedikit karena menang arisan. Kamu ke sini aja sama Bagas, ya!"

"Jam berapa, Ma?"

"Jam dua siang nanti. Nanti minta Pak Maman yang antar kalian!"

"Siap, Ma."

"Ya, sudah. Mama tutup teleponnya, ya. Assalamualaikum ...."

"Waalaikumsallam." Laras menutup telepon dan segera mengirim pesan pada Dokter Pram jika ia akan ke rumah sang mertua.

Tepat ketika jam menunjukkan angka 13.45, Laras berangkat bersama Bagas diantar Pak Maman. Ia datang lebih cepat karena takut waktu mereka terpotong di jalan.

Laras mengenakan dress berwarna maroon sebetis dengan bagian tangannya sepanjang siku. Bagas juga ia pakaian baju yang nyaman bagi balita itu.

Selama perjalanan menuju kediaman mertuanya ada saja yang diocehkan balita dua tahun itu. Bagas memang balita yang aktif dan ceria persis sepeti Mbak Naina.

"Yeayy kita sampai!" seru Laras ketika mobil mereka telah berhenti di halaman rumah sang mertua.

Bagas bergerak-gerak minta diturunkan dari gendongan Laras ketika mereka berjalan menuju pintu rumah. Laras menggeleng mencium pipi balita itu gemas.

Dia tahu seaktif apa balita itu dan tak bisa membiarkannya berlari-lari apalagi ada undakan tangga di teras rumah itu.

"Assalamualikum!"

Balasan seruan salam itu disambut dengan ceria oleh ibu mertuanya--Mama Ajeng.

Ruang tamu rumah itu sudah dibentangi denngan karpet dan diisi oleh beberpa orang ibu-ibu yng menatap Laras penasaran ketika Mama Ajeng mendekati dirinya.

"Gantengnya cucu Nenek!" Mama Ajeng mengecupi pipi Bagas dan Laras mencium tangan sang mertua.

Laras diajak sang mertua menyalami beberapa teman arisan Mama Ajeng dan dikenalkan pada teman-teman mertuanya itu.

"Sana ajak Bagas main dulu sama sepupu-sepupunya itu!"

Laras mengangguk mengiyakan ucapan Mama Ajeng. Menggendong Bagas dan membawa balita yang sebentar lagi berusia 3 tahun itu menuju ruang keluarga. Disana ternyata sudah ada Mbak Keyza dan Mbak Sinta, kakak-kakak perempuan Dokter Pram.

Laras disambut dengan senyum ramah meski mereka belum begitu akrab. Anak-anak Mbak Keyza dan Mbak Sinta sendiri sudah berusia 5 tahun. Bagas langsung berlari ikut kejar-kejaran dengan kakak-kakak sepupunya begitu Laras menurunkannya.

"Pram gak libur hari ini, Ras?" tanya Mbak Suci sambil menyemil keripik.

"Belum minggu liburnya, Mbak. Minggu depan jatah minggu liburnya," jawab Laras kaku.

"Pram gimana?" tanya Mbak Keyza yang sadar tadi terlihat sibuk menatap ponselnya kini menatap Laras penuh.

"Baik, Mbak."

"Duh kaku banget sih, Ras. Biasa aja dan santai aja sama kami," ujar Mbak Keyza dengan senyum yang mirip dengan senyum Mama Ajeng.

Diantara ketiga saudara itu memang yang mirip dengan Mama Ajeng hanya Mbak Keyza karena Mbak Suci dan Mas Pram sendiri lebih mirip dengan Papa mertua.

"Yah, Mas Pram kayak biasanya. Kaku dan tetap datar aja wajahnya, Mbak." Laras menjawab jujur.

Mbak Suci dan Mbak Keyza menggeleng dan mendengus bersamaan.

"Gak berubah emang dari dulu gitu aja lempeng banget si Pram itu. Kayaknya karena kebanyakan baca jurnal dan buku jadi males senyum tuh anak," ujar Mbak Suci mendengus yang dibalas anggukan setuju oleh Mbak Keyza.

"Anak-anak geulis bantui Bibi bentar, Sayang! Kayaknya Bibi kerepotan karena tamu Mama lumayan ternyata," ujar Mama Ajeng sambil lalu melewati mereka yang di ruang keluarga dan berjalan kembali ke ruang tamu dengan nampan berisi minuman.

Ketiga wanita itu mengangguk dan bangkit dari tempat duduk mereka menuju dapur.

Laras sempat menoleh ke tempat Bagas bermain bersama sepupu-sepupunya, agak sedikit lega karena balita itu anteng dan duduk bersama kakak-kakak sepupunya bermain mobil-mobilan.

...To Be Continue.......

Terpopuler

Comments

Sendyy

Sendyy

introvert dan dingin 🤭

2024-08-10

0

Yus Warkop

Yus Warkop

nikmat Rabbmu yg manakah yg kamu dustakan?

2024-07-13

1

Gendhuk sri

Gendhuk sri

harus atuh ras jatuh cinta ke suami sendiri

2024-07-13

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!