Perkumpulan Keluarga

Pagi minggu ini terasa hangat dan cerah dalam suasana keluarga dr. Pram. Mereka berkumpul di kediaman Paman Levin--adik Ayahnya untuk menyelenggarakan syukuran tujuh bulan kehamilan Mbak Kiran, sepupu Dokter Pram dari pihak ayah. Laras bersama Dokter Pram dan Bagas di gendongan ayahnya itu hadir saat semua keluarga telah ramai di kediaman Paman Levin.

Acara itu dihadiri keluarga besar dan beberapa kerabat dari kedua calon orang tua yang sedang melangsungkan acara ini. Laras mengamati semua keluarga besar dr. Pram dan merasa tidak menemukan orang yang ia kenal. Kemana Mbak Suci dan Mama ajeng ya? Laras mencari-cari dua orang itu, sedang Dokter Pram sudah berbaur dengan para pria.

Ketika Laras hendak ke dapur mencari Mbak Suci dan Mama Ajeng, Aulia muncul di hadapan Laras.

Aulia--adik sepupu yang masih menyimpan perasaan kepada Dokter Pram. Laras mengetahui ini ketika ia beberapa kali melihat Aulia yang sering mengunjungi rumah sakit menemui dr. Pram.

Auli menatap Laras tajam dengan tangan bersedekap. "Laras, belum juga memberi kabar baik, ya? Sudah berapa bulan menikah, belum hamil juga?"

Laras merasa tersinggung, tetapi berusaha menjaga ketenangannya. Belum sempat menjawab, Dokter Pram yang sibuk mengobrol dengan kerabat lain mengalihkan tatapan pada Laras dan Bagas ... yang telah tersungkur terjatuh di undakan tangga teras belakang.

Tanpa berpikir panjang, Dokter Pram menegur Laras yang malah sibuk berbincang dengan Aulia.

"Kenapa Bagas bermain sendiri? Lihat, dia terjatuh dan terluka!" Dokter Pram membawa Bagas yang menangis dalam gendongan pria itu.

Laras tertegun, merasa bersalah sebagai seorang ibu karena tadi sempat lengah. Laras hendak membuka suara, tapi tak ada kata yang keluar dari mulutnya.

Ketegangan pun mulai terasa. Orang-orang sekitar mulai menatap Laras dengan tatapan menilai. Mereka tahu bahwa Laras adalah adik sepupu dari almarhumah istri Dokter Pram.

"Laras seharusnya lebih memperhatikan Bagas," ujar salah seorang kerabat dengan nada menyalahkan.

Laras merasa tersudutkan dan terasingkan. Dia mencoba menjelaskan bahwa dia hanya sebentar berpisah dengan Bagas, tetapi suasana sudah memanas. Mbak Suci yang membawa beberapa kudapan ke ruang tamu itu, melihat keadaan tidak kondusif dengan cepat membawa Laras ke dapur untuk menenangkan diri.

"Sabar ya, Laras. Mereka hanya terlalu khawatir untuk Bagas," ucap Mbak Suci sambil memberikan secangkir teh hangat pada Laras. Mama Ajeng tidak ia temukan mungkin ada di kamar Tante Lena--ibu Mbak Kiran.

Laras tersadar bahwa situasi ini semakin menjauhkan dirinya dari keluarga Dokter Pram. Hatinya terasa berdenyut nyeri ketika dia merasa diperlakukan tidak adil. Bagas, setelah diobati oleh Dokter Pram, kini telah tenang bermain lagi di taman belakang diawasi pengasuh anak Mbak Suci.

Di tengah kegalauannya, Laras bertemu kembali dengan Aulia di dapur. Aulia dengan sinisnya berkata, "mungkin kamu tidak cukup baik untuk Mas Pram. Dia butuh seseorang yang lebih pengertian dan bisa menjadi ibu yang baik untuk Bagas."

Laras merasa kesal, tetapi mencoba untuk tetap tenang. "Aulia, saya tahu kamu masih menyukai Mas Pram. Tapi, tolong jangan campuri hubungan kami," ujarnya dengan lembut, tapi ada ketegasan di sana.

"Apa salahnya kalau aku menyukainya? Aku sangat tidak habis pikir bagaimana Mas Pram bisa memilih kamu, sedang aku sudah meminta dan bersedia menjadi ibu sambung untuk Bagas," jawab Aulia dengan nada tajam.

Laras semakin tak nyaman berada di rumah ini. Dia merasa seperti dikerumuni oleh masalah dari segala arah. Namun, dia juga merasa bertekad untuk tidak membiarkan kejadian ini menghancurkan hubungannya dengan Dokter Pram. Sudah dua kali dia lalai dengan Bagas dan merasa kemarahan pria itu kali ini cukup menakutkan.

Saat acara selesai, Laras dan Dokter Pram berpamitan lebih awal. Suasana di mobil amat begitu tegang dan Laras tahu sekarang saatnya ia diam dan menunggu kemarahan pria itu reda. Mereka sampai di rumah 30 menit kemudian dan Dokter Pram langsung membawa Bagas yang ada di pangkuan Laras masuk ke dalam gendongannya.

Laras mengikuti langkah pria itu hingga mereka tiba di kamar Bagas. Laras menghela napas, bingung dan merasa bahwa tak ada perkembangan dari hubungan mereka. Walaupun mereka tetap bersua dan saling menyentuh ketika malam hari, tapi setelahnya sikap pria itu tetap datar dan dingin tak tersentuh.

Laras masuk ke kamar mereka dan memutuskan untuk membersihkan diri. Setelah membersihkan diri dan merasa perasaannya lebih baik, Laras menyambar handphonenya dan tiba-tiba merindukan Tante Suci yang ada di Jogja. Dia rindu Jogja dan ketenangannya. Di sini dia tidak punya satu orang pun yang di sampingnya, semua keluarga Dokter Pram dan bahkan pria itu sendiri pun masih asing untuk Laras.

"Halo, assalamualaikum, Tante?"

"Ya, Allah. Waalaikumsallam, Ras. Ya ampun kamu gitu amat baru telepon Tante ya!"

Laras terkekeh, "maaf ya, Tan. Laras sibuk kerja tempat baru dan beradaptasi sama Jakarta."

"Ya sudah tak apa-apa. Gimana kabar kalian di sana?"

"Alhamdulillah baik, Tan. Tante sama Om sehat juga kan di sana?"

"Sehat, Ras. Gimana? Betah di Jakarta, sayang?"

"Masih adaptasi dan semoga betah ya, Tan."

"Semangat ya kerjanya. Titip salam untuk Pram dan cium sayang untuk cucu tersayangku!"

"Siap, Tante. Laras tutup dulu ya teleponnya. Assalamualaikum ...."

"Waalaikumsallam."

"Ada salam dari Tante Suci, Mas!" ujar Laras ketika melihat sang suami keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk terlilit.

Melihat tubuh atas pria itu yang tak tertutup pakaian membuat Laras menahan diri dan senyum. Sial, otaknya me sum sekali sekarang. Bisa-bisanya dia membayangkan menyentuh kembali otot-otot dada bidang pria itu.

"Hm!" sahut pria itu mengangguk singkat, berjalan menuju lemari pakaian.

Laras memperhatikan Dokter Pram yang membelakanginya menghadap lemari. Entah sadar atau tidak Laras sudah berjalan mendekat ke arah pria itu, dan berdiri di belakang tubuh tinggi tegap Dokter Pram.

"Mau kubantu carikan pakaiannya, Mas?" tawar Laras.

Dokter Pram berbalik dan tubuh keduanya saling berhadapan dengan jarak begitu dekat. Laras mendongak dan menelan ludah menatap netra tajam Dokter Pram yang memicing padanya.

"A--"

"Mas!" Laras terpekik karena tubuhnya ditarik dan dikurung oleh kedua tangan pria itu di antara lemari dan tubuh tinggi sang suami.

"Kenapa kamu mengenakan pakaian seperti ini? Ingin menggoda saya, hem?" bisik pria itu menunduk mensejajarkan wajah mereka. Meneliti gaun tidur tipis Laras yang berbahan satin dengan tali spageti yang tak menutupi bahu mulusnya.

Laras menggeleng, "i--ini hadiah dari Mbak Key ... Sayang kalau gak kepakai." Laras menjawab gugup, apalagi pria itu masih dengan handuk melilit pinggangnya. Duh, posisi mereka sangat tidak menguntungkan untuk jantung Laras yang murahan ini.

"Oh ya? Kenapa saya menganggapnya kamu seperti mau menggoda suamimu!" Laras terkesiap ketika jemari lentik dan kekar pria itu menyusuri leher hingga bahunya.

"Bu--bukannya gak apa-apa ya menggoda suami sendiri asal bukan suami orang lain!" Laras memekik setelah mengatakan kalimat itu karena tangannya terangkat ke atas oleh ulah Dokter Pram.

"Berani kamu menggoda suami orang lain?" desis Dokter Pram menatap tajam Laras.

Laras menggeleng gugup, "ngapain aku goda suami orang lain nanti aku viral di medsos dan kena hujat satu Indonesia," jawab Laras panjang dengan ringisan di bibirnya.

Dokter Pram mendengus, tidak tahu saja bahwa pria itu menahan seringai senyum karena ucapan ngelantur Laras yang panjang itu.

"Kamu berhasil menggoda suamimu kalau begitu!" Dokter Pram menghimpit tubuh Laras dan menyerang bibir sang istri. Laras yang sudah banyak belajar cara mencium dari pria itu membalas serangan bibir sang suami dengan menggebu.

"Mau lanjut?"

"Jangan ditanya bisa gak ya, Pak?" geram Laras menatap sebal Dokter Pram.

Pria itu menyeringai dan membawa tubuh mereka jatuh ke ranjang. Keduanya saling menyentuh dan melepaskan penghalang tubuh masing-masing, kembali saling mereguk madu dan berhenti ketika dua sesi yang mereka lakukan. Laras terbaring lemas dengan deru napas memburu menatap sedikit sebal pada pria yang berbaring di sampingnya.

"Dasar mesum kuadrat, katanya sekali aja tadi!" dengus Laras menjauhkan diri.

"Tubuhmu juga tidak menolaknya," sahut pria itu santai dan datar.

Laras mencibir dan memilih ke kamar mandi untuk membersihkan diri lagi sebelum malam menyapa. Ya, mereka melakukannya di siang hari saat Bagas malah asik di dunia mimpi, kedua orang tuanya asik dengan aktivitas sendiri.

...Bersambung.......

Terpopuler

Comments

Sendyy

Sendyy

Auli sok bget deh ngeselin 🫥

2024-08-10

0

Bunda Kenan

Bunda Kenan

kesel deh sma kluarga pram 😡

2024-07-18

1

Yus Warkop

Yus Warkop

lanjut

2024-07-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!