"Gak ada CCTV di sini kan, mas?"
Dokter Pram menggeleng berbohong. Padahal ada CCTV, tapi ia sudah mematikannya dengan tombol kecil di smart watch yang pria itu kenakan. Laras masih terduduk di atas meja pria itu dan kini Dokter Pram berdiri di hadapannya.
Laras menoleh pada barang-barang di atas meja pria itu dan ternyata ada satu bingkai di sana, terdapat potret Laras yang sedang menggendong Bagas. Dia tidak menyadarinya tadi. Kapan pria itu menaruhnya di sana, karena seingat Laras waktu pertama ia ke ruangan ini belum ada foto itu.
Dokter Pram mengambil bingkai foto itu dan beberapa lembar map kemudian menyimpannya di laci meja. Oh tidak ... apa meraka akan melakuannya di atas meja pribadi Dokter Pram? Yang benar saja itu tidak sopan, kan?
"Mas, kita mau lakuinnya di sini?" tanya Laras.
Dokter Pram tak menjawab dan langsung membungkam Laras kembali. Keduanya saling menikmati dan merasakan sentuhan masing-masing.
Ini hal baru buat Laras. Selama ini dia tidak pernah seintim dan sedekat ini dengan pria manapun.
"Emh ...."
Laras menahan suaranya, mengalungkan kedua lengannya pada leher sang suami, sedang pria itu sudah menyentuh bagian-bagian dari dirinya yang lain.
"Kamu lihat ini?"
Laras menggigit bibirnya dengan wajah memerah ketika suaminya itu memperlihatkan jemari pria itu yang basah.
Laras memalingkan wajah dengan wajah masih memerah. Lalu gerakan tangan pria itu yang menanggalkan pakaiannya membuat Laras menolehkan kepalanya kembali.
Laras merasa sangat kesal karena dirinya tanpa sehelai benang, tetapi pria itu masih berpakaian lengkap, hanya saja kemejanya yang sudah lepas kancing-kancingnya karena ulah tangan Laras tadi.
"Ini gak adil tahu gak? Mas Pram masih lengkap gini dan aku sudah seperti ini," ujar Laras mendelik kesal, menyoroti netra sang suami.
"Salah kamu sendiri!"
Laras hendak protes lagi, tapi tertahan rasa kagetnya karena tubuh mereka yang telah menempel tanpa jarak.
"Ternyata kamu agak sedikit cerewet ya," ujar Dokter Pram disela aktivitas yang mereka lakuan itu.
"Aku itu sebenarnya introvert, tapi karena suamiku kaku dan irit ngomong jadi aku yang harus cerewet," sahut Laras dengan terengah.
"Oh ya? Bagus kalau begitu karena saya malas ngomong!"
"Mas!" ujarnya tersendat.
Laras kelepasan mengeluarkan suaranya karena pria itu mempercepat gerakannya. Sial, lihatlah seringai di wajah datar Dokter Pram itu amat menyebalkan karena pria itu seakan mengejeknya.
"Menikmatinya, hm?" desis Dokter Pram menggoda lehernya dengan sentuhan.
"Mejanya gak akan ambruk kan, Mas?"
Dokter Pram memicingkan netranya tampak tak habis pikir dengan pertanyaan Laras itu. Masih sempat-sempatnya wanita ini berpikir akan meja yang ambruk saat mereka sedang saling menyatu. Benar-benar mengejutkan buat Pram.
"Kalau sampai ambruk, Saya bakal minta kamu untuk ganti rugi!" balas Dokter Pram memberi gigitan kecil pada titik sen sitif di bagian leher sang istri.
"Gak, Mas!" de sahnya tertahan.
Geraman tertahan dan deru napas saling memburu mengisi hening ruangan itu. Dokter Pram menyenderkan kepala di bahu Laras masih dalam posisi yang sama, saling berhadapan dengan bagian tubuh yang sudah terlepas.
"Harusnya kita pulang dan istirahat," gumam Laras menatap jam dinding di ruangan itu yang sudah menunjukkan angka 23.45.
Mereka benar-benar lupa diri. Apakah pengantin baru seperti mereka ini yang dimana ada kesempatan berdua akan saling menyentuh dan lupa situasi.
Dokter Pram memisahkan diri mereka. Membantu memunguti pakaian Laras dan membantu wanita itu mengenakannya kembali. Laras menahan senyum. Meski wajah pria itu tetap datar tanpa ekspresi, perhatian dan sikapnya kerap membuat Laras menahan senyum senangnya.
"Bukannya tadi kamu yang menggoda Saya dengan alasan ingin memijat," ucap Dokter Pram, tanpa Laras duga jika pria itu akan memfitnahnya dengan keji seperti itu. Laras menarik kembali pujiannnya untuk dokter kaku itu.
"Seingat aku, yang tarik-tarik aku tadi Mas Pram," sahut Laras kesal.
Wanita itu mengambil tasnya yang terletak di sofa dan berjalan menuju pintu keluar dengan kesal, diikuti Dokter Pram yang berjalan di belakangnya.
"Loh? Baru balik, Pram?" tanya seorang wanita dengan snelli putihnya di lengan kanan.
Laras yang hendak masuk ke lift menoleh ke belakang, dan mendapati Dokter Pram mengobrol dengan seorang perempuan yang Laras perhatikan memang dekat dengan pria itu.
"Hm!" sahut Dokter Pram singkat.
Laras memperhatikan keduanya yang kini ikut berdiri di belakang Laras menunggu lift terbuka, dan ketiganya masuk ke dalam lift yang sama ketika lift membuka.
Laras berusaha mengabaikan keakraban kedua orang itu, tapi tingkah si wanita amat mengganggu Laras karena wanita itu berdiri mepet sekali dengan Dokter Pram.
"Katanya istrimu juga kerja di sini, Pram. Dokter bagian apa dia?" tanya wanita itu yang membuat Laras menggeretakkan giginya kesal.
"Bukan dokter," jawab Dokter Pram santai.
Salah satu tangan pria itu tersimpan di kantung celana dan satunya lagi memegang tas kerjanya. Kalian tahu bagaimana posisi mereka? Laras di sisi kanan dan wanita itu di sisi kiri Dokter Pram. Kenapa pula liftnya lama sekali, membuat Laras geram satu lift dengan dokter wanita itu.
"Bukan dokter? Terus dia kerja di bagian apa?"
Untungnya denting lift berbunyi dan sudah terbuka. Laras buru-buru keluar mendahului dua orang itu.
Laras berdiri di teras rumah sakit dengan wajah cemberut. Setelahnya ia melihat Dokter Pram dan wanita tadi ikut berdiri di sampingnya beberapa langkah.
"Aku boleh nebeng pulang sama kamu gak, Pram?"
Laras yang mendengar itu langsung menolehkan pandangannya pada sang wanita dan keduanya tanpa sadar saling tatap, alis wanita yang masih berdiri di sisi Dokter Pram terangkat seolah bertanya kenapa. Laras langsung memalingkan wajah, bersedekap dada.
"Gak bisa!"
Senyum Laras langsung terkulum mendengar jawaban Dokter Pram itu, tapi mendengus mendengar ucapan pria itu selanjutnya.
"Tanya istri tuh ... dia mau gak nebengin kamu!" Dokter Pram mengendikkan dagu pada Laras yang masih berdiri bersedekap.
Wanita itu pun sadar dan tersenyum kikuk pada Laras, tapi ada tatapan menilai yang Laras dapati dari wajah wanita itu.
"Oh, hai!" sapa wanita itu lebih dulu.
"Hai!" Laras menjawab singkat.
"Kenalin, Linda Serafina!"
"Larasati!"
Wanita itu mengangguk, "aku minta jemput sopir aja. Salam kenal, Laras!"
Laras mengangguk saja. Dokter Pram tak acuh pada interaksi dua perempuan itu. Dokter itu tetap pada ekspresi tak terbacanya memainkan kunci mobil.
"Kami duluan kalau begitu!"
Linda mengangguk. Laras mengangguk singkat pada wanita itu sebelum mengikuti Dokter Pram menuju mobil pria itu. Linda menatap punggung Laras yang telah menjauh dengan tajam.
Linda tidak menyangka ternyata adik sepupu Naina itu tidak cukup cantik dibandingkan Naina sendiri. Lalu seragam yang wanita itu kenakan? Ck, cuma seorang staf administrasi. Linda mendengus dengan senyum mengejek.
...To Be Continue .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Lina Yulianti
diulang ini thor part sblmnya udah ada
2024-08-10
0
faridah ida
kalo bisa langsung tidur nyenyak aja di kamar Bagas ..../Joyful//Joyful//Chuckle/
2024-07-17
2
faridah ida
udah nanti malam jangan kasih jatah tuh sih Pram ....😆😆😆
2024-07-17
1