"Anak-anak geulis bantui Bibi bentar, Sayang! Kayaknya Bibi kerepotan karena tamu Mama lumayan ternyata," ujar Mama Ajeng sambil lalu melewati mereka yang di ruang keluarga dan berjalan kembali ke ruang tamu dengan nampan berisi minuman.
Ketiga wanita itu mengangguk dan bangkit dari tempat duduk mereka menuju dapur.
Laras sempat menoleh ke tempat Bagas bermain bersama sepupu-sepupunya, agak sedikit lega karena balita itu anteng dan duduk bersama kakak-kakak sepupunya bermain mobil-mobilan.
Benar apa kata Mama Ajeng ternyata teman arisan mertuanya itu lumayan banyak juga. Eh bukan teman arisan saja yang mertuanya undang, tapi teman-teman pengajiannya juga.
Laras, Mbak Suci, Mbak Keyza dan dua orang ART mertuanya itu bolak balik ruang tamu--dapur untuk menghidangan kudapan dan minuman. Namun, suara tangis keras Bagas membuat Laras yang hendak menyantap tahu goreng di dapur terhenti.
Wanita itu buru-buru berlari ke ruang keluarga diikuti Mbak Suci dan Mbak Keyza. Netra Laras membulat dan seolah darah ditarik dari tubuhnya melihat darah mengucur di kening balita dua tahun itu.
"Bagas!" seru Laras panik menggendong bocah itu dan dengan tangan gemetar dan tangis yang luruh mengusap darah di kening sang putra.
"Dean, kenapa adiknya bisa berdarah begitu, Nak?"
Mbak Suci bertanya sambil membimbing Laras duduk di sofa dan membantu membersihkan darah di kening sang keponakan dengan tisu.
Mbak Keya datang dengan kotak obat dan membantu mengobati luka Bagas di kening sang balita yang masih menangis sesenggukan. Ada goresan memanjang cukup dalam ternyata sehingga darahnya agak banyak.
"Tadi Sena sama adek lari-larian terus adek jatuh dan kepalanya nabrak meja itu, Ma!" Dean menunjuk Sena yang juga menahan tangis dan meja bulat kecil tempat akuarium berada.
"Lukanya lumayan, Mbak? Apa gak perlu dijahit?" tanya Laras dengan serak sambil mengusap wajahnya yang basah.
"Gak perlu, Ras. Darahnya juga udah berhenti palingan jangan dibasahi dulu waktu mandiinnya," ujar Mbak Keyza memasang hansanplash di kening Bagas.
Laras mengusap punggung Bagas yang menyandarkan kepala di bahunya dengan lemas. Laras mengembuskan napasnya dan menetralkan degup jantung yang tadi amat sangat khawatir pada kondisi balita itu.
"Sena, kan Mama udah bilang jangan ajak adiknya lari-larian begitu, Nak. Adiknya kakinya belum sekuat kaki Kakak ...."
Laras memperhatikan cara Mbak Keyza menasehati putranya dengan nada lembut, tapi ada ketegasan dari setiap kata-katanya.
"Maaf, Mama. Maaf juga, Tante!" Laras jadi tidak bisa untuk marah pada bocah yang menunduk menyesal itu.
Laras mengangguk dengan tersenyum pada Sena yang menatapnya takut.
Mbak Suci ikut menghela napas kali ini menatap Laras dalam, "kamu sayang banget sama Bagas, Ras!"
"Bagas mengingatkanku sama Mbak Naina, Mbak." Laras mengusap pipi sang anak yang lembab bekas air mata balita itu tadi. Bagas sudah sedikit tenang dan sepertinya mulai mengantuk karena matanya sudah sayu.
"Pram juga sangat menyanyangi Bagas dan ... melihat luka ini Mbak jadi khawatir sama kemarahannya," ucap Mbak Suci mengusap kening Bagas pelan yang terbalut hansandplash karakter anak-anak.
"Wajar kalau Mas Pram bakal marah, Mbak ... aku lalai menjaga Bagas hari ini," sahut Laras paham, tapi jika membayangkannya kenapa Laras jadi takut ya?
"Mbak Keyza pernah sekali ngajak Bagas berenang di sini bareng anak-anak juga, dan setelahnya Bagas sakit. Pram marah-marah sama Mbak Keyza dan kata-katanya itu keterlaluan banget bahkan Mama gak bisa buat menyela Pram karena anak itu keras kepala dan mau menang sendiri. Mbak Keyza sampai nangis karena Pram waktu itu," jelas Mbak Suci dengan ringisan di ujung kalimatnya.
Mbak Keyza menggeleng mengusap lengan Laras, "tenang aja nanti Mbak telepon dan jelasin ke Pram gimana ini terjadi supaya dia gak marah-marah. Kalau dia marah-marahin kamu ... jauhin aja dan tinggalin bila perlu kamu tidur sama Bagas aja, biarin dia tidur sendiri."
Laras mengangguk Setelahnya mereka ke dapur untuk menikmati cemilan dengan Laras masih membawa Bagas dalam gendongannya karena bocah itu tetap terlelap.
Ketika acara Mama Ajeng selesai di jam setengah 4 sore dan sang mertua ikut nimbrung di dapur barulah Mama Ajeng mengetahui jika kening Bagas terluka.
"Kenapa ini keningnya, cucuku?"
...To Be Continue.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
faridah ida
gak apa2 ada cctv biar viral .../Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-07-17
1
faridah ida
harus itu Laras , biar suami seneng ...😁😁
2024-07-17
1
faridah ida
gak usah cemburu Laras sama orang yang sudah tiada , mending sekarang kamu bikin dr Pram lengket sama kamu seperti lem ....😂😂😋🤭
2024-07-17
1