BUKAN SEMBARANG WANITA
Pria bermata sipit itu menatap lekat ke bosnya seakan dia menunggu perintah Koji untuk membatalkan perintahnya barusan.
“Tusuk lehermu, atau aku yang menusuknya.” Ancam Koji dengan wajah seramnya serta aura mencengkram.
Ketiga penjaga yang sudah berkeringat dingin hanya mendengar perintah tersebut saja tak bisa berkutik. “Maafkan kami Tuan Koji.” Ucap tegas pria tadi hingga membungkuk kehadapan Koji. Pria pirang bermata biru itu masih menatap angkuh tak peduli.
Dari belakang Akira memperhatikan mereka. -‘Apa dia akan memaafkannya?’ batin Akira yang sedari tadi hanya diam.
“Look at me.” Pinta Koji yang masih menatap tegak lurus. Namun pria itu terlanjur takut mati hingga dia masih membungkuk.
“WATASHIWOMITE! (LIHAT AKU)!” Sentak Koji hingga suaranya menggema.
Seketika anak buahnya tadi langsung menatapnya dan— Jleb! Koji langsung melayangkan pisau yang masih di genggamannya. Pisau yang ia tusukan tepat ke leher anak buahnya tadi hingga darah muncrat saat ia mencabut pisau tersebut.
Tubuh Akira sedikit tegang melihat pemandangan itu, meski sudah terbiasa akan pembunuhan, tapi jika melihat seseorang membunuh hanya karena kesalahan kecil, sungguh— Akira tak bisa berkata-kata lagi.
Pria bermata sipit tadi tergeletak di tanah dengan darah yang masih bercucuran.
Kairi pun hanya diam melihat hal yang sudah biasa. Beralih ke pria di samping, Koji menatap ketiga anak buahnya yang sudah lalai akan pekerjaan mereka. Ketiganya hanya pasrah menutup mata dengan wajah tegang.
Jleb! Jleb! Jleb! Dengan kasar dan tanpa ampun, Koji menusuk leher mereka bertiga secara bergantian. Kini tangannya yang berlumuran darah pun menetes.
“Urus mereka. Dan segera pasang CCTV, aku tidak mau kesalahan seperti ini terulang kembali.” Ujar Koji kepada Kairi.
“Baik Tuan.”
Pria berambut pirang itu segera melangkah pergi, bersamaan dengan itu, Akira juga memberikan sebuah sapu tangan putih yang memang sudah disediakan oleh anak buah Koji.
Tanpa penolakan, pria itu menerimanya namun tanpa menghentikan langkahnya.
Koji membersihkan kedua tangannya yang berlumuran darah, tatapan matanya yang tajam sudah menusuk bak silet.
Saat mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil, Akira masih menunggu perintah dari bosnya. Saat ini Koji tengah bersandar dengan mata terpejam seakan-akan ia menahan sesuatu lagi?
“Kemana kita harus pergi Tuan?” tanya Akira dengan kedua tangannya siapa memegang kemudi.
“Antar aku ke Mansion.” Jawab Koji masih dalam posisi yang sama.
Dengan segera, Akira melajukan mobilnya dengan ringan. Wanita itu pandai sekali menyetir, bahkan tak terkesan tergesa-gesa sehingga Koji sendiri merasa nyaman duduk di dalam mobil.
-‘Bagaimana bisa ada pembunuhan di tempatku?’ batin Koji berpikir keras. Selama ini tak pernah terjadi hal seperti itu sebelumnya sejak 3 tahun lalu yang sempat pernah kebobolan. Namun Koji sudah memperbaiki semua hingga saat ini.
“Fuck.” Umpat nya pelan hingga menoleh ke arah jendela dengan siku menempel di garis jendela. Hampir saja dia mendapatkan informasi tentang musuhnya yang berani masuk ke kawasannya.
Mata Koji tertuju ke arah wanita di depannya yang masih fokus menyetir. Dengan lekat pria itu memperhatikan matanya lewat pantulan spion.
“Kau menyerang mereka saat itu. Apa kau melihat sesuatu di sana?” tanya Koji yang kini di tatapnya balik mata birunya oleh si wanita.
“Iya. Ada empat pria dengan pakaian rapi datang untuk membantu, tapi mereka pergi saat salah satu rekannya terbunuh.” Jelas Akira.
Mendengar hal itu, Koji mengernyit penasaran.
“Apa yang kau lihat dari mereka?”
Akira terdiam beberapa detik, mencoba mengingat kembali. “Tidak ada Tuan. Tapi sepertinya mereka baru saja mengunjungi pemakaman.” Jelas Akira sekedar menebak karena yang dia lihat keempat orang berjas hitam tapi juga identik akan pakaian pemakaman.
Mendengar penjelasan itu, Koji tak boleh percaya begitu saja karena jas hitam banyak sekali kegunaannya.
...***...
“BAKANE! (DASAR BODOH)!” sentak seorang pria tua dengan wajah sangar yang saat ini baru saja memarahi ketiga anak buahnya. Ya! pria yang sempat datang menolong musuh Koji yang datang ke pelabuhan.
“Dengan seorang wanita saja kalian tidak becus.” Caci pria tua itu yang merupakan bos mereka. Seorang kelompok mafia di Osaka yang kini datang ke Tokyo hanya untuk balas dendam ke Koji karena pria pirang itu sudah berani menghabisi putranya. Itulah yang dinamakan permainan bisnis.
“Maaf bos, tapi dia terlihat sangat terlatih.” Jawab salah satu dari mereka hingga pria tua tadi langsung memakai sebuah besi jeruji di antara keempat jari tangan kanannya.
“Apa kau bilang? Katakan sekali lagi?” pria itu berdiri dan langsung memegang rahang anak buahnya tadi, memaksa pria itu untuk menatapnya lalu memukulnya berulang kali menggunakan kepalan tangannya yang sudah dilapisi oleh besi jeruji.
Tepat di bibir pria yang hanya bisa pasrah.
“Keterlaluan, dasar bajingan tak becus... Tidak ada yang hebat dari seorang wanita dasar bodoh!” ucap pria tua tadi sambil terus memukuli anak buahnya hingga mati.
Darah tentu saja menodai tangan hingga wajahnya.
Pria tua bernama Sota Akanishi itu kembali berdiri tegak sambil menarik napas dalam-dalam. “Siapa wanita itu hah?” tanya suara serak itu membuat siapapun akan takut mendengar nya.
“Sepertinya dia anggota baru bos. Dia satu-satunya wanita di sana.” Jelas salah satu pria yang juga ikut serta saat di pelabuhan.
Sota mengangguk-anggukkan kepalanya sambil terkekeh kecil hingga tertawa licik terbahak-bahak.
“Dasar Koji... Apa dia kehabisan anak buah sampai harus memperkejakan seorang wanita!” ejeknya yang masih terlihat sombong.
“Cari informasi nya atau amati wanita itu.” Pinta Sota kepada anak buahnya.
.
.
.
Mansion Koji's
Sesampainya melewati gerbang Mansion, mobil berhenti dan terparkir rapi di halaman khusus parkiran. Sungguh, jangan tanyakan sebesar apa mansion milik Koji.
Saat keduanya mulai turun dari mobil. Tiba-tiba Akira memanggil bosnya hingga pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik menatap ke arah Akira.
Wanita itu hendak membuka kancing jas milik Koji yang ia pakai. “Tidak perlu. Pakailah sampai ke kamar.” Pintanya lalu melangkah pergi.
Di mansion masih banyak penjaga tak mungkin Koji membiarkannya begitu saja. Memang dia pria yang kejam, tapi terhadap wanita, dia masih tahu cara menghargainya tak terkecuali saja. Ingat itu!
Akira terdiam lalu tak lama ia ikut melangkah masuk menuju kamarnya.
Saat dia membuka jas tersebut, wangi parfum khas milik Koji menempel ke tubuhnya, aroma mint yang segar dan sangat memabukkan. Reflek, Akira mencoba mencium aroma tersebut lebih dekat. -‘Baka. Hentikan itu.’ Batinnya yang mulai sadar hingga meletakkan kembali jas tersebut di atas kasur sedangkan dia pergi ke kamar mandi.
Sementara itu, di kamar Koji. Kamar yang nampak berbeda sendiri dengan kamar-kamar lainnya. Pria itu bukannya langsung ganti atau menyegarkan tubuhnya di bawah shower, Koji justru termenung melihat ke pantulan jendela dengan wajah datar sembari mengingat kesalahannya di masa lalu.
“Aku tidak akan melupakan itu.” Gumam Koji yang selalu terbayang-bayang bila dia berurusan dengan darah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Ina Karlina
balas dendam antara mafia tidak akan berhenti..
2024-11-27
1
Erna Wati
iya lah khususnya Akira
2024-10-31
1
Nur Bahagia
siap kaka.. akan aku ingat 😁
2024-10-29
1