Sonya kembali menoleh ke arah Hanum saat Satria telah pergi dari ruang makan. Ia kembali membujuk Hanum untuk tetap tinggal bersama mereka. Samuel yang juga sudah merasa nyaman dengan kehadiran Hanum pun langsung memegang ujung lengan baju Hanum. Ia menatap sembari mengedip-ngedipkan matanya agar Hanum tetap tinggal di rumah mereka.
"Anum jangan pergi, kalau Anum pergi Muel main sama siapa? Anum di sini saja ya... Boleh kan mama Anum tinggal sama kita?" Samuel menatap sang mama, tersirat raut permohonan di matanya. Sonya menatap iba putranya jika Hanum tetap tidak mau tinggal bersama mereka.
"Papa, bujuk Anum, Muel mau Anum tinggal bersama kita. Kata mama, Anum sudah seperti keluarga kita." Samuel-pun ikut membujuk sang papa. Surya menghela nafas pelan dan mengelus pundak putra bungsunya. Ia juga ingin menahan Hanum, sebagai balas Budi kepada Haitsam.
Hanum sebenarnya senang tinggal di rumah mewah itu. Bukan karena ia ingin merasakan hidup mewah. Namun ia nyaman karena di perlakukan baik oleh keluarga yang memberikan ia pekerjaan. Mereka sangat memanusiakan manusia. Bahkan kepada dirinya yang hanya orang lain di rumah itu.
Surya kembali berbicara demi sang putra. " Sekarang nak Hanum berangkat saja dulu ke kampus. Sembari berangkat, pikirkan terlebih dahulu tawaran saya dan istri. Apalagi Samuel sangat sulit dekat dengan orang lain. Saya pun awalnya tidak percaya mendengar cerita istri saya mengenai ke akraban Muel dengan nak Hanum. Namun melihat interaksi nak Hanum dengan Muel membuat saya percaya dan yakin bahwa nak Hanum memang orang baik, terbukti Samuel nyaman berada di dekat nak Hanum. Apalagi saya merasa hutang budi dengan ayah nak Hanum." Namun walaupun Surya mengatakan hal demikian, ia juga tidak ingin memaksa Hanum. Jika Hanum tidak nyaman tinggal di rumah itu, ia bisa apa. Mungkin ia akan membalas Budi kebaikan ayahnya Hanum dengan cara lain.
Hanum merasa terharu, ia pun mengangguk kepalanya tanda ia setuju tinggal bersama mereka. Namun ia tidak akan tinggal hanya untuk leha-leha. Ia akan melakukan pekerjaan rumah sebagai gantinya karena telah di berikan tempat tinggal ternyaman.
"Baiklah pak, Bu, Hanum mau tinggal di sini. Kalau begitu izinkan Hanum untuk bersih-bersih atau paling tidak memasak untuk setiap harinya. Anggap saja sebagai ucapan terimakasih Hanum. Hanum tidak ingin di anggap hanya menikmati fasilitas di rumah ini secara cuma-cuma karena sudah di berikan tempat tinggal gratis." Hanum memang sedari dulu selalu sadar diri. Ia bukan tipe orang yang suka memanfaatkan kebaikan orang lain.
"Baiklah kalau begitu, nak Hanum boleh melakukan apapun di rumah ini. Terimakasih ya nak sudah mau menerima tawaran kami." Sonya tersenyum menatap Hanum. Hanum balas tersenyum di balik cadar yang ia kenakan.
Sedangkan Pratama sedari tadi tanpa minat ikut campur. Ia hanya menyimak obrolan orang tuanya dengan Hanum. Ia juga tidak keberatan sama sekali Hanum tinggal bersama mereka. Awalnya memang Pratama tidak terlalu menyukai Hanum. Namun makin hari ke hari ia merasa Hanum tidak seburuk itu. Hanum merupakan wanita yang baik. Ia terkadang juga suka memperhatikan bagaimana cara Hanum berinteraksi dengan adiknya. Bahkan dengan Samuel sendiripun Hanum menjaga pandangan dan sikapnya.
"Ya sudah, bibik tolong bawakan kembali koper Hanum ya. Hanum ayo sarapan dulu. Ini masakan nak Hanum sudah mulai dingin loh." Semuanya kembali duduk di kursi yang ada. Hanum duduk berhadapan dengan Samuel. Ia merasa canggung duduk semeja dengan keluarga Sonya.
"Jangan lupa baca doa dulu sayang!" Samuel yang sudah membuka mulut untuk memakan sarapannya seketika terhenti karena teguran Sonya. Samuel terkekeh menatap sang mama menampakkan deretan giginya yang putih dan rapi.
"Maaf mama, Muel sudah lapar." Ia langsung menyuap sesendok nasi goreng itu ke dalam mulutnya setelah berdoa. Baru juga suapan pertama, pipi Samuel memerah karena menahan pedas, nasi goreng buatan Hanum sedikit pedas bagi Samuel. Namun pemuda itu tetap melahap hingga tandas. Sonya dan Surya menatap putra bungsunya karena tidak tantrum sama sekali. Biasanya Samuel akan memekik kepedasan jika makanan yang ia makan terasa pedas sedikit saja. Bahkan dari makanan yang di masak Hanum saja dapat di terima oleh Samuel.
"Tumben kamu tidak kepedasan Sam," Pratama mengerutkan keningnya. Samuel tetap saja melahap makanan itu walaupun ingusnya sudah keluar.
Samuel melirik ke arah Pratama sebentar dan menatap Hanum lama. "Kata Anum kita harus saling menghargai. Tidak boleh marah-marah, apalagi kepada orang yang kita sayang. Karena Muel sayang Anum, jadi Muel harus bisa memakan masakan Anum walaupun pedas." Pratama tersedak oleh air yang ia minum, bahkan ia menyemburkan air minum itu, beruntung tidak mengenai siapapun. Memangnya bayi gede ini paham arti kata menyayangi.
Sedangkan Hanum malu sendiri. Padahal yang mengatakan hal demikian adalah Samuel. "Memangnya Lo ngerti apa sih Sam soal kata sayang yang Lo ucap." Pratama kembali bertanya. Sonya dan Surya hanya memperhatikan ke dua putranya.
Samuel malah tersenyum menatap wajah Hanum yang tertutup cadar. "Muel sayang Anum, Muel mau jadi suami Anum. Kata Anum Muel tidak boleh menyentuh Anum karena kita bukan mahram. Walaupun Muel tidak paham maksud Anum, tapi Muel mau terus hidup bersama Anum. Anum bilang hanya pasangan suami istri yang boleh saling menyentuh jika tidak bersaudara. Muel kan mau main sama Anum dengan bebas bang Tama." Ia menjawab dengan wajah polosnya. Hanum menunduk malu mendengar ucapan Samuel. padahal maksud ia tidak seperti itu. Ternyata Samuel memahami maksud perkataannya dengan artian lain.
Pratama kembali tersedak mendengar perkataan adiknya. Memangnya bayi gedenya itu paham arti kata pernikahan. Untuk mengurus dirinya sendiri saja ia tidak bisa. Sonya dan Surya pun ikut terkejut mendengar penuturan sang putra.
"Maafkan Muel ya nak, Muel tidak mengerti dengan apa yang ia katakan." Sonya malu kepada Hanum. Mana mungkin Hanum menerima putranya yang penuh dengan kekurangan tersebut. Wanita manapun tidak mungkin bisa menerima seorang suami seperti Samuel. Ada orang lain bersikap baik saja kepada putranya sudah syukur Alhamdulillah.
"Iya, tidak apa-apa Bu. Mungkin Muel salah tangkap dengan apa yang Hanum sampaikan semalam." Hanum tidak terlalu memasukkan perkataan Samuel ke dalam hati.
"Mama, Muel sayang Anum. Muel mau menikah dengan Anum mama. Seperti mama dan papa yang saling menyayangi." Ia kembali kekeh mengatakan ke inginannya. Entah ia paham dengan perasaannya sendiri atau tidak, yang pasti ia ingin terus bersama Hanum.
Sonya dan Surya hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar permintaan putra bungsunya itu. Mereka anggap Samuel hanya membual tanpa paham maksud dari perkataan yang ia katakan barusan.
......................
...To Be Continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Nurgusnawati Nunung
Nah.. Anum dilamar.
2024-08-08
1
🐥mami kookie97🐰
😂😂😂kasian bang tama keselak terus/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-07-28
1
Nanik Arifin
satria atau Tama yg ikut sarapan ?
bukannya kemarin diceritakan klo Pratama buru2 berangkat kuliah & g sempat sarapan 🤔
2024-07-15
1