"Kamu kenapa membawa koper dan tas besar begitu?" Pratama meneliti setiap barang bawaan Hanum yang ada di samping gadis itu.
Hanum bingung bagaimana menjelaskannya. Andaikan ia menceritakan permasalahannya kepada Pratama pun, tidak mungkin juga Pratama mau repot-repot menolongnya. Toh ia juga tidak enak hati jika harus meminta bantuan kepada anak pertama Sonya.
Pratama mengernyitkan keningnya saat Hanum diam saja dan tidak minat untuk menjawab pertanyaannya. Gadis itu hanya menundukkan kepalanya sedari tadi tanpa memberitahukan kesulitannya. Membuat pemuda yang tak kalah tampan dari Samuel itu gemas di buatnya.
Sebenarnya Pratama juga tidak niat untuk perduli. Namun entah kenapa mulutnya tidak bisa diam untuk menanyakan apa yang terjadi saat ini kepada guru les adiknya.
"Lo tidak bisu bukan? Kalau orang bertanya itu di jawab." Pratama geram karena Hanum hanya memainkan gamisnya. Ucapan Pratama pun berubah-ubah. Terkadang ia berbicara dengan sedikit baik dan terkadang dengan ketus. Bahkan kata yang tadi ia ucapkan menggunakan kata kamu, sekarang pakai kata Lo. Namun Hanum tidak mempermasalahkan sama sekali.
"Saya di usir dari kontrakan mas. Dan sekarang saya sedang mencari kontrakan atau kos-kosan sementara. Tapi malah turun hujan lebat sekarang." Akhirnya Hanum jujur juga.
Pratama yang ingin kembali berbicara terhenti saat mendengar dering handphone-nya berbunyi di balik saku jaketnya. Ia pun merogoh sakunya dan melihat notifikasi panggilan dari sang mama. Tanpa membiarkan menunggu Pratama segera menggulir tombol berwarna hijau tersebut dan terdengar suara lembut mamanya.
"Hallo ma," Pratama mengangkat telfonnya tanpa mengucapkan salam.
"salam dulu nak, kebiasaan kamu ini." di seberang saja Sonya langsung menasehati sang putra. Pratama hanya nyengir walaupun tentu saja tak terlihat oleh sang mama. Ia melirik sebentar ke arah Hanum dan kembali melanjutkan obrolan dengan sang mama.
"Kenapa ma? Tama sudah mau jalan pulang kok. Hanya saja tiba-tiba hujan lebat. Bilang sama anak bungsu mama itu sabar. Lagian tadi Tama mencari martabak keinginan Sam sampai keliling karena martabak rasa durian pesanan Sam yang tempat biasa habis."
Ternyata Tama keluar karena Samuel tantrum minta di belikan martabak. Karena biasanya juga Pratama yang pergi untuk membelikan segala sesuatu keinginan sang adik, makanya kali ini ia juga yang pergi membelikannya. Walaupun sebenarnya sebelum ia keluar langit sudah tampak mendung.
Walaupun ia tampak membenci Samuel, namun sebenarnya Pratama sangat menyayangi sang adik. Akan tetapi kasih sayangnya tidak terlihat saja. Ya walaupun ia juga pernah meninggalkan Samuel di taman yang lumayan jauh dari rumahnya, itu karena ia tahu Samuel pasti pulang karena ia hapal jalan pulang.
"Oh iya ma, Tama bertemu Hanum..." Pratama pun menceritakan kejadian yang di alami Hanum kepada sang mama. Lumayan lama ia mengobrol dengan mamanya melalui telfon tersebut. Hingga sang mama mematikan panggilan telfon terlebih dahulu di seberang sana.
"Iya, iya mama sayang. Wa'akaikumsalam."
Tut!
Tanpa ba-bi-bu Pratama jalan mendekati Hanum dan mengangkat tas dan koper Hanum, dan meletakkannya di bagian depan. Hanum terperangah dan kaget melihat apa yang di lakukan Pratama.
"Mas Tama mau apakan koper dan tas saya."
"Udah Lo ikut ke rumah. Gue tadi cerita ke mama tentang kondisi Lo. Mama minta gue bawa Lo pulang. Jangan banyak tanya dan membantah." Kebetulan hujan sudah reda. Hanya gerimis kecil yang tertinggal. Hanum bingung harus mengikuti perkataan Pratama atau tidak. Namun ia tidak memiliki pilihan lain. Mungkin ia bisa tinggal semalam di rumah Sonya. Paling tidak ia tidak luntang lantung di jalanan malam ini dan aman dari para lelaki yang berniat buruk kepada dirinya.
Setelah Pratama menyalakan kendaraan roda dua itu. Hanum pun menaiki jok belakang dan memberi jarak aman saat sudah duduk di belakang Pratama. Pratama juga tidak terlalu memperdulikan apakah Hanum nyaman atau tidak. Ia pun langsung melajukan kendaraan roda dua itu dengan kecepatan lumayan kencang. Hanum yang ketakutan di belakang tidak berani protes, ia hanya memejamkan matanya hingga mereka tiba di kediaman orang tua Pratama.
Sonya ternyata menyambut kepulangan putranya dan Hanum yang akan tinggal di rumahnya. Ya, Sonya memang berniat memberi tempat tinggal untuk Hanum. Apalagi ia melihat putra bungsunya itu sangat dekat dan selalu menuruti apa yang di katakan Hanum. Sedangkan Pratama langsung memasuki rumah setelah menyalami sang mama.
"Assalamualaikum bu,"
"Wa'akaikumsalam, ayo nak masuk. Ibu sudah mendengar cerita dari putra ibu tentang kamu yang di usir dari kontrakan. Makanya ibu meminta Tama membawa kamu ke sini. Nak Hanum, tinggallah di sini, jadi nak Hanum tidak perlu memikirkan tempat tinggal lagi. Ibu senang jika nak Hanum mau mempertimbangkan permintaan ibu. Apalagi ibu tidak memiliki anak perempuan. Nak Hanum mau ya, tolong di pikirkan dulu sampai besok pagi, sekarang ayo kita masuk dulu. Bibi juga sudah membersihkan kamar untuk nak Hanum."
Sungguh hati Hanum menghangat mendengar penuturan Sonya. Kenapa Sonya baik sekali kepada dirinya. Padahal Sonya belum lama mengenal Hanum dan sudah sangat percaya kepada dirinya. Di balik kesulitannya ada kebaikan yang di berikan oleh Allah dalam hidupnya. Yaitu di pertemukan dengan orang-orang baik seperti keluarga Sonya.
"Terimakasih Bu, ibu sangat baik dan mau menampung saya. Tapi saya tidak bisa menerima..." belum selesai Hanum menyelesaikan perkataannya, Samuel datang dari dalam menyambut kakak malaikat baik hatinya itu dengan wajah sumringah sembari menenteng martabak yang di belikan oleh Pratama untuk dirinya.
"Anum, Anum ke sini? Muel senang bisa melihat Anum lagi. Anum, Muel ada martabak spesial di belikan bang Tama, ini martabak kesukaan Muel. Ayo Anum kita makan sama-sama, mama ayo." Ia menarik tangan mamanya dan juga menarik ujung lengan baju Hanum. Ke dua wanita beda generasi itu hanya bisa pasrah di tarik oleh Samuel. Ternyata Samuel membawa mereka untuk duduk di meja makan.
"Nak Hanum sudah makan?" Sonya mendengar perut Hanum berbunyi, namun Hanum yang malu mengatakan yang sebenarnya hanya menganggukkan kepalanya. Tapi Sonya tentu saja tidak percaya, ia tahu jika Hanum pasti malu untuk jujur kepada dirinya.
"Udah jangan malu sama ibu, anggap ibu ini ibu kamu. Anggap rumah sendiri. Bik, tolong hidangkan makan malam untuk tamu spesial saya."
Lagi-lagi Sonya memperlakukan Hanum dengan begitu baik. Hanum hampir saja menumpahkan buliran bening itu dari matanya yang indah. Ternyata Allah maha baik, mempertemukan ia dengan Sonya yang memperlakukan dirinya dengan baik, tidak seperti pemilik kontrakan yang tiba-tiba mengusir dirinya.
Setelah bibik menyiapkan makan malam, Sonya langsung menyuruh Hanum makan malam. Hanum yang memang sudah sangat lapar pun akhirnya memakan makanan yang sudah tersaji. Samuel menatap Hanum saat gadis itu melahap makanannya. Ia juga menikmati sepotong demi sepotong martabak miliknya.
"Anum makan banyak ya, biar sehat dan kuat. Mama ayo makan martabaknya." Memang terlihat seperti anak kecil yang polos. Tiba-tiba Pratama datang dan ikut duduk di sana.
"Mau dong," Belum sempat ia mengambil bagiannya, Samuel menjauhkan kotak martabak itu dari abangnya.
"Ini punya Muel, Abang tidak boleh." Ucapnya dengan bibir mengerucut lucu. Sangat menggemaskan di mata mamanya dan Hanum.
"Pelit banget, Abang juga yang belikan. Awas kamu ya, besok tidak Abang belikan lagi." Hanum yang sudah menganggap Samuel seperti adiknya pun menasehati. Lagi dan lagi Samuel menurut begitu saja.
"Muel, ingat tidak apa yang pernah Hanum katakan. Allah tidak menyukai orang-orang yang pelit. Jadi apa yang harus Muel lakukan sekarang?" Tanpa menjawab ia langsung mendekatkan kotak martabak itu ke arah Pratama. Pratama ternganga di depan adiknya itu. Ia kesal karena Samuel selalu mendengarkan perkataan Hanum. Sedangkan ia selalu di abaikan.
"Ini hebatnya kamu nak. Kamu bisa membuat Muel menuruti kamu. Jarang-jarang loh Muel mau mendengarkan perkataan orang lain. Kamu itu memang gadis spesial." Hanum menunduk malu. Namun perkataan Satria yang tiba-tiba membuat hati Hanum sakit seketika.
"Paling dia memberikan sesuatu sama anak bungsu mama itu. Makanya si Sam sampai menurut sama dia."
Degh!
Sepertinya Satria tidak menyukai dirinya.
......................
...To Be Continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
🐥mami kookie97🐰
bang-sat jangan gitu ngomongnya/Cry/
2024-07-25
1
Feri Fatama
lanjut juga tor, duh suka banget aku tuh novel mu tor
2024-07-09
1
𝐈𝐬𝐭𝐲
mulut bang sat habis makan cabe 2kg ya makanya mulutnya peddes
2024-07-04
1