Hari ini di pagi buta Bang Farial sudah berangkat menuju tempat pendidikan dan Dindra hanya bisa melihat punggung Bang Farial yang meninggalkan dirinya tanpa kembali menatapnya.
Kini hanya dada Bang Arrow yang menjadi sandaran Dindra. Tangisnya terisak sesak menatap suaminya yang tengah berlalu pergi.
"Kau harus banyak sabar. Memang beginilah nasib istri seorang tentara. Kau lihat kakak iparmu. Sudah berapa kali Abang tinggalkan berdinas. Kelak seluruh ibu-ibu di sini adalah saudaramu di perantauan. Sudahlah, jangan sedih. Abang juga akan menemanimu disini, Arbath juga sudah meminta rumah dinas untukmu. Paling cepat nanti sore sudah bisa kau tempati. Tidak jauh juga dari rumah Abang, hanya beda gang saja." Jawab Bang Arrow menenangkan adik bungsunya.
Dari kejauhan Bang Arbath hanya bisa menatap istri sahabatnya. Tiba-tiba perasaannya begitu nyeri. Entah apa yang di pikirkan Pak Ricky sampai bisa menikahkan putrinya di usianya yang masih sangat muda.
'Menikah dengan wanita yang usianya terpaut di bawah dua tahun saja masih bisa menjadi tragedi seperti ku. Aku di duakan, di khianati dan yang lebih parah adalah sering berdebat karena perbedaan pendapat. Apalagi dengan gadis kecil seusia istrinya Rial. Tapi melihat tangisnya, hatiku juga tidak tega. Ada rasa patah di hatiku melihat derai air matanya.'
"Tidak usah sampai sore, rumahmu sudah bisa kau tempati siang ini..!!" Kata Bang Arbath yang menyampaikan informasi dari bagian pelayanan personel.
Sebenarnya bukan tanpa alasan rumah dinas untuk Bang Farial bisa untuk siap huni, pada kenyataannya Letnan dua Zetha Arbath sudah menekan bagian pelayanan personel secara habis-habisan hingga rumah tersebut bisa di huni siang ini juga.
"Benarkah??" Bang Arrow saja sampai heran karena rumah tersebut sudah bisa di gunakan.
Bang Arbath mengangguk saja menjawabnya kemudian berlalu meninggalkan mereka Bang Arrow dan Dindra.
-_-_-_-_-
Bang Arbath meminta agar jendela rumah baru Letnan Farial segera di buka. Aroma cat dinding masih terhirup kuat dan menyengat.
"Kau beli cat merk apa Dhal? Kita saja yang menghirup nya sesak begini. Kalau perempuan yang tidak tahan aroma kimia, bisa pusing." Tegur Bang Arbath pada Prada Afdhal yang membantunya.
"Ijin Danton, menyesuaikan arahan." Jawab Prada Afdhal.
"Kenapa baunya keras sekali?? Mana cat nya?? Jangan-jangan kau salah beli cat nya. Salah nama, beda hasil dan aromanya." Tanya Bang Arbath.
Prada Afdhal segera mengambilnya dari gudang penyimpanan di rumah dinas Bang Farial. Dugaannya benar, salah satu huruf saja sudah membuat hasilnya berbeda pula.
"Itulah yang saya maksud. Kau tidak dengar apa yang saya bilang. Ducrow dan Dutrow itu berbeda meskipun sama-sama punya nama." Omel Bang Arbath karena ternyata Prada Afdhal salah membeli cat dinding.
"Siap salah, Danton..!!"
Tak berapa lama, Bang Arrow datang bersama Dindra yang membawakan makan siang untuk para anggota yang membantu membenahi rumah dinas barunya.
"Selamat siang, Danton..!!" Sapa Prada Afdhal.
"Selamat siang. Sudah selesai aja nih." Bang Arrow sengaja mencairkan suasana karena dirinya sempat melirik Bang Arbath yang mengomeli anggotanya.
Melihat Dindra datang, Bang Arbath sedikit menjauh karena dirinya sedang menghisap rokok.
"Selamat siang." Sapa Dindra lembut. "Selamat siang Om Ar..!!" Sapanya pada Bang Arbath.
"Selamat siang Dindra, rumahmu sudah jadi.. hanya saja masih ada aroma cat yang pekat. Kamu kuat?" Tanya Bang Arbath.
"Iya Om, nggak apa-apa. Terima kasih banyak." Jawab Dindra sopan. Bahkan ia menunduk di hadapan lawan jenisnya.
Paham Dindra bersikap sopan di hadapannya, Bang Arbath pun mengambil sikap yang sama.
"Kira-kira mau pindah kapan? Biar saya bantu pindahkan barangmu." Kata Bang Arbath.
"Barang Dindra tidak banyak. Dindra bisa pindahkan sendiri saja." Tolak Dindra tetap dengan sikap yang sopan.
"Baiklah. Kalau ada apa-apa, kau bisa hubungi saya. Saya tinggal di mess nomer dua belas. Tidak jauh dari sini dan terlihat dari sini..!!" Ucap Bang Arbath sedikit melupakan bahwa Bang Arrow adalah kakak kandung Dindra.
Bang Arrow pun tak menggubris akan hal itu karena memang semua adalah hal yang biasa saja.
"Nanti saya bantu kirim logistik yang kau butuhkan selama suami dalam penugasan ataupun menjalani pendidikan."
//
Bang Farial sudah lapor datang untuk menjalani pendidikan. Pikirannya langsung tertuju pada Dindra istrinya.
'Maaf ya dek, bukan mau Abang seperti ini. Tapi inilah salah satu resiko menikah dengan Abang.'
Sungguh hati Bang Farial terasa tak karuan. Disaat dirinya masih ingin mengecap dan memberikan manis madu untuk sang istri tapi tugas telah menanti untuk di selesaikan.
Ia melihat sekeliling baraknya. Terasa sepi, hanya ada dirinya seorang di ruangan panjang tersebut.
"Eehh.. Rial. Baru datang kau?" Sapa senior Bang Farial yang ternyata sudah hadir lebih dulu.
"Siap, Bang. Arahan??" Jawab Bang Farial.
"Ayo cari makan dulu, sekalian lihat pemandangan sebelum karantina." Ajak senior Bang Farial.
Bang Farial terdiam sejenak namun beberapa saat kemudian ia pun menyadari bahwa perutnya pun mulai kosong dan butuh di isi.
"Ayo lah Bang. Saya juga lapar."
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Mika Saja
semoga saling setia ya.......tpbyg ditakutkan nti junior farial datang dan akan slah paham
2024-06-27
2
Nining Dwi Astuti
semangat
2024-06-27
0
Fitria Syafei
terimakasih KK 😘😘
2024-06-27
0