17. Sembrono.

Bang Arbath mencoba menghubungi Bang Farial untuk mengkonfirmasi hal tersebut. Bukan bermaksud untuk ikut campur, tapi keadaan Dindra sungguh mengkhawatirkan. Abangnya sedang berdinas dan kini Dindra lebih menyendiri karena jiwa introvertnya begitu kuat. Tidak memiliki ibu mungkin adalah salah satu faktor yang membentuknya menjadi pribadi yang tertutup.

"Ada apa?" Tanya Bang Farial di seberang sana.

"Kapan kau karantina?"

"Kenapa? Agar kau bebas berkeliaran menggantikan tugasku menjaga Dindra??" Ucap sengit Bang Farial di seberang sana.

"Apa maksudmu?? Jangan sembarangan..!!" Tegur Bang Arbath.

"Berapa kali kau bertandang ke rumahku????"

"Jaga bicaramu..!! Sebenarnya apa masalahmu, kalau ada yang tidak enak bicarakan saja, jangan asal tuduh. Kasihan istrimu menunggumu disini..!!" Suara Bang Arbath sampai meninggi mendengar tuduhan sahabatnya.

Terdengar Bang Farial menarik nafas dalam-dalam. Lalu membuangnya perlahan. "Aku mau istirahat dan besok aku sibuk sekali..!!" Bang Farial mematikan panggilan telepon dari Bang Arbath secara sepihak.

"Riaall..!!!" Bang Arbath tak bisa menahan rasa gemasnya. "Ada apa sih dia ini?? Apa yang salah??"

***

Pagi hari, Dindra melihat para anggota sedang berlari pagi. Teringat Bang Farial yang selalu melarangnya setiap dirinya melihat para anggota yang sedang senam pagi.

"Mau ikut lari, Din?" Sapa Bang Arbath.

"Eehh.. Om Ar, nggak Om. Dindra nggak suka lari." Jawab Dindra.

"Kalian semua putar arah..!! lewat jalan lain..!!" Perintah Bang Arbath.

Dindra mengernyit dahi. Ternyata kelakuan Bang Arbath dan Bang Farial tak jauh beda. Mereka sama-sama tidak suka melihat wanita senang.

"Kenapa di suruh balik arah. Dindra mau lihat..!!" Kata Dindra.

"Apa baik kelakuan seperti itu??? Kau sudah punya suami dan apa yang di miliki suamimu juga sama seperti itu." Jawab Bang Arbath.

Dindra mengibaskan rambutnya dan mendengus kesal. "Kenapa ya laki-laki selalu begitu? Kalau kami yang lempar mata, kesannya kami penuh dosa padahal laki-laki juga sama saja kalau melihat lawan jenis."

"Laahdalah ndhuk.. nggak usah bertingkah. Sekali kena shoot gun suamimu, habis berantakan perabotanmu."

Dindra seakan tidak peduli ucapan Bang Arbath, ia meninggalkan rumah begitu saja tanpa pamit dan langsung menutup pintu rumah.

"Ya Allah Tuhan.. kalau saja dia bukan istri Rial, pasti sudah ku panggul dan kuselesaikan dalam kamar.

deg.. deg..

Jantung Bang Arbath rasanya berdenyut kencang hingga terasa menyakitkan.

"Astaghfirullah hal adzim.. pikiran macam apa ini? Bisa-bisanya aku berpikiran kotor pada istri sahabatku sendiri." Gumamnya sampai mengelus dada kemudian segera meninggalkan halaman rumah Bang Farial.

\=\=\=

Sejak kejadian itu, Bang Arbath tidak lagi bertemu wajah Dindra. Entah mengapa hatinya terkadang selalu terbayang wajah istri sahabatnya.

'Ada apa dengan diriku??? Kenapa bayang Dindra tidak bisa pergi dari pikiranku??'

"Bang Ar, hari ini ibu-ibu minta Abang untuk bantu latihan lagi. Besok mereka akan melaksanakan lomba lawan Batalyon Matra laut." Kata Letda Ahmad menegur Bang Arbath yang masih terpaku dengan sebatang rokok di sela jarinya.

"Jangan Abang lah Mad, Abang sedang tidak enak badan nih." Alasan Bang Arbath karena sebenarnya dirinya tidak ingin bertemu dengan Dindra.

"Abang bicara saja dengan ibu-ibu. Saya tidak berani berurusan dengan mereka, rasanya mereka mau main keroyok..!!" Kata Bang Ahmad.

"Astaga Tuhan, apalagi sih ini??" Bang Arbath sampai menepuk dahinya karena tidak tau lagi bagaimana caranya menghadapi 'makhluk tak terkalahkan' seperti mereka.

"Ya sudah, ayo ke lapangan..!!" Jawab Bang Arbath pasrah.

:

Benar saja. Sesampainya di lapangan, Bang Arbath bagaikan mega bintang yang di tunggu hadirnya. Sorak sorai para ibu-ibu menyambut hadirnya yang baru saja tiba di pinggir lapangan.

"Pak Arbath, tolong latih kami..!!" Teriak mereka seakan tidak peduli status apapun.

Seperti biasa Bang Arbath hanya menanggapi dengan kilas senyum yang membuatnya semakin terlihat penuh pesona dan berwibawa. Ia melepas seragam luarnya lalu menyampirkan pada tiang lapangan volly.

"Di mulai sekarang saja ya, ibu-ibu..!! Biar pulangnya tidak terlalu sore..!!" Kata Bang Arbath.

...

Hari menjelang maghrib dan Bang Arbath menyelesaikan tugasnya dengan sempurna.

"Bu Rial coba dulu latihan. Yang penting ibu-ibu di sini sudah mencoba rasanya main volly." Kata Ibu Wadanyon.

Mau tidak mau Dindra masuk ke lapangan. Secara profesional, Bang Arbath pun mengajari Dindra.

"Maju lagi Bu Rial, tangannya di luruskan tapi jangan terlalu kaku..!!" Arahan Bang Arbath.

Dindra pun melaksanakan arahan. Ia pun juga bersikap seolah tidak terjadi apapun perihal kejadian yang lalu.

Bang Arbath yang tau Dindra tidak bisa main volly hanya memberikan bola sekedarnya saja, sekedar formalitas sekaligus menjaga prasangka buruk dari orang lain.

:

Hari di rasa sudah cukup sore. Bang Arbath pun menyudahi dan mengambil seragam loreng yang sempat ia sampirkan di sisi tiang lapangan volly.

Tak sengaja arah pandangan matanya tertuju pada Dindra yang hanya berpegangan pada sisi tiang yang lain. Dindra pun oleng dan setengah memeluk tiang tersebut.

Melihat Dindra tidak sehat, secara refleks Bang Arbath berlari menghampiri Dindra dan mendekapnya erat.

"Din.. Dindra..!!!! Sadar dek..!!!!!" Terlihat kepanikan Bang Arbath yang berusaha menyadarkan Dindra yang sudah tidak sadarkan diri. "Tolong bantu saya siapkan mobil, kita ke rumah sakit sekarang..!! Dan tolong ada yang memberi kabar para Letnan Farial dan Letnan Arrow kalau saya membawa Dindra ke rumah sakit..!!"

...

Setelah beberapa saat lamanya pemeriksaan di lakukan, Dindra mulai sadar. Bang Arbath segera menghampiri dokter tersebut.

"Bagaimana keadaan Dindra?"

"Tidak apa-apa. Sudah biasa kalau perempuan hamil muda. Di jaga saja pola makannya..!! Selamat ya Pak..!!" Jawab Dokter tersebut.

Untuk beberapa saat, Bang Arbath terpaku. Ada rasa gelisah namun juga ada rasa bahagia yang tidak bisa ia cegah. "Alhamdulillah..!! Terima kasih, dok..!!"

:

Bang Arbath tau hari ini Bang Farial sudah lepas karantina. Ia pun segera menghubungi dan memberikan kabar baik ini pada sahabat nya.

"Apa kabar, Fal?" Sapa Bang Arbath.

"Kenapa? Kau senang kalau aku tidak ada kabar?" Tanya Bang Farial dengan nada bengis.

"Kenapa bicara begitu?? Aku mau memberimu kabar." Jawab Bang Arbath masih tenang, ia tidak ingin membawa emosinya untuk menanggapi ucapan Bang Farial.

"Kau mau bilang kalau Dindra hamil?? Sudah puas kau menidurinya?? Nikmatkah rasa istriku??"

"B*****t, bicara apa kau ini????? Apa kau tidak mau mengakui kehamilan Dindra??" Bentak Bang Arbath.

"Kau memintaku mengakui kehamilannya, sedangkan aku meninggalkan dia setelah beberapa hari pernikahan. Kalau bukan karena kau, bagaimana Dindra bisa hamil????" Ucap kesal Bang Farial.

"Kalau aku tau pendidikan itu akan membuatmu stress seperti ini, lebih baik kau tidak usah berangkat. Itu anakmu, Rial..!!!!"

"Kau tak perlu repot menceritakan padaku, aku baru saja menceraikan Dindra." Kata Bang Farial.

deg..

Jantung Bang Arbath seketika rasanya berhenti berdetak.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

nue21

nue21

kurang asem si rial itu anak mu oy

2024-08-31

0

Maysuri

Maysuri

y salam jngn smpai menyesal bang farial

2024-06-29

0

Mika Saja

Mika Saja

hadeh......,Farial menyesal nti kau,,,,,,,kau campakan perempuan baik dan setia menjaga pandangan dr semua dan ini blsannya,,,,,apa kau tau rasanya jd Diandra knpa kau nikahi klau kau jdkan dia janda,,suatu saat nti smua akan buat kau menyesal....mba Nara sedih AQ😭😭😭

2024-06-29

0

lihat semua
Episodes
1 1. Di jodohkan.
2 2. Krisis rasa percaya.
3 3. Mencoba untuk tenang.
4 4. Mati lampu.
5 5. Gemas.
6 6. Emosi naik turun.
7 7. Syok berat.
8 8. Amarah memuncak.
9 9. Lepas landas.
10 10. Belum yakin akan rasa.
11 11. Cerita lama.
12 12. Dilema.
13 13. Belajar hidup sendiri.
14 14. Hari pertama tanpamu.
15 15. Mulai goyah.
16 16. Ujian.
17 17. Sembrono.
18 18. Keputusan gila.
19 19. Arti berjuang.
20 20. Kebodohan yang berkerak.
21 21. Saat ada rasa.
22 22. Suasana mulai tenang.
23 23. Kangen junior
24 24. Tak bisa di senggol.
25 25. Hak milik.
26 26. Peran baru.
27 27. Berbesar hati.
28 28. Harus kuat.
29 29. Keyakinan dalam keraguan.
30 30. Menguji keteguhan iman.
31 31. Memulai bersama mu.
32 32. Adegan berbahaya.
33 33. Dindra sayang.
34 34. Tidak untuk di contoh.
35 35. Permintaan.
36 36. Bu Danki ngidam.
37 37. Menghadapi Ibu Danki.
38 38. Terasa panas.
39 39. Gangguan.
40 40. Menyingkirkan masalah.
41 41. Kejadian tak terduga.
42 42. Bersamamu bahagia.
43 43. Bahagiaku bersamamu.
44 44. Awal emosi.
45 45. Semakin menjadi.
46 46. Hampir perang.
47 47. Tugas.
48 48. Jerat masa lalu.
49 49. Fondasi rumah tangga.
50 Rumah kedua
51 50. Terbalik.
52 51. Membujuk Pak Danki yang rewel.
53 52. Tentang perasaan.
54 53. Ada rahasia.
55 54. Hitam.
56 55. Berjuang untuk bertahan.
57 56. Di akhir cerita.
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1. Di jodohkan.
2
2. Krisis rasa percaya.
3
3. Mencoba untuk tenang.
4
4. Mati lampu.
5
5. Gemas.
6
6. Emosi naik turun.
7
7. Syok berat.
8
8. Amarah memuncak.
9
9. Lepas landas.
10
10. Belum yakin akan rasa.
11
11. Cerita lama.
12
12. Dilema.
13
13. Belajar hidup sendiri.
14
14. Hari pertama tanpamu.
15
15. Mulai goyah.
16
16. Ujian.
17
17. Sembrono.
18
18. Keputusan gila.
19
19. Arti berjuang.
20
20. Kebodohan yang berkerak.
21
21. Saat ada rasa.
22
22. Suasana mulai tenang.
23
23. Kangen junior
24
24. Tak bisa di senggol.
25
25. Hak milik.
26
26. Peran baru.
27
27. Berbesar hati.
28
28. Harus kuat.
29
29. Keyakinan dalam keraguan.
30
30. Menguji keteguhan iman.
31
31. Memulai bersama mu.
32
32. Adegan berbahaya.
33
33. Dindra sayang.
34
34. Tidak untuk di contoh.
35
35. Permintaan.
36
36. Bu Danki ngidam.
37
37. Menghadapi Ibu Danki.
38
38. Terasa panas.
39
39. Gangguan.
40
40. Menyingkirkan masalah.
41
41. Kejadian tak terduga.
42
42. Bersamamu bahagia.
43
43. Bahagiaku bersamamu.
44
44. Awal emosi.
45
45. Semakin menjadi.
46
46. Hampir perang.
47
47. Tugas.
48
48. Jerat masa lalu.
49
49. Fondasi rumah tangga.
50
Rumah kedua
51
50. Terbalik.
52
51. Membujuk Pak Danki yang rewel.
53
52. Tentang perasaan.
54
53. Ada rahasia.
55
54. Hitam.
56
55. Berjuang untuk bertahan.
57
56. Di akhir cerita.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!