"Maaf ya Bang..!! gara-gara Saras, Abang sampai berpisah dengan Dindra." Kata Saras dengan wajah penuh sesal.
"Nggak, Saras. Untung saja malam itu Abang langsung cerita sama kamu soal foto yang menurut Abang janggal. Memang tidak mungkin sebuah pakaian bisa masuk ke dalam kamar jika pemiliknya tidak masuk dalam kamar itu." Bang Farial kembali kesal setiap mengingat 'pengkhianatan' sahabat dan istrinya. Lebih tepatnya, mantan istrinya.
"Yang sabar ya Bang..!!"
Bang Farial tersenyum sinis kemudian mengusap perut Saras. "Mereka tidak akan bisa membohongiku. Kalau masalahnya hanya karena tidak ada penjahit, di kota masih sangat banyak. Kenapa juga Dindra harus menawarkan diri untuk menjahit pakaian Arbath. Kalau bukan karena matanya ya g jelalatan dan dia adalah perempuan kecentilan, mana mungkin sampai hamil anaknya Arbath." Ucap gemas Bang Farial.
"Bisa-bisanya Dindra berbuat seperti itu saat suaminya sedang berjuang. Padahal Abang seperti ini demi dia juga." Saras menghapus air matanya dengan wajah iba.
Mendengar lembut dan perhatian Saras untuknya, hati Bang Farial mendadak luluh. "Kau memang wanita yang baik, Saras. Setelah anak ini lahir, kau akan langsung ikut dengan Abang. Terserah si Dindra itu akan jadi apa di jalanan. Jika Arbath mau memungut nya, itu pun terserah dia."
"Saras tidak pernah memaksa Abang untuk menikahi Saras. Saras sudah ikhlas menerima takdir Saras yang seperti ini." Jawab Saras.
"Nggak, dek. Abang akan tetap menikahimu. Abang yang salah sudah membuatmu jadi seperti ini. Sekarang urusan hubungan Abang dan Dindra sudah selesai. Abang akan segera menikahimu..!!"
Saras langsung memeluk Bang Farial dan meringkuk di dada bidang mantan suami Dindra itu. "Terima kasih, Bang."
"Sama-sama, sayang..!!"
Saras pun mengusap air matanya dan mendongak menatap Bang Farial.
"Bang, bolehkah Saras ngidam?" Tanya Saras dengan ucap manjanya.
"Boleh donk. Kau ngidam apa, sayang?"
"Ada cincin yang baru launching. Apa Abang ada uang tiga juta?" Wajah Saras nampak takut menanyakannya.
"Oke. Ambil di dompet Abang. Masih ada uang empat juta. Kau ambil semua..!!" Kata Bang Farial.
"Benar Bang???"
"Iya, ambil semua..!!"
//
Bang Arbath terdiam saat berhadapan langsung dengan Pak Ricky. Tatapan mata pria setengah baya itu begitu tajam menusuk.
"Jawab..!! Kau ada hubungan dengan putri saya, atau tidak??"
"Untuk apa saya bicara panjang lebar hanya untuk membela diri..!!" Akhirnya Bang Arbath bersedia membuka suara.
"Lalu.. bagaimana bisa semua ini terjadi??? Tidak akan ada asap jika tidak ada api." Ucap Papa Ricky sengaja menekan Bang Arbath padahal sebenarnya beliau sudah mengantongi jawabannya.
"Kalau bapak mau percaya dengan saya, silakan. Tidak, juga saya tidak akan memaksa. Bapak mau menjatuhkan hukuman pada saya, saya juga tidak akan menolak. Saya pahami, ada andil kesalahan saya dalam permasalahan ini..!!" Jawab Bang Arbath.
"Sikap tobat..!!!" Perintah Papa Ricky.
"Siap..!!"
Bang Arbath menjalankan perintah Papa Ricky tanpa mengeluh sedikitpun.
:
Keringat mengucur dari kening Bang Arbath. Kepalanya sudah pening berputar-putar. Lambungnya sudah terasa penuh seakan bersiap untuk di bongkar.
"Kenapa kamu melindungi putri saya? Kamu untuk punya hak untuk membela diri sebagai manusia. Dimana jiwa jantanmu sebagai laki-laki??" Tegur Papa Ricky.
"Penerapan dari kata jantan adalah dari kami yang bisa menjaga satu orang wanita dalam hidupnya, bukan dari kami yang bisa menyimpan banyak wanita namun membuat batin seorang wanita terluka..!!" Jawab Bang Arbath.
"Duduklah..!!" Papa Ricky meminta Bang Arbath menyudahi sikap tobatnya.
Seketika Bang Arbath ambruk dengan nafas putus sambung. Sekuat tenaga ia berusaha untuk berdiri walaupun akhirnya harus ambruk lagi.
Papa Ricky berdiri dari posisinya lalu meninggalkan Bang Arbath yang masih terkapar hingga kemudian pandangannya pun menghilang.
...
Bang Arbath membuka matanya, sekeliling pandangannya hanya berisikan langit-langit kamar mess nya yang putih bersih dengan cat biru langit.
Ia pun bangkit dari posisinya dan hendak bangkit menuju ke rumah sakit.
"Abang mau kemana, Bang???" Tanya Bang Ahmad cemas dengan keadaan seniornya.
"Saya mau ke rumah sakit, lihat keadaan Dindra."
"Wakil panglima sudah membawanya kembali ke Jakarta..!! Setengah jam yang lalu mereka menuju ke Bandara sipil." Jawab Bang Ahmad.
Seketika itu juga Bang Arbath bangkit. Ia menyambar jaketnya dan kunci motornya kemudian berlari keluar dari kamar.
"Abaang.. tunggu, Bang..!!" Teriak Bang Ahmad. "Astagaaa.. Abang belum sehat, sudah lari kencang pula. Bagaimana ini??" Gumamnya ikut berlari namun kemudian kembali lagi untuk mengambil kunci mobil seniornya. "Jungkir balik urusan belakang lah."
...
Bang Arbath berlari kesana kemari mencari Dindra. Dirinya sampai bertanya pada petugas penerbangan bandara.
Namun setelah mendapatkan jawabannya, emosi Bang Arbath malah semakin tak terkendali.
"Berangkat tiga puluh lima menit yang lalu??????? Apa tidak bisa delay saja??" Gerutu Bang Arbath.
"Tidak bisa Pak. Kami terbiasa on time." Jawab petugas bandara.
"As..... tagfirullah hal adzim..!!" Bang Arbath tidak jadi mengumpat tapi dirinya langsung berbalik badan tanpa kata.
Entah apa yang dirasakannya kini. Putus asa, sakit hati atau mungkin merasa kehilangan.
'Inikah karmaku?? Menelan ludah sendiri. Apa ini berarti aku masih menginginkan hidup dengan seorang wanita??'
"Pak..!!" Seorang petugas keamanan bandara menegur Bang Arbath.
Bang Arbath pun menoleh ke arah sumber suara.
"Benar ini dengan Pak Arbath??" Pria tersebut menunjukan foto dirinya.
"Iya, ada apa?" Tanya Bang Arbath masih ketus.
"Ini ada titipan surat dari seseorang. Silakan Pak..!!"
...
'Setelah perpisahan ini terjadi, tentu tanggung jawab Dindra kembali ke tangan saya. Saya sudah tau semua, saya memahami permasalahannya dan saya mengerti apa yang kamu rasakan. Tapi akan lebih baik jika saya membawa Dindra pergi. Jika memang kau ada hati dengan putri saya, bersabarlah sembilan bulan lagi.. dan selama penantian, saya masih memberimu kelonggaran untuk berbincang dengan Dindra via ponsel, tanpa pertemuan. Jika kau melanggar.. saya akan memberimu mutasi tanpa ampun..!!'
Isi surat itu selalu terngiang dalam hati Bang Arbath.
"Sungguhkah aku benar-benar akan menjilat ludahku sendiri??? Apa yang aku rasakan????aku hanya sekedar penasaran saja atau..... Benar-benar jatuh cinta???"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Murni Zain
Rial tunggu penyesalan mu.. kembali sm saras.
2024-06-30
0
mudahlia
ini kelicikan rubah
2024-06-30
0
mudahlia
dasar lelaki macam apaitu
2024-06-30
0