14. Hari pertama tanpamu.

Selera makan Bang Farial tidak begitu baik. Rasa rindunya pada Dindra semakin begitu terasa. Bayang sang istri terus berputar mengitari kepala.

"Kau ini kenapa? Istri di rumah pasti baik-baik saja dalam penjagaan batalyon. Kita yang disini harus berusaha lulus dengan baik." Tegur senior Bang Farial saat melihat juniornya seakan masih tidak ikhlas menjalani pendidikannya kali ini.

"Nggak juga Bang." Jawab Bang Farial tidak ingin terlihat lemah di hadapan seniornya.

"Baguslah kalau begitu. Saya malah meninggalkan istri yang baru saja hamil dua bulan. Yaaa.. nanti kalau pendidikan ini selesai, pasti usia kandungannya sudah hampir tujuh bulan. Nggak tega sebenarnya. Saat ngidamnya, saat punggungnya sakit, saat mual-mualnya.. nggak tegaa..!!"

Bang Farial terdiam beberapa saat, setidaknya hatinya lega karena tidak meninggalkan Dindra di saat istrinya itu tengah mengandung. Pada kenyataannya, hatinya memang jauh lebih panik jika saja sang istri sedang mengandung.

"Ngomong-ngomong Abang mau langsung ke barak. Kau masih mau disini?" Tanya senior.

"Saya mau disini sebentar, setelah itu saya mau ke supermarket. Abang tau lah, di pelosok sana saya kurang dapat perlengkapan dan kebutuhan sedangkan kota lumayan jauh jauh jaraknya dari Batalyon." Jawab Bang Farial.

"Yowes, Abang duluan yo..!!" Pamit seniornya.

:

Sore itu Bang Farial masih bisa menghubungi Dindra walau tidak banyak kata yang mereka bicarakan karena mungkin juga dirinya pun tidak biasa membuka obrolan yang serius dengan wanita.

Bibirnya tersenyum tipis melihat Dindra mengirim foto dirinya yang baru saja selesai mandi di rumah barunya. Paras wajah Dindra yang ayu dengan senyumnya membuat istrinya itu semakin terlihat cantik.

Bang Farial yang kaku hanya memberinya foto seadanya di warung makan tanpa senyum dan semua seakan datar saja seperti biasanya.

:

Usai menghubungi Dindra, Bang Farial menuju supermarket. Saat itu tanpa sengaja dirinya melihat seorang ibu hamil yang tidak bisa mengembalikan shampo pada rak paling atas.

"Biar saya bantu, Mbak..!!" Kata Bang Farial menawari bantuan dan saat itu ibu hamil tersebut menoleh ke arah Bang Farial.

"Abaaaang????"

"Saraaas?????" Mata Bang Farial terbelalak besar melihat mantan kekasihnya, apalagi perut Saras sudah terlihat sangat besar. "Kau.. hamil??"

Saras terpaku melihat Bang Farial namun beberapa saat kemudian tangisnya meleleh. Ia memeluk Bang Farial.

Refleks Bang Farial mengangkat kedua tangannya, ia masih punya kesadaran untuk tau diri bahwa statusnya saat ini adalah pria beristri.

"Dimana suamimu?"

"Tidak ada." Jawab Saras.

"Apa maksudmu, Saras?"

"Anak ini.. anak Abang." Saras semakin mengeratkan pelukannya.

"Ya Allah Ya Rabb, bagaimana bisa??? Bicara yang benar, Saras????? Kamu jangan main-main. Kita tidak pernah berhubungan badan dan saat ini saya sudah menikah." Ucap tegas Bang Farial.

"Tapi inilah kenyataannya, Bang. Saras hamil anak Abang." Jawab Saras.

"Okee.. okee.. kita keluar dari sini dan bicara yang tenang..!!" Ajak Bang Farial. Pikirannya mendadak buyar. Semua kenangan tentang Saras mendadak muncul, rasa rindunya menggeliat, banyak pertanyaan di dalam benaknya.

...

"Abang mabuk berat, Saras nggak bisa nolak."

"Kau tau bagaimana Abang kalau sedang mabuk. Abang tetap sadar, Ras..!!! Mana mungkin Abang melakukannya????" Protes Bang Farial karena memang dirinya merasa tidak pernah menyentuh Saras sedikit pun.

"Inilah yang Saras takutkan, Abang tidak mau mengakui. Dan inilah sebabnya Saras lari dari Abang..!!" Pekik Saras masih dengan tangisnya yang terdengar pilu.

Jelas saat ini perasaan Bang Farial begitu terpukul. Hatinya bingung, dilema, kecewa dan juga sekaligus luar biasa sakit yang tidak dapat ia uraikan.

"Saya bisa bertanggung jawab atas anak itu. Tapi saya tidak bisa menikahi mu, Saras. Saya sudah punya istri. Seharusnya saat itu kau katakan terus terang, kalau sudah seperti ini.. saya seperti terhimpit batu besar. Disini ada anak yang harus saya lindungi dan disisi lain ada istri yang harus saya jaga perasaan nya." Kata Bang Farial mencoba mengurai permasalahan dalam hidupnya. "Kisah kita sudah selesai, Saras. Saya sudah mencoreng wajah saya sendiri dan saya tidak ingin menyakiti Dindra lebih dalam lagi."

"Saras ngerti, Bang. Terserah Abang mau bagaimana." Jawab Saras.

Terus terang wajah lugu Saras begitu menghantam perasaan Bang Farial. Ingin sekali rasanya menyentuh rambut Saras, tapi ia sadari.. keadaan sudah tidak seperti dulu lagi.

"Empat bulan Abang disini. Abang akan temanimu sampai persalinanmu. Sekarang Abang antar kau pulang..!! Istirahat lah dan jangan banyak pikiran..!!" Pesan Bang Farial.

//

Dindra menutup jendela dan pintu ruang tamu dan tanpa sengaja melihat Bang Arbath berjalan kembali menuju mess nya.

"Baru di tutup Din? Biasakan menutup pintu rumah setelah Maghrib. Disini dekat kebun dan hutan. Takut ada ular atau hewan masuk ke rumah..!!" Kata Bang Arbath.

"Iya Om. Tadi Dindra lupa. Om mau kemana?" Tanya Dindra.

"Mau ke penjahit di gang empat, tapi tutup. Ternyata orangnya cuti. Mana saya nggak bisa jahit rapi." Gumam Bang Arbath kesal.

"Mau Dindra jahitkan? Dindra bisa jahit." Kata Dindra.

"Tolong..!! Kalau tidak repot..!!" Pinta Bang Arbath.

"Nggak repot Om." Jawab Dindra, niatnya sembari berterima kasih pada Bang Arbath.

:

Bang Arbath duduk gelisah di mess sembari menunggu pakaiannya yang sedang ditangani Dindra.

Di hari yang sudah malam, apalagi Dindra adalah istri sahabatnya tentu dirinya pun menerapkan batasan. Ia lebih baik menunggu dengan sabar di mess daripada harus menimbulkan cerita busuk di kalangan Batalyon.

Tak lama ponsel Bang Arbath berdering. Bang Arbath melihat panggilan telepon tersebut, ternyata panggilan telepon dari Dindra. Ia pun segera mengangkatnya.

"Iya dek..!! Apa sudah selesai?"

"Oomm.. tolong, ada buaya masuk ke rumah. Bang Arrow nggak bisa di hubungi." Kata Dindra.

"Haaahh.. buaya??? Yang benar saja kau dek. Aliran sungai di sini belum ada kasus buaya sampai naik ke asrama." Jawab Bang Arbath yang sempat menanyakan segi keamanan lingkungan batalyon.

"Benar Om, Dindra nggak bohong."

"Tunggu disana, cari tempat yang aman. Saya jalan kesana..!!" Bang Arbath pun secepatnya berlari menuju rumah Letnan Farial.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

❤Rainy Wiratama Yuda❤️

❤Rainy Wiratama Yuda❤️

Nanti setelah melihat bayi lahir gak tega ninggalin dan lupa akan istri yg sedang menunggu.

2024-06-28

0

❤Rainy Wiratama Yuda❤️

❤Rainy Wiratama Yuda❤️

Dan kau percaya itu Rial???

2024-06-28

0

Mika Saja

Mika Saja

ko tiba2 ketemu hamil,,,,,bukan buaya kali dindra tp kadal🤭

2024-06-28

0

lihat semua
Episodes
1 1. Di jodohkan.
2 2. Krisis rasa percaya.
3 3. Mencoba untuk tenang.
4 4. Mati lampu.
5 5. Gemas.
6 6. Emosi naik turun.
7 7. Syok berat.
8 8. Amarah memuncak.
9 9. Lepas landas.
10 10. Belum yakin akan rasa.
11 11. Cerita lama.
12 12. Dilema.
13 13. Belajar hidup sendiri.
14 14. Hari pertama tanpamu.
15 15. Mulai goyah.
16 16. Ujian.
17 17. Sembrono.
18 18. Keputusan gila.
19 19. Arti berjuang.
20 20. Kebodohan yang berkerak.
21 21. Saat ada rasa.
22 22. Suasana mulai tenang.
23 23. Kangen junior
24 24. Tak bisa di senggol.
25 25. Hak milik.
26 26. Peran baru.
27 27. Berbesar hati.
28 28. Harus kuat.
29 29. Keyakinan dalam keraguan.
30 30. Menguji keteguhan iman.
31 31. Memulai bersama mu.
32 32. Adegan berbahaya.
33 33. Dindra sayang.
34 34. Tidak untuk di contoh.
35 35. Permintaan.
36 36. Bu Danki ngidam.
37 37. Menghadapi Ibu Danki.
38 38. Terasa panas.
39 39. Gangguan.
40 40. Menyingkirkan masalah.
41 41. Kejadian tak terduga.
42 42. Bersamamu bahagia.
43 43. Bahagiaku bersamamu.
44 44. Awal emosi.
45 45. Semakin menjadi.
46 46. Hampir perang.
47 47. Tugas.
48 48. Jerat masa lalu.
49 49. Fondasi rumah tangga.
50 Rumah kedua
51 50. Terbalik.
52 51. Membujuk Pak Danki yang rewel.
53 52. Tentang perasaan.
54 53. Ada rahasia.
55 54. Hitam.
56 55. Berjuang untuk bertahan.
57 56. Di akhir cerita.
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1. Di jodohkan.
2
2. Krisis rasa percaya.
3
3. Mencoba untuk tenang.
4
4. Mati lampu.
5
5. Gemas.
6
6. Emosi naik turun.
7
7. Syok berat.
8
8. Amarah memuncak.
9
9. Lepas landas.
10
10. Belum yakin akan rasa.
11
11. Cerita lama.
12
12. Dilema.
13
13. Belajar hidup sendiri.
14
14. Hari pertama tanpamu.
15
15. Mulai goyah.
16
16. Ujian.
17
17. Sembrono.
18
18. Keputusan gila.
19
19. Arti berjuang.
20
20. Kebodohan yang berkerak.
21
21. Saat ada rasa.
22
22. Suasana mulai tenang.
23
23. Kangen junior
24
24. Tak bisa di senggol.
25
25. Hak milik.
26
26. Peran baru.
27
27. Berbesar hati.
28
28. Harus kuat.
29
29. Keyakinan dalam keraguan.
30
30. Menguji keteguhan iman.
31
31. Memulai bersama mu.
32
32. Adegan berbahaya.
33
33. Dindra sayang.
34
34. Tidak untuk di contoh.
35
35. Permintaan.
36
36. Bu Danki ngidam.
37
37. Menghadapi Ibu Danki.
38
38. Terasa panas.
39
39. Gangguan.
40
40. Menyingkirkan masalah.
41
41. Kejadian tak terduga.
42
42. Bersamamu bahagia.
43
43. Bahagiaku bersamamu.
44
44. Awal emosi.
45
45. Semakin menjadi.
46
46. Hampir perang.
47
47. Tugas.
48
48. Jerat masa lalu.
49
49. Fondasi rumah tangga.
50
Rumah kedua
51
50. Terbalik.
52
51. Membujuk Pak Danki yang rewel.
53
52. Tentang perasaan.
54
53. Ada rahasia.
55
54. Hitam.
56
55. Berjuang untuk bertahan.
57
56. Di akhir cerita.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!