9. Lepas landas.

"Dindra nggak mau disini..!!!!" Ucap Dindra terus menolak ajakan Bang Farial.

Bang Farial yang sudah menahan suara dan kesal hingga ubun-ubun kepala segera membawa Dindra melaju cepat menuju mess transit.

:

Cckkllkk..

Dindra mundur beberapa langkah saat mereka berdua sudah tiba di mess transit. Bang Farial pun segera mengunci pintu kamar mereka dengan rapat.

Sorot mata tajam Bang Farial begitu membidik tepat pada sang istri. Hanya dengan pandang itu saja, lagi-lagi nyali Dindra menjadi ciut.

Tanpa kata, Bang Farial membuka kancing seragam luarnya kemudian melepas kaos lorengnya.

"Om mau apa??" Pertanyaan yang sempat terlontar kemarin kini terdengar lagi.

"Kalau memang harus seperti ini cara untuk menyadarkan mu, lebih baik saya buat kau hamil saja." Kata Bang Farial, tangan kekarnya dengan cepat membongkar brangkas penyimpanan senjata.

"Nggak.. Nggaaakk.. Dindra nggak mau sama om-om..!!!"

Bang Farial kembali naik darah pasalnya terbersit rasa kecewa dalam dirinya sebab Dindra pun tidak menolak pernikahan mereka sejak awal.

"Sudah sampai seperti ini dan kau mau menolak. Kau jangan main-main dengan saya..!!!" Bentak Bang Farial kemudian melebarkan paha Dindra dan menindih tubuhnya.

Dindra terus menolak apalagi Bang Farial begitu buas dan menakutkan. Kini ia mulai menyadari bahwa penilaiannya tentang 'om-om' adalah hal yang keliru.

"Diam, Dindraaa..!!! Rasakan dulu..!!!!!" Ucap gemas Bang Farial sampai akhirnya dirinya mampu menguasai medan laga.

Jerit Dindra beriringan dengan tangisnya hingga saat itu ia merasakan ada sesuatu yang menembus tubuhnya. Dirinya sempat terhenyak namun kemudian memberontak.

Paham sang istri begitu sulit untuk di kendalikan, Bang Farial pun semakin menjadi. Dirinya benar-benar tidak memberi ampun dan jeda untuk Dindra.

Entah apa yang terjadi, Bang Farial seakan hilang akal. Dirinya kalap menangani Dindra.

...

Sekitar satu jam kemudian, Bang Farial sudah mencapai titik tertinggi dalam pertahanannya. Pikirannya melayang ke awan, tubuhnya terasa ringan bersamaan dengan erangan panjang dan terlepasnya seluruh peluru panas.

Di dalam detik-detik penyelesaian itu, Dindra terkejut, ikut merasa melayang, ada sebersit rasa menggelitik di sekitar rongga perutnya. Jujur kali ini dirinya tidak bisa menguraikan apa yang ia rasakan. Apalagi melihat ekspresi wajah Bang Farial semakin menampakan gagah dan jantannya seorang pria dewasa.

Dindra lebih terkejut lagi saat Bang Farial mengusap rambutnya.

"Kenapa kamu buat saya sekasar ini? Sekujur tubuhmu sakit, hati saya jauh lebih sakit." Ucap Bang Farial sampai akhirnya Dindra mencebik sedih.

Nada suara Bang Farial yang lembut ternyata mampu sedikit meluluhkan hatinya.

"Jangan pernah mengulang kesalahan yang sama..!! Kenapa harus kabur?? Kenapa kamu membuat saya sebersalah ini??? Tidak bisakah kamu sedikit saja menghargai saya???"

Paham Dindra tidak lagi bertingkah seperti tadi, Bang Farial pun kembali memeluk istri kecilnya. Dirinya tidak peduli lagi apakah Dindra akan kembali marah atau tidak tapi keadaan yang masih dalam tegangan tinggi, ia pun mencoba mengulang kembali dan menekan tubuhnya.

Saat itu, Dindra menatap wajah Bang Farial dengan lekat. Perlahan tapi pasti, Bang Farial mengatur ritme gerak tubuhnya. Ia mengarahkan tangan Dindra agar melingkarkan kedua tangannya ke belakang tengkuk lehernya.

"Begini enak?? Sakit??" Tanya Bang Farial yang memang tidak pernah ingin menyakiti Dindra.

Dindra menggeleng pelan. Bang Farial pun kemudian mengecup kening Dindra kemudian melum*t bibir berwarna pink muda milik sang istri.

:

Dindra mengejang tak karuan dan Bang Farial paham istri kecilnya sudah mulai naik dan bisa menikmati 'keringat' bersamanya. Ia pun tak ingin melewatkan moment tersebut dan menyudahinya. Untuk kesekian kalinya Bang Farial merasakan melayang hingga lahar panas kembali membasahi 'tubuh' Dindra.

"Sudah??"

Malu-malu Dindra mengangguk dengan wajah memerah. Senyum Bang Farial mengembang mengurai kelegaan, kemudian Bang Farial menarik diri dengan hati-hati.

"Om Rial tidak jadi kawin lagi, kan?" Tanya Dindra polos.

"Memangnya kenapa kalau Om kawin lagi? Kau takut??" Bang Farial balik bertanya dengan wajah licik.

"Masa Om mau begini sama perempuan lain??" Ucap ketus Dindra dan Bang Farial hanya bisa menahan tawanya.

Dari sinilah Bang Farial paham, Tuhan memang menjanjikan bahagia bagi umatNya yang bersedia berjalan lurus pada ketentuanNya. Segala hal yang dimulai tanpa 'cela' pasti akan menimbulkan rasa yang luar biasa.

"Tergantung service mu." Canda Bang Farial santai dan berniat beranjak dari tempat tidur. Tapi kemudian Dindra kembali menarik tengkuk Bang Farial.

"Kalau Dindra belum bisa, apa Om akan meninggalkan Dindra???" Tanya Dindra.

Bang Farial kembali tersenyum. Ia menatap kedua bola mata Dindra yang jelas penuh dengan harap. "Dindra saja sudah cukup untuk saya. Saya masih waras dan paham jalan pulang. Kalau Dindra belum bisa, kita lakukan sama-sama. Itulah pernikahan."

Dindra memeluk Bang Farial seerat mungkin. Ada rasa bersalah dalam hatinya karena dirinya telah begitu menyusahkan pria yang sebenarnya begitu baik dan pengertian.

"Om masih mau nikahin Dindra??? Kita sudah melakukannya." Kata Dindra masih cemas.

"Lalu kau pikir untuk apa saya pontang panting mengejar waktu menghadap para pejabat Batalyon. Semua demi mempertegas statusmu. Bisa kau pahami hal itu?"

...

Sore hari Bang Farial sibuk mencuci sprei dan membalik busa tempat tidur. Ia tidak ingin siapapun mencium jejak pertempuran panasnya sore tadi.

Suara klakson motor menegur Bang Farial yang tengah sibuk.

"Tumben cuci sendiri??? Rajin amat lu, biasanya juga di bawa ke laundry?" Tegur Letnan Zheta Arbath saat melihat Bang Farial mencuci di samping mess transit.

"Nggak apa-apa. Ketimpa kopi." Alasan Bang Farial.

Tak lama Dindra keluar dari mess transit dengan rambut yang masih basah.

"Oomm..!! Sudah beli obatnya??" Sapa Dindra masih terlihat meringis kesakitan.

Bang Farial dan Bang Arbath refleks menoleh.

"Pucuk dicinta, jodoh pun tiba..!!!! Siapa gerangan bidadari cantik ini???" Bang Arbath menghampiri kemudian mengulurkan tangan hendak menyalami Dindra tapi Bang Farial berdiri dan langsung menepisnya.

"Sebentar lagi saya belikan. Masuk dulu..!!" Perintah Bang Farial.

Bang Arbath tersenyum licik penuh arti dan hal itu membuat Bang Farial seketika panas meradang.

"Apa yang kau lihat????" Tegurnya.

"Keponakanmu ya?? Kenalin donk..!!! Sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama." Kata Bang Arbath sembari melongok melihat gaya Dindra berjalan.

"Apa kau bilang???? Coba ulang..!!! Kau ingin rasa nafas terakhir???? Dindra istriku, mau apa kau???"

"Jangan bercanda..!! Dia panggil Om, kan???" Bang Arbath masih belum juga percaya.

Bang Farial langsung menarik lengan pakaian Bang Arbath "Jauh-jauh kau dari sini. Jangan lagi berdebat denganku..!!" Usir Bang Farial.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

siti muhlihah

siti muhlihah

bang arial mode in singa siap hajar😂

2024-06-24

0

Mika Saja

Mika Saja

Tokoh Baru,,,,dindra mau kabur ko siang2 ya gampang nyarinya,ketemu dan pulang lg kan🤭

2024-06-24

1

Salsa Bila

Salsa Bila

akhirnya bongkar mesin jg...

2024-06-24

0

lihat semua
Episodes
1 1. Di jodohkan.
2 2. Krisis rasa percaya.
3 3. Mencoba untuk tenang.
4 4. Mati lampu.
5 5. Gemas.
6 6. Emosi naik turun.
7 7. Syok berat.
8 8. Amarah memuncak.
9 9. Lepas landas.
10 10. Belum yakin akan rasa.
11 11. Cerita lama.
12 12. Dilema.
13 13. Belajar hidup sendiri.
14 14. Hari pertama tanpamu.
15 15. Mulai goyah.
16 16. Ujian.
17 17. Sembrono.
18 18. Keputusan gila.
19 19. Arti berjuang.
20 20. Kebodohan yang berkerak.
21 21. Saat ada rasa.
22 22. Suasana mulai tenang.
23 23. Kangen junior
24 24. Tak bisa di senggol.
25 25. Hak milik.
26 26. Peran baru.
27 27. Berbesar hati.
28 28. Harus kuat.
29 29. Keyakinan dalam keraguan.
30 30. Menguji keteguhan iman.
31 31. Memulai bersama mu.
32 32. Adegan berbahaya.
33 33. Dindra sayang.
34 34. Tidak untuk di contoh.
35 35. Permintaan.
36 36. Bu Danki ngidam.
37 37. Menghadapi Ibu Danki.
38 38. Terasa panas.
39 39. Gangguan.
40 40. Menyingkirkan masalah.
41 41. Kejadian tak terduga.
42 42. Bersamamu bahagia.
43 43. Bahagiaku bersamamu.
44 44. Awal emosi.
45 45. Semakin menjadi.
46 46. Hampir perang.
47 47. Tugas.
48 48. Jerat masa lalu.
49 49. Fondasi rumah tangga.
50 Rumah kedua
51 50. Terbalik.
52 51. Membujuk Pak Danki yang rewel.
53 52. Tentang perasaan.
54 53. Ada rahasia.
55 54. Hitam.
56 55. Berjuang untuk bertahan.
57 56. Di akhir cerita.
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1. Di jodohkan.
2
2. Krisis rasa percaya.
3
3. Mencoba untuk tenang.
4
4. Mati lampu.
5
5. Gemas.
6
6. Emosi naik turun.
7
7. Syok berat.
8
8. Amarah memuncak.
9
9. Lepas landas.
10
10. Belum yakin akan rasa.
11
11. Cerita lama.
12
12. Dilema.
13
13. Belajar hidup sendiri.
14
14. Hari pertama tanpamu.
15
15. Mulai goyah.
16
16. Ujian.
17
17. Sembrono.
18
18. Keputusan gila.
19
19. Arti berjuang.
20
20. Kebodohan yang berkerak.
21
21. Saat ada rasa.
22
22. Suasana mulai tenang.
23
23. Kangen junior
24
24. Tak bisa di senggol.
25
25. Hak milik.
26
26. Peran baru.
27
27. Berbesar hati.
28
28. Harus kuat.
29
29. Keyakinan dalam keraguan.
30
30. Menguji keteguhan iman.
31
31. Memulai bersama mu.
32
32. Adegan berbahaya.
33
33. Dindra sayang.
34
34. Tidak untuk di contoh.
35
35. Permintaan.
36
36. Bu Danki ngidam.
37
37. Menghadapi Ibu Danki.
38
38. Terasa panas.
39
39. Gangguan.
40
40. Menyingkirkan masalah.
41
41. Kejadian tak terduga.
42
42. Bersamamu bahagia.
43
43. Bahagiaku bersamamu.
44
44. Awal emosi.
45
45. Semakin menjadi.
46
46. Hampir perang.
47
47. Tugas.
48
48. Jerat masa lalu.
49
49. Fondasi rumah tangga.
50
Rumah kedua
51
50. Terbalik.
52
51. Membujuk Pak Danki yang rewel.
53
52. Tentang perasaan.
54
53. Ada rahasia.
55
54. Hitam.
56
55. Berjuang untuk bertahan.
57
56. Di akhir cerita.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!