"Om tidur di lantai saja ya..!!"
"Benar-benar kau ya, masa yang punya kamar harus tidur di lantai?" Jawab Bang Farial sengaja bernada kasar.
"Harus ngalah, Dindra ini tamu."
"Tamu yang merepotkan." Sambar Bang Farial.
"Jangan lupa, Om. Dindra istri sudah jadi istri Om Rial."
"Oohh begituuuu.. Okee..!! Berarti kau sudah paham juga tentang kedudukanmu dan apa yang harus kau lakukan." Ucap lirih Bang Farial sampai membuat Dindra kembali menelan ludah berkali-kali.
***
Tengah malam sudah terlewat tapi mata Bang Farial belum bisa terpejam. Kaki Dindra mengapit pahanya hingga dirinya tidak bisa bergeser sekaligus tidak berani bergerak.
Sensor aktif pada tubuhnya akan memberikan signal tanda bahaya karena ada korsleting tegangan tinggi yang akan meledak jika dirinya salah posisi.
"Macam mana pula kakiku harus bergerak. Sampai kesemutan begini tak sadar juga ini gadisnya Pak Ricky." Gumamnya.
Namun senyum tipis Bang Farial, rambut wangi Dindra menguar hingga rongga hidung nya. "Kau cantik kalau tidak bertingkah, tapi jujur ulah kecilmu membuat penilaianku memandang wanita menjadi berbeda. Ternyata gadis polos juga memberi warna daripada gadis mandiri yang bahkan tidak pernah butuh bantuan ku."
...
plaaaakk..
"Allahu Akbar.. ada apa???" Bang Farial mengerjab karena Dindra menamparnya di pagi buta.
"Bisakah Om Rial jaga sikap sedikit??? Memeluk perempuan tanpa ijin adalah tindakan pelecehan." Protes Dindra saat lampu sudah menyala terang dan mendapati dirinya tidur dalam pelukan Bang Farial.
"Apakah saya harus buat surat permohonan agar bisa memeluk istri sendiri???? Kita ini pasangan suami istri, bukan pasangan selingkuhan." Gerutu Bang Farial.
Barulah sesaat kemudian Dindra kembali menyadari bahwa statusnya telah menjadi istri orang. Ia pun memalingkan wajahnya seolah tidak terjadi apapun di pagi yang bahkan belum menampakkan sinarnya.
"Entah kenapa makhluk bernama wanita selalu sulit minta maaf. Sudah menampar orang, sekarang memasang wajah tanpa dosa. Luar biasaaa..!!" Omel Bang Farial.
"Yang salah kan, Om Rial."
Bang Farial menggeleng, ia pun beranjak daripada harus berdebat dengan gadis kecil pembuat onar.
"Mau kemana?" Tanya Dindra cemas jika harus di dalam kamar sendirian meskipun lampu sudah menyala.
"Waktunya sholat. Kau tidak sholat?" Tegur Bang Farial.
"Mukenanya di kamar mess transit." Jawab Dindra.
"Kau disini, saya ambil dulu."
:
Dindra gugup saat pertama kali menyambut tangan Bang Farial. Ia pun menunduk mencium punggung tangan suaminya. Di dalam hatinya resah, gelisah, penuh rasa haru memenuhi perasaan.
Jika saja ibunya masih ada, mungkin hidupnya akan lebih bahagia dari saat ini. Namun kenyatakan harus di terima nya. Dirinya besar dalam didikan ayah yang merangkap sebagai seorang ibu.
"Semoga keberkahan dan kebaikan selalu mengiringi setiap perjalanan hidupmu, bahagia selalu untukmu, sehat jiwa ragamu. Dan semoga Allah melindungi serta meridhoi rumah tangga kita agar di berikan putra dan putri yang sholeh serta sholehah untuk mempererat batin kita." Bang Farial mengecup kening Dindra dengan sayang meskipun masih ada rasa tak biasa dalam hatinya.
Begitu pun hati Dindra saat ini, entah kenapa ucap Bang Farial seakan membekas dalam lubuk hatinya. Perasaannya mengambang, apakah dirinya akan menghabiskan waktu seumur hidup dengan pria di hadapannya itu.
"Dindra mau, memulai semuanya dari awal dengan saya?" Tanya Bang Farial.
"Mau, Om." Jawab Dindra setelah beberapa saat tenggorokannya seperti tercekat.
Bang Farial mendesah pasrah. Dindra masih menyapanya dengan sebutan yang tidak biasa.
"Ya masa panggilnya Om terus. Apa kata orang nanti." Protes Bang Farial.
Dindra mengalihkan pandangannya. Pipinya memerah semerah tomat menahan malu di hadapan Bang Farial.
Bang Farial tersenyum tipis, pipinya ikut bersemu merah.
...
Pagi ini Bang Farial meninggalkan Dindra di mess transit sebab dirinya langsung mengikuti kegiatan sekaligus mengajukan permohonan nikahnya dengan Dindra.
Suara para prajurit yang berlari pagi membuat Dindra penasaran. Ia pun keluar dari mess transit dan melihat para prajurit yang berlari secara terang-terangan.
"Ternyata Pak tentara memang gagah." Gumamnya takjub melihat dada bidang para abdi negara. "Perutnya kotak enam, rambutnya juga selalu on mode pangkas 'nol satu'."
"Kau lihat apa??" Tegur Bang Farial saat memergoki istri kecilnya sedang melihat om-om berlari dalam barisan dengan lagu kebanggaan kesatuan.
"Itu." Jawab Dindra sembari memonyongkan bibirnya.
"Itu apa?? Lihat apanya??"
Dindra tak langsung menjawab dan tetap mencuri pandang ke arah para prajurit sampai akhirnya Bang Farial mengarahkan wajah Dindra agar matanya langsung mengarah padanya.
Bang Farial membuka pakaian loreng luarnya lalu kemudian membuka kaosnya. "Saya juga punya, tidak perlu lihat dada laki-laki lain."
"Apa sih Om. Kenapa kalau perempuan yang melirik laki-laki kesannya seperti aib padahal laki-laki kalau lihat yang bening juga biji matanya nyaris lepas." Protes Dindra.
"Apa kau kira yang begitu itu baik?? Ayo cepat masuk..!!" Ajak Bang Farial.
"Nggak mauuuu.." tolak Dindra mentah-mentah.
Tak banyak bicara, Bang Farial langsung memanggul Dindra untuk masuk ke dalam kamar mess transit.
"Ngga mauuu.. Dindra nggak mau, Om."
"Ini saya kasih gratis. Nggak cuma lihat dada saya, masih ada bonus lihat yang lain juga. Kau pilih.. mode kalem atau mode on fire." Kata Bang Farial gemas.
"Turunkan..!! turunkaaann..!!" Pinta Dindra.
"Dimana? Kasur atau bathub????"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Susi Andriani
emang mes tentara ada bathubnya toor
2025-01-08
0
nue21
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-08-28
0
Septi Astuti
😍😍😍
2024-07-04
0