💌 Whisper of love 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
Pesawat yang ditumpangi Aaron mendarat mulus di bandara xx. Aaron melangkah menuju konter imigrasi. Setelah mendapat cap di paspor, dia langsung keluar dari pintu kedatangan.
Nampak Ivander dan Ivannia menunggu kedatangannya. Aaron tersenyum lebar ketika Ivannia langsung berlari menuju kearahnya.
" Daddy...." Ivannia langsung berhambur kepelukan lelaki yang sangat ia rindukan.
Aaron membalasnya dengan menciumi pipi putrinya dengan sayang.
" Aku merindukanmu daddy. " ucap Ivannia kembali memeluk daddynya.
" Daddy juga rindu sayang." balas Aaron mengelus rambut Ivannia.
" Sepertinya daddy melupakanku? " kata Ivander sedikit memiringkan kepalanya, melihat daddynya yang masih bernostalgia melepaskan rindu bersama Ivannia.
" Hai my son ! " ucap Aaron memeluk tubuh anaknya dan memberikan tinjunya ke dada Ivander, membuat Ivander menghindar cepat agar jangan sampai terkena tinju daddynya. Tiba tiba tawa mereka pecah, mereka kembali berpelukan.
" Selamat siang Tuan! " Sapa Asisten Aaron dengan ramah.
Aaron baru tersadar jika asistennya ada di hadapannya. Mereka melepaskan pelukannya dan tersenyum kepada Brian.
" Selamat siang Brian! Bagaimana rapat hari ini Brian? " ucap Aaron sambil melangkah berjalan menuju parkiran, Ivannia bergelayut manja di lengan Aaron.
" Semua berjalan dengan baik tuan." ucap Brian membuka pintu mobil untuk Tuannya.
" Dimana Wakil direktur? " tanya Aaron kembali ketika posisi duduknya sudah nyaman. Aron duduk dibelakang bersama putrinya dan Ivander duduk duduk didepan
" Dikantor tuan. " jawab Brian singkat seraya membungkukkan badannya. Ia langsung masuk ketika Tuannya sudah berada didalam mobil.
Mobil melaju meninggalkan bandara. Nampak Aaron menatap serius tablet digital ditangannya wajahnya nampak serius.
" Dad, apa mommy akan baik baik saja disana? " Tanya Ivannia mencemaskan Mommynya.
" Tentu saja sayang, mommy orang kuat. Mommy pernah tinggal di sana selama dua tahun. " Kata Aaron tersenyum, ia masih sibuk dengan tablet digitalnya.
" Apa keluarganya tidak ada di sana dad? Kenapa mommy harus berkorban sejauh ini? meninggalkan kita disini." kata Ivannia dengan nada protes, ia mengerucutkan bibirnya tidak suka.
Aaron diam sejenak sambil memegang dagunya. Ia menghentikan tangannya yang sedari tadi memeriksa beberapa laporan masuk ke tablet digitalnya. Aaron mengerti perasaan anak anaknya, mereka berpisah jauh dari Mommynya. Tapi bagaimana pun Aaron harus bisa menjelaskan dengan baik agar Ivannia dapat menerima keputusan Mommynya.
" Semua keluarga mereka terkena dampak bencana itu sayang, jadi ibu harus berkorban untuk mengurus Joevanka yang masih koma. Daddy akan usahakan dalam minggu ini semoga joevanka bisa dirawat disini. Joevanka kehilangan kedua orang tuanya dan ia akan tinggal bersama kita. Ya, Kita doakan semoga Joevanka cepat sadar. " ucap Aaron menggenggam tangan Ivannia.
Ivander hanya diam tidak memberi komentar apapun, wajahnya menatap lurus kejalan
Suasana didalam mobil menjadi hening. Ivannia sibuk mengutak-atik ponselnya, Aaron sibuk memeriksa kembali laporan yang dikirim Betran.
Sementara Ivander sendiri asyik dengan pikirannya sendiri. Ia menyandarkan tubuhnya dikursi mobil. Ivander memejamkan matanya. Tiba tiba sosok Delia terlintas dalam pikirannya. Ivander tersenyum samar, semenjak pertemuannya dengan Delia ia selalu memikirkan Delia, Sosok wanita yang masih dicintainya.
⭐⭐⭐⭐⭐
Ivander berjalan lambat menuju kediaman Samuel setelah ia memarkir mobilnya.
Ia menekan bel rumah wireless anti air yang diletakkan didekat pintu.
TING NONG TING NONG
Ivander membuka kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya. Ia melemparkan senyumnya, ketika melihat seorang wanita paruh baya muncul membukakan pintu untuknya.
" Selamat sore Tuan. " Sapa wanita itu dengan ramah. Ia langsung membuka daun pintu utama dengan lebar. Bentuk pintu rumah gaya Eropa , ketika melihat Ivander tersenyum ramah.
" Selamat sore, ada Samuel ? " tanya Ivander ramah, ia masih menebarkan senyum tipisnya.
" Ada tuan, silahkan masuk! " kata wanita paruh baya itu mengulurkan tangannya kedepan mempersilahkan tamu masuk. Pintu utama gaya Eropa itu ia tutup kembali.
" Terima kasih ! " kata Ivander tersenyum ramah. Ia langsung melangkah masuk kedalam rumah dan menaiki anak tangga menuju kamar Samuel. Ia tidak mengetuk pintu lagi, Ivander langsung membuka kenop pintu dan melihat Samuel tertidur nyaman dengan gaya tengkurap. Ia menggeleng melihat samual dengan posisi memiringkan kepala ke kiri.
" Astaga...? " Ivander berdecak kesal seharusnya hari ini mereka latihan untuk pertunjukan minggu depan. Acara sudah didepan mata, namun yang ia lihat Samuel santai dan bisa tidur seperti ini.
" Sampai kapan kamu harus tidur seperti ini Samuel? " Ucap Ivander menggelengkan kepalanya.
Samuel membuka matanya, ketika mendengar suara Ivander begitu berisik membangunkannya.
" Biarkan aku tidur Ivander hanya 10 menit saja , oke! " Kata Samuel kembali mengambil posisi nyaman memeluk bantal guling nya.
" Samuel, jangan sampai aku mengeluarkanmu dari band ini." geram Ivander mengambil bantal dan melempar kearah kepala Samuel.
" Astaga dude bisakah kau tidak mengancamku dengan kata kata itu? " Kata Samuel kembali melempar bantal kearah Ivander, namun Ivander langsung menangkap dan tersenyum miring penuh kemenangan.
Samuel mendengus kasar, ia langsung bangun dari tidurnya, menatap tajam kepada Ivander. Ia melangkah kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Tidak menunggu lama, Samuel sudah memakai tas ranselnya dan menyusul Ivander yang menunggunya diruang tamu.
" Sekarang kita pergi ? " Tanya Ivander bangun dari duduknya.
" Maksudmu mau ngapain coba, kita mau duduk sambil makan, gitu ? " kata Samuel dengan nada kesal.
" Siapa tahu ? " Ivander menunjuk sofa yang ia duduki. Ia tahu pasti Samuel mengerti maksudnya. Samuel hanya menggelengkan kepalanya. Ivander terkekeh, wajah Samuel masih nampak kesal. Ivander melangkah dengan wajah tanpa ekspresi, ia tidak perduli jika Samuel masih kesal kepadanya. baginya acara ini lebih penting, karena Ivander harus bisa memberikan yang terbaik dan tidak mengecewakan fakultasnya.
Ivander membawa mobilnya keluar dari halaman rumah milik Samuel. Ia memutar musik dari audio mobilnya.
" Ivander! apa menurutmu kita memang memiliki wajah mirip di dunia ini ? " kata Samuel memulai pembicaraan, nada bicaranya terlihat serius.
" Jika kau memang menemui wajah yang mirip denganmu, berarti kau akan menemui ajalmu Samuel." kata Ivander terkekeh.
" Bukan saya Ivander, tapi....? " Samuel menggantung kalimatnya, agar Ivander lebih penasaran lagi.
" Tapi apa ? " Ivander melirik Samuel sekilas dan kembali fokus menatap jalan.
" Kamu tidak penasaran? " kata Samuel.
" Tidak juga, jika kau tidak ingin mengatakannya, tidak masalah Samuel. " Kata Ivander terlihat santai.
" Ck..." Samuel berdecak kesal, namun Ivander hanya tersenyum singkat. Ia masih terlihat asyik mengikuti musik dari audio mobilnya.
" Walau kau tidak mau tahu, tapi aku tetap mengatakannya Ivander. " kata samuel.
" Apa itu? " tanya ivander.
" Aku melihat wanita yang begitu mirip dengan Delia." kata Samuel akhirnya.
Ivander diam tanpa ekspresi, membuat Samuel mengernyitkan keningnya. Bukan Reaksi ini yang Samuel harapkan, Ivander terlihat biasa saja.
" Hei dude come on, kamu tidak terkejut? " Kata Samuel merubah posisi duduknya menyamping agar bisa melihat wajah Ivander yang kaku.
" Aku sudah bertemu dengannya, buat apa juga aku terkejut. " Jawab Ivander dengan nada santai.
" What????? " mata Samuel membulat sempurna karena terkejut.
Ivander menarik sisi bibir atasnya untuk tersenyum. Melihat perubahan wajah Samuel, Ivander terkekeh.
" Jangan bilang Delia mau minta balikan sama kamu Ivander, aku orang yang pertama tidak setuju. " ketus Samuel.
" Kamu benar, Delia minta balikan lagi. " jawab Ivander terlihat santai. Ia memarkir mobilnya didepan gedung kampus. Mereka melakukan latihan di aula tempat pertunjukan nanti.
" Ivander, aku harap kamu jangan gila menerima Delia." kata Samuel keluar dari mobil menyusul langkah Ivander.
Tak ada jawaban, karena Ivander tetap fokus melihat pesan grup yang masuk ke WhatsApp nya.
" Oh my God...Ivander! " Samuel berlari pelan mengikuti Ivander. Samuel menggeleng, percuma bicara dengan mahluk halus ini. Toh Ivander bakal tidak perduli jika ia masih mencintai Delia, apapun pasti Ivander lakukan. Astaga !!
" Maaf kami terlambat! " ucap Ivander menyapa teman teman band nya.
" Tidak masalah Ivander. " kata Kevin tersenyum.
" Oke.. Sekarang kita bisa latihan. " ucap Ivander langsung mengambil gitarnya.
" Siap....! " Jawab mereka serentak.
BERSAMBUNG
.
.
.
💌BERIKAN LIKE DAN KOMENTARMU💌
💌 BERIKAN VOTEMU 💌
💌 BERIKAN BINTANGMU 💌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Nana Grace
mantap lanjut
2021-08-17
0
Daddy arron yang baik
2021-03-13
0
Mona Seila ☑️
Rindu sama babang Aaron
2021-02-12
0