Ketika Mulan menghentikan motor, untuk memeriksa MAP di Hp nya. Mulan melihat tulisan yang sedikit menarik perhatiannya.
"RUMAH INI DI JUAL"
Plakat kayu dengan tulisan hitam tebal, tergantung di depan gerbang sebuah rumah dua lantai.
"Ehem" Mulan melongokkan kepalanya untuk mengamati lingkungan sekitar.
Gerbang depannya terbuat dari susunan batu alam dan besi hollow setinggi dua meter. Di cat dengan menggunakan perpaduan cat warna hitam dof dan natural glossy.
Cat eksterior kombinasi warna hitam dan coklat, di gunakan untuk mewarnai tembok bagian luarnya.
Pagar tembok di buat sedikit lebih tinggi, mengelilingi seluruh halaman samping dan halaman belakang rumah.
Ada pos satpam di dalamnya, karena jarak pintu gerbang ke rumah utama sedikit jauh.
Kesan misterius dan introvert inilah yang membuat Mulan tertarik, dan berkeinginan untuk memilikinya.
"Ada yang bisa di bantu, Neng?" tanya seorang satpam dengan nada ramah.
Mungkin karena melihat Mulan yang terus mengawasi rumah itu. Jadi satpam itu berinisiatif membuka gerbang, menghampiri dan menanyai Mulan.
"Saya sedikit lupa arah, pak." jawab Mulan dengan sedikit senyum.
"Emang si Eneng dari mana mau ke mana?" tanya bapak satpamnya lagi dengan logat Betawi.
"Dari jalan-jalan aja pak. Niatnya mau hafalin jalan, tapi nyasar sampai sini." jelas Mulan dengan sedikit senyum canggung.
"Alamat rumahnya mana?" tanya pak satpam tidak sabar.
"Cikarang, pak." jawab Mulan asal.
"Oh Cikarang. Gampang itu mah. Nanti dari sini lurus aja, sampai perempatan depan belok kanan, terus... ... ... Ada lampu merah ke tiga, belok kiri... ... ... Udah deh, tinggal ngikutin jalan, sampai." Pak satpam yang bernama Roni, memberi tahu Mulan arah jalan pulang dengan sangat lancar dan detail.
"Waahhh,,, go*gle map aja, kalah sama bapak." Mulan di buat ternganga dengan kecepatan pak Roni dalam memberi penjelasan.
"Kalau cuma wilayah Jabodetabek sini mah bapak hapal di luar kepala, neng." pak Roni tampak bangga dengan pencapaiannya.
"Dulu bapak pasti jadi anggota geng motor ya?" tanya Mulan bercanda.
"Ngawur" jawab pak satpam cepat. Kemudian menengok ke kanan dan ke kiri sok misterius.
"Gini-gini dulu saya ketuanya, neng." lanjut pak satpam dengan sedikit berbisik.
"Hahaha" kemudian tertawa dengan sendirinya.
"Keren. Keren." tanggap Mulan dengan mengacungkan ibu jarinya.
"Eh pak, ngomong-ngomong rumah ini beneran di jual?" kemudian Mulan segera mengganti topik pembicaraan ke 'rumah yang dijual'.
"Iya, neng. Bener." jawab pak satpam mantap.
"Emang kenapa di jual pak?" tanya Mulan lagi dengan nada di buat sepenasaran mungkin.
"Majikan saya mau pindah menetap ke Luar Negeri, neng." terang pak satpam dengan menatap rumah di dalam gerbang.
"Oh gitu ya pak. Kirain berhantu atau gimana gitu." celetuk Mulan dengan pura-pura polos.
"Sembarangan. Kagak ada hantu yang berani kesini neng." protes pak satpam yang tak terima rumah majikannya di sebut berhantu.
"Kira-kira, berapa harga yang di minta pemilik rumah, pak?" tanya Mulan lagi karena tidak ingin terlalu lama membuang-buang waktu.
"Kalau itu saya kurang tau. Gimana kalau Neng tanya langsung ke pemiliknya." saran pak satpam yang langsung mendapat anggukan kepala dari Mulan.
Setelah mengetahui Mulan tertarik dengan rumah majikannya, dan mendengar Mulan menanyakan harga rumah tersebut. Pak Roni langsung kembali ke pos satpamnya, dan menghubungi pengurus rumah tangga menggunakan interkom. Setelah mendapatkan jawaban dari majikannya, pak Roni mempersilakan Mulan untuk masuk.
"Silakan, neng."
Supaya Mulan bisa langsung bertemu dengan pemilik rumah, melihat dan memeriksa kondisi rumah, serta menegosiasikan harga rumah.
Mulan mengangguk, kemudian mengikuti pak Roni yang sudah langsung menuntun motor Mulan memasuki pintu gerbang.
Sebenarnya Mulan merasa sedikit aneh dan janggal. Karena pemilik rumah langsung mengizinkan seseorang (dirinya) masuk ke dalam rumah. Tanpa bertanya asal usul dan latar belakangnya terlebih dahulu.
Tapi Mulan mengesampingkan kebingungannya, karena dia memang tertarik dengan rumah itu. Sehingga dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut.
Memasuki pintu gerbang, Mulan langsung disuguhi dengan keindahan taman hijau. Tanaman bonsai dan beberapa jenis bunga di letakan di beberapa titik. Sangat terawat dan teliti dalam pengaturan tata letaknya.
Ada juga kolam yang di penuhi dengan ikan koi beraneka warna, di sebelahnya ada beberapa ikan Aligator. Taman buatan yang menempel di dinding, juga dilengkapi dengan air terjun buatan. Airnya keluar dari celah bebatuan yang di susun rapi di dinding.
"Halaman depannya aja seperti ini. Bagaimana dengan bagian dalam dan halaman yang lain?" Mulan mulai menebak-nebak penampakan yang ada di dalam rumah.
Mulan mengernyitkan keningnya ketika mendekati pintu masuk. Walaupun tanpa ukiran rumit, pintu kayu dengan warna coklat tua hampir kehitaman itu terlihat sangat kokoh dan elegant.
"Kayu oak." tebak Mulan setelah tepat berada di depan pintu. Kayu oak ini termasuk jenis kayu terbaik dan bernilai tinggi. Kayu ini harus di import dari negara beriklim dingin dan sejuk di bumi bagian Utara.
Tanpa menunggu lama, seorang wanita berusia kepala tiga segera membukakan pintu.
"Selamat siang nona." sapanya ramah pada Mulan.
"Mari, silakan masuk." wanita itu memberi isyarat agar Mulan mengikutinya. Ternyata wanita itu membawa Mulan ke sebuah ruang tamu yang cukup luas.
Dari mulai memasuki pintu utama hingga ke ruang tamu, mata Mulan di manjakan dengan banyaknya pernak pernik yang menghiasi isi ruangan. Mulai dari guci, lukisan dan hiasan dinding lainnya. Semuanya memberikan kesan elegant, mahal namun sedikit menyendiri.
"Tak tak tak" suara langkah kaki mulai terdengar dari ujung tangga.
"Sepuluh menit." gumam Mulan yang hanya bisa di dengar telinganya sendiri. Ketika sang nyonya rumah mulai menampakan diri.
Seorang wanita paruh baya, mengenakan stelan kemeja coklat motif bunga, panjang lengan tiga perempat, di padukan dengan celana coklat. Rambutnya yang di warnai dengan warna hitam kecoklatan, tertata rapi dengan sanggul yang sedemikian rupa. Sehingga memberikan kesan eksentrik bagi yang melihatnya.
"Selamat siang nyonya." Mulan berdiri dan memberikan sedikit anggukan pada sang nyonya rumah. Yang di balas dengan sedikit senyuman dan anggukan kecil dari sang nyonya rumah.
Keduanya duduk bersebrangan, dengan meja kecil yang memisahkan keduanya.
"Siapa namamu?"
"Perkenalkan, nama saya Mulan Guanlin, nyonya." jawab Mulan dengan nada sedikit naif.
"Sial. Hampir saja aku menyebut Mulan Benji." keluh Mulan dalam hati.
"Mulan Guanlin, ya. Panggil saya Lauren. Laurencia Zhu."
"Baik, nyonya Lauren."
Setelah asisten rumah tangga mengantarkan teh, nyonya Lauren mempersilakan Mulan untuk mencicipi tehnya.
"Saya dengar, kamu tertarik dengan rumah ini." kata nyonya Lauren setelah meletakan cangkir tehnya.
"Benar nyonya." jawab Mulan mantap. Karena sang nyonya langsung pada intinya, Mulan juga tidak ingin berbasa basi.
"Berapa yang bisa kamu berikan?" tanya nyonya Lauren lagi dengan seringai misterius di sudut bibirnya.
Melihat ini tatapan mata Mulan mulai berubah. Yang tadinya sok polos, naif dan jujur. Kini menjadi tatapan tajam, licik, gelap dan dalam. Sedalam dan segelap sumur tua yang tak berpenghujung.
"Berapa kira-kira harga yang anda tawarkan?." tantang Mulan dengan berani.
"Sayangnya saya tidak ingin uang."
......................
Saya hanya ingin para pembaca mendukung penulis dengan cara like, komen, vote, gift, subscribe dan berikan bintang lima. Hahaha 😁✌️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Bukan, Biasanya kalo yg hapal jalan kek gitu pasti kurier atau penghantar barang..atau go food..🤣🤣😜😜
2024-11-15
0
CaH KangKung,
like...
2024-07-18
0
Agis R
lanjutkan up-nya thorr
2024-07-08
0