Tetap Profesional

Pria itu duduk bersandar di bench tepi kolam di area hotel. Penjagaan sahabatnya ia serahkan kepada anak buahnya.

Ia memejamkan matanya.

Ia sedang menenangkan pikirannya.

Ia benar-benar sakit hati.

Rasanya Dewa tidak bisa melihat kemesraan itu lebih lama.

Apa sih yang ia cari dari Adeline? Ani-ani yang kerap membuka pakaiannya untuk pria lain, mempersilahkan siapa saja yang membayar untuk memasuki tubuhnya.

Wanita yang dipandang rendah semua orang, wanita yang memandang semua manusia yang datang adalah ladang uang. Bisa jadi ia mau dengan Argan karena merasa pria itu Boss Besar kaya raya.

Dan Dewa yang memberikan peluang itu.

Ia yang membuka jalan untuk Adeline.

Bukan tak mungkin Adeline yang terbiasa dengan hidup dinamis akan mau setia ke satu pria juga.

Dalam benak Dewa, masih fresh ingatannya akan seluk tubuh Adeline yang cantik. Tetap memikat, bahkan lebih elok saat ini. Ia bandingkan ingatannya 5 tahun lalu dengan saat ia melihat Adeline tanpa busana di kamar Argan dua jam yang lalu.

Adeline mungkin tidak ingat akan dirinya, dulu Dewa memang memanjangkan kumis dan janggutnya. Setelah keluar dari kesatuan, pulang dari Papua, hidup Dewa seputar bersenang-senang, dan pria brewokan waktu itu sedang booming.

Di Hong Kong, ia dan Argan Bekerja keras di pagi hari dan berpesta setiap malam.

Yang melayaninya adalah wanita-wanita seperti Adeline.

Pulang ke Indonesia, perusahaan ayahnya carut marut. Pajak tidak dibayar, Dugaan pembunuhan karena bisnis, pembagian saham yang tidak adil, dan penggelapan yang tinggi.

Dewa langsung stress, lagi-lagi ia menyewa seorang wanita.

Wanita yang katanya terbaik servicenya di club itu.

Namanya Adeline.

Mantan model, dengan teknik memijat yang membuat Dewa langsung merasa santai. Tidak memikirkan masalahnya saat saraf di kakinya diurut.

Lalu ciuman Adeline yang manis dan penuh penghayatan.

Lalu service wanita itu di area sensitif tubuhnya...

Dewa mengusap wajahnya.

Kini mungkin sudah tak ada harapan untuk memilikinya

Dari dulu juga bukan miliknya,

Dan yang lebih parah, Adeline memilih untuk tidak menjadi miliknya.

Dewa menegakkan tubuhnya dan memasang microphonenya.

Ia harus fokus dengan pekerjaannya.

Ia perlu memantau keselamatan Argan. Semua mata tertuju padanya sebagai kambing hitam. Tidak adil rasanya kalau Dewa hanya bermalas-malasan di tepi kolam seperti sekarang. Memangnya berapa besar sih ia membayar Argan untuk menjadi dirinya? Jelas kalau dilihat dari pengorbanan Argan menjadi sasaran tembak, rasanya berapa pun uang yang ia masukan ke rekening Argan tidak akan cukup.

Terdengar suara Argan sedang berbicara dari microphone, Sayup-sayup, ia juga bisa mendengar suara wanita. Suara Adeline yang menimpali ucapan Argan.

“Aslinya lo beneran Escort?” suara Argan.

“Itu cuma partime, Booooss...” suara Adeline.

“Sejak kapan lo jadi... cewek panggilan?”

“Cewek panggilan.” Dengus Adeline. “Sekarang sebutannya ani-ani. Dulu kita disebut Sugar baby.”

“Ya kan sama aja konsepnya, dibayar buat urusan ranjang.”

“Siapa bilang cuma urusan ranjang? Gue juga bisa main di konter dapur, di dalam kolam renang, di bathtub, di meja makan juga bisaaaa.”

“Gue serius tanya, Cegil...” geram Argan.

“Itu cuma Part-time, waktu gue lagi bosen.’

“Gila juga lo ya, bosen sama hidup lo malah jadi ani-ani.”

“Gue butuh duitnya, dan gue punya modalnya. Ini yang lo lagi pegang-pegang nih. Kencang dan legit kan pan tat gue?”

“Memang nggak ada kerjaan lain yang lebih berkelas?”

“Ada. Banyak. Tapi takdir mengantarkan gue ke bidang ini. Bidang Jasa.”

Adeline sepertinya tidak bilang ke Argan kalau ia hanya lulusan SMA. Bukan sekolah perhotelan seperti di CV.

“Bidang Jasa Pala lo!” sepertinya Argan sedang menggetok jidat Adeline. “Dewa tahu hal ini?”

“Nggak tahu deh dia tahu apa nggak.” Gumam Adeline.

“Dan... gimana lo bisa memiliki banyak kemampuan? Nggak ketulis di CV lo kalo lo bisa beladiri dan nafas buatan.”

“Huh!” adeline mendengus bangga. “Karate tuh nggak resmi, Boss. Untuk bela diri. Gue pernah dijambak sama istri sah dan sejak itu gue merasa harus melindungi diri gue sendiri.”

“ Ya salah lo jadi pelakor...”

“Eit! Eit!!” seru Adeline. “Kita Bukan Pelakor. Kita Ani-ani. Profesional. Lo bego kalo lo cemburu sama ani-ani.”

“Laaah...”

“Masalahnya, gini ya boss konsepnya,  kita nggak pakai hati kalau buka paha. Lo bisa sebut gue pelakor kalau gue pakai Hati ke klien gue dan minta dijadiin istri juga. Itu baru selingkuh. Menduakan cinta, melanggar akad pernikahan. Pakai jasa gue, sama kayak lo beli s-toys. Kelebihan gue, bisa ngobrol dan full body. Kalau S-Toys hanya per bagian. Got it? Ngerti?”

“ Terserah lu lah. Sama aja jenisnya. Lo cewek gampangan.”

“Gampang gimana, nggak lah. Sekali main sama gue lo harus bayar 5 juta. Kalo cewek gampangan kan gratisan. Gue juga milih-milih klien kok, kalo gue nggak mood mana mau gue layanin. Kasih aja ke yang baru-baru.”

“Sekarang lo masih jadi ani-ani?”

“Resign, kan udah jadi asisten lu. Buat apa lagi gue ke sana. Tapi si mami nelponin gue mulu nih. Banyak klien yang nyariin gue”

“Ciuman yang tadi, udah masuk ke gaji kan?”

“Iyaaa, gue kasih gratis tuh. Dasar pelit!”

“Lo tahu kan kerjaan partime lo tuh salah?”

“Tahu... tapi gue ditekan masalah. Kondisi yang mengharuskan gue cari jalan instan.” Suara Adeline terdengar sedih. “Jadi... gue jangan dipecat ya? Gue nggak mau balik lagi ke club.”

Terdengar Argan menarik nafas panjang. “Setelah ini akan tersebar kalau pacar Argan Atmorajasa adalah mantan ani-ani. Sialan lo bikin skandal aja.”

“Memangnya, kita bisa menjamin konglomerat yang lain hidupnya lurus?! Ratusan pejabat yang gue layani, Boss. Bisa jadi gue masih inget tampang mereka asal nggak pakai topeng pas main.”

“Memangnya ada yang pakai topeng?”

“Ada. Hahahah!”

“Ada-ada aja lu, hahahah!”

Dewa mengetuk-ngetuk telunjuknya ke pinggiran bench sambil mendengarkan obrolan kedua orang itu.

“Jadi... pertemuan udah selesai. Lo masih mau jadi pacar gue?” terdengar suara Argan.

“Ck CK CK...” suara decakan Adeline. “Lo perlu lebih dari sekedar kaya kalau mau jadi pacar gue beneran. Gue benci sama pengusaha. Mereka bermain tanpa hati, menyingkirkan siapa pun yang menghalangi dengan cara yang tidak manusiawi. Mereka anggap manusia yang tidak sekaya mereka, hanyalah pasir yang siap diinjak.”

Argan terdiam, sementara Dewa menegakkan duduknya.

Ia bisa menangkap kode dalam kalimat Adeline.

“Jadi. Gue harap hubungan kita seperti ini saja ya. Gue bertindak profesional. Seperti hal nya elo.” Ucapan penutup dari Adeline mengakhiri Senin yang terik.

Tapi Adeline masih ada satu tugas lagi kan?

Pulang dari sini, ia akan menjalankan aksi pencurian. Rinjani harus diambil hatinya agar Adeline bisa leluasa.

Terpopuler

Comments

🔥🔥🔥

🔥🔥🔥

gimana bang dewa sudah merasa lega dengan situasi yang sebenarnya 😊😊😊

2024-08-06

1

✨rossy

✨rossy

otor kalau udah nulis tentang ani-ani kok rasanya.... menyenangkan,

2024-07-23

0

mbak i

mbak i

ya ampun,,kenapa selalu merasa kurang ya kalau baca karya othor satu ini,,,eh tapi ayang Rego jangan dilupakan dong mams

2024-07-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!