Kalau melihat dari buku pedoman pelayanan ART di Rumah Atmorajasa, jam kerja Adeline dari jam 9 sampai jam 18, namun kalau bekerja melebihi waktu yang ditentukan, bisa dapat uang lembur.
Jadi, Adeline pertama-tama berencana untuk pergi ke kamar Rinjani, ia akan memeriksa apakah ada yang butuh penanganannya atau tidak. Ia ingin setelah shift selesai, kamar Rinjani sudah bersih tanpa noda dan Rinjani merasa nyaman menempati kamarnya.
Ya tapi itu kendalanya...
Adeline dihadang sama 5 Maid Lama Rinjani.
“Heh!! Dasar nggak tahu diri, dateng-dateng bikin masalah aja. Hadapin dulu kita sini!” seru ART 1.
“Ergh...” gertak Adeline sambil mencibir. Ia paling malas kalau sudah dihadapkan di situasi harus menghadapi amukan seorang wanita drama.
Ya tapi ia sebenarnya banyak pengalaman sih, mulai dari menghadapi amukan Istri Sah, sampai diserang oleh Perkumpulan Ibu-ibu Anti Pelakor, semua sudah khatam. Kalau ada sertifikat seminar ‘Ani-Ani For Defense’ dia udah pasti masuk kategori bintang 5/5 kali.
Ya makanya dia belajar bela diri. Buat apa lagi, coba?
Kata Dewa tadi, dia nggak punya teman. Iya itu betul banget. Masalahnya ia sangat sempurna. Jadi dia dibenci rekan seprofesi, makhluk sejenis, bahkan teman se-gender. Mereka tidak suka orang yang 'lebih' dari mereka.
“Minggir, gue mau lewat.” Sahut Adeline malas.
“Sok cantik banget lo. Nggak usah sombong, gue cakar juga ilang tuh plastik di muka lo.”
“Maksudnya? Lo pikir gue operasi plastik. Lo buta kali ya, mana bisa oplas ngerutin dahi?!”
“Jaman sekarang teknologi udah tinggi,”
“Heh... risiko orang perfek.” Keluh Adeline sambil mengibaskan rambutnya ke belakang dan mengangkat dagunya.
“Dasar brengsek, sini lo!” ART 3 dan 4 menjambak rambut Adeline dan menggiringnya ke sebuah lorong sepi yang berada di bawah tangga. Entah tangga ke berapa yang jelas jauh dari kamar Rinjani.
“Sakit Pe cun!!” Seru Adeline. Tapi ia memutuskan untuk tidak berbuat kekerasan, karena dengan ponselnya ia langsung menghubungi Dewa.
Ini pertama kalinya Adeline menghubungi pria itu.
Selanjutnya ia biarkan ponselnya dalam keadaan tersambung.
“Halo?” Sapa Dewa.
“Lo tuh yang mulai duluan!! Harusnya lo tau diri anak baru nggak usah sok pinter!”
“Hah?” De sah Dewa sambil mengernyit. Ia mendengar suara wanita tapi bukan suara Adeline.
“Lah orang kerja masing-masing! Salah lo sendiri kerja nggak beres!” terdengar suara Adeline.
“Lu pasti pake ordal kan?! Pamerin p3p3k lo ke siapa hah?! Simpenan Pak Hartadi kayaknya lo!”
“Loh loh loh, ngapain lo nuduh-nuduh nggak bener? Buktinya apa heh?!” Seru Adeline.
Dewa mendengarkan sambil mengangkat alisnya, lalu ia memeriksa cctv.
Keberadaan Adeline terdeteksi di ruang bawah tanah di bawah tangga ke 4, letaknya sekitar 10 meter dari kamar Rinjani.
Dewa langsung berdiri, membawa ponselnya, lalu ke ruangan Argan.
“Wa!” Seru Dewa sambil menghampiri Argan.
“Argan.” Ralat Argan.
“Ohiya, Gan. Lo harus ikut gue sekarang, kita ke kamar Ririn.”
“Mau ngapain ke kamarnya?”
“Penting! Sini cepetan!” Dewa menarik lengan Argan dan mereka setengah berlari menuju kamar Rinjani.
Sementara kegaduhan masih terjadi di ruangan dimana Adeline berada. Adu mulut semakin memanas. Adeline vs 5 orang mantan ART Rinjani.
“Ada apa? Tumben...” Tanya Rinjani terkejut saat mendapati kalau yang mengetuk pintu kamarnya adalah Dewa dan Argan.
“Kamu harus dengar yang ini.” desis Dewa bersemangat sambil mengangkat ponselnya. Dia langsung masuk ke kamar Rinjani, nggak peduli dapat izin atau tidak.
“Kakak!” Rinjani langsung memeluk pinggang Argan. Argan tampak salah tingkah. “Aku kangen banget deh Kak! Kalau kerja jangan-”
“Sssttt!” Desis Dewa sambil meletakkan ponselnya di atas meja dan mengeraskan load-speakernya.
“Ada apa sih?!” Tanya Rinjani dengan suara dipelankan.
Ia mendengar suara ribut dari ponsel Dewa.
"Siapa?" bisik Rinjani jadi ingin tahu.
"Maid kamu lagi ngebully Ade Putri." kekeh Dewa.
Rinjani terperangah sambil menutup mulutnya dengan tangan, lalu mulai fokus mendengarkan suara di ponsel Dewa.
“Lo tanya sendiri salah lo apa ke Dewa sana! Palingan lo sewot soalnya udah nggak bakalan dapet duit jajan lebihan dari Rinjani lagi!” seru Adeline.
“Gue kasih tau lu ya Bit-ch! Ririn itu nggak bakal bisa apa-apa tanpa kita! Tu anak udah lemah badan, lemah otak juga. Lemot banget! Dia butuh kita buat ambil semua keputusan!” Kata ART 3.
Rinjani terpekik mendengarnya.
“Si Ririn tuh Baca peta nggak bisa, milih makanan aja lama banget! Lo bisa nggak milihin dia pakaian yang matching hah?! Lo tuh menang di muka doang! Gue yakin baju lo paling beli online! Jangan sok pingin jadi pengasuh nya Ririn!”
Rinjani sampai mencicit saking kagetnya.
“Kalau nggak ada kita, Ririn tuh mati! Jelas nggak? Kita ini kunci kesuksesannya! Dia nggak punya temen selain kita. Mana ada yang mau kenal sama orang yang plin plan kayak dia?! Mau kenal sama kakak nya doang makanya deketin Ririn. Tanpa kita, mana ada dia punya temen curhat?! Lama-lama gantung diri stress tuh anak kalo nggak ada kita. Lo mau kayak gitu?!”
Adeline terdengar menepis semua sambil lempar sesuatu yang berat.
“Nenek lampir, lo tuh baru sebentar kerja sama dia!” Sahut Adeline. “Selama belum ada lo, dia bertahan hidup sendiri, fine-fine aja tuh! Lo mikir pake otak dong kalo mau underestimate orang!”
“Halah paling dia bertahan hidup pake duit bapaknya! Lo belum liat waktu dulu dia tuh depresi banget gila! Sakit-sakitan! Pas ada kita wiiih udah mulai bisa ke luar negeri hiling! Level LC karaoke macam lo kagak bisa dibandingin sama kita. Circle kita beda!”
Adeline kesal. “Lo kalau mau protes ya ke Dewa dooong jangan ke gue!”
“Lo ada hubungan apa sama Dewa hah? Sampai lo dapet keistimewaan?” Tanya para ART.
“Gue pacarnya. Lo mau apa?!” Tantang Adeline.
Dewa mengernyit sambil bilang “Ha?!”
“Cegil…” gerutu Argan.
“Serius dia pacar kamu?” Tanya Rinjani ke Dewa, ia takjub dengan keberanian Adeline.
“Bukaaaan!” Desis Dewa sambil kibas-kibas tangan.
“Dewa Gay! Dia pacaran sama Argan! Lo kalo bohong jangan kebablasan! Dipikir kita semua nggak tau?!” seru para ART.
“Kurang ajar…” gumam Argan.
“Kita ngaku aja ih Sayaaang…” Dewa cekikikan sambil mencolek pinggang Argan. Ia berlagak be-bencongan.
“Najis lo boti!” Kekeh Argan sambil mendorong Dewa.
“Sst! Sst! Dengerin lagi!” kikik Dewa
“Sudah cukup! Mereka dimana? Saya samperin!” Rinjani berdiri sambil menahan geram.
“Eeeh?” Desis Dewa dan Argan sambil mendongak menatap Rinjani.
“Saya anggap mereka teman, mereka malah begini ke saya?! Kakak benar, mereka kurang ajar.” Rinjani mengepalkan tangannya dan keluar dari kamarnya.
“Wiiih… ribut ribuuut!” desis Dewa.
“Kita ngapain? Di sini aja nih? Adek lo bakalan bahaya nggak?” Tanya Argan.
“Mending kita nonton dari CCTV. Urusan cewek bro. Kita nggak usah ikutan. Ririn lagi gue tatar biar agak independent.” kata Dewa.
“Makanya lo ngasih si kunti pirang ke dia?”
“Iya dong! Suatu saat dia akan mewarisi beberapa perusahaan. Kalau manja terus kapan bertanggung-jawabnya? Masa gantungin hidup ke gue melulu?!” sahut Dewa sambil menyeringai.
Wah, perbincangan apakah iniiii?
***
Sekitar satu jam kemudian.
“Sakeeet! Pelan-pelan dong Bu!” Seru Adeline sambil menarik tangannya.
“Ih, nih anak! Bikin Heboooh terus! Kamu ini baru hari pertama loh Nduk! Cucuku yang SD aja nggak sampe gini main bolanya! Kerja ya kerja saja nggak usah pake tawuran!" omel Bu Siti sambil menorehkan antiseptik ke luka cakar dan bogeman di seluruh tubuh Adeline.
Satu jam yang lalu, saat Rinjani mendobrak masuk ke basement, Adeline sedang dalam posisi ditendangi di lantai.
“Ya emang tawuran Bu! Masa fashion show?!” seru Adeline sambil menahan perih.
Bu Siti sampai mengelus dada. “Kamu ini bisa-bisanya nggak ngelawan, Pak Argan malah kamu banting! Kamu harusnya bisa ngelawan mereka!”
“Gara-gara dia nih!!” Seru Adeline sambil menunjuk ke arah Rinjani yang sedang duduk sambil merenung di seberangnya.
“Eh?” Rinjani langsung mengangkat wajahnya dan tampak kaget.
“Hussh! Hush! Udah-udah-udah!” Bu Siti langsung menyumpalkan kasa ke mulut Adeline. Beliau sudah tahu hasilnya pasti bakal bikin ribut.
“Nggak! Nggak bisa!” Adeline membuang sumpalan mulutnya. Lalu dia berdiri dan menghampiri Rinjani dengan langkah menghentak-hentak. “Puas kamu Hah? Saya berusaha nggak melawan mereka untuk membuka mata kamu! Kalau kekayaan kamu ini sanggup beli teman, maka tipe yang seperti itu yang akan kamu dapatkan! Yang kalau kamu bangkrut mereka akan pergi! Sakit nggak hatimu hah?!”
“Eh…” mata Rinjani tampak berkaca-kaca sambil menatap Adeline.
Sementara semua orang di sana sudah berjaga-jaga akan mengusir Adeline seandainya Rinjani memerintahkan mereka. Sebagian lagi menonton kejadian itu sambil terperangah ngeri sekaligus salut.
“Kalau memang kamu suka teman-teman yang seperti itu, rendah sekali harga dirimu hei princess! Nggak selevel kamu dengan kakakmu! Mana bisa kau memimpin perusahaan kalau masih menye-menye kayak gini?!”tegur Adeline
“Huk…” terdengar isak tangis Rinjani.
“Sudahlah…” desis Adeline sambil mengibaskan tangannya. “Saya mau bersih-bersih kamar kamu, terus pulang. Pusing banget baru sehari kerja di sini udah babak belur…” ia pun balik badan.
Tapi langkahnya terhenti saat tubuhnya mendadak tertahan.
Seseorang memeluknya dari belakang, menggelendot-nya sampai ia tak bisa bergerak.
Persis seperti Widuri kalau minta maaf dan memohon dibelikan hape baru. Nggak bakal dilepas sampai besok pagi, kecuali Adeline bilang ‘okeee’.
“Maaf ya Adeee, maaafff!” Isak Rinjani.
“Waaah?” Seru semua orang di sana.
“Maafin akuuu, huk hueeeee!”
“Duh berat…”
“Maaaaaf,” rengek Rinjani.
“Iya iya… bantuin nyapu dulu lah. Nanti kuajarkan teknik survival di kebun bekal nasi putih pake garem doang.” Gerutu Adeline.
“Iyaaaaaa!”
Dan begitulah saudara-saudara, awal perjumpaan mereka. Akhirnya Adeline dapat teman. Walau pun polos dan rada O’on, tapi dia loyal. Rinjani Atmorajasa.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Cicak Speed
gue udh nebak dr awal mereka tukeran peran soalnya nama dewa semua.trs di dewa JD pengambil smua keputusan si argan2 ini ka author bikin gue sepaneng
2025-01-10
0
🥑⃟вуυηgαяι
hastaagaaaa Elin😅😅 eling ooiii tu majikan bukn tmn🙈😩
2025-03-18
0
🥑⃟вуυηgαяι
tu kn, mereka tu tukeran identitas, mnt dhiiihhh😩
2025-03-18
0