Yuk Kerja Lagi

“Oke, semua siap beraktivitas pagi iniiii?” tanya Adeline sambil mengangkat cangkir kopinya.

“Iyaaaa...” gumam adik-adiknya malas.

Terus terang saja, tidak ada yang siap dengan Hari Senin.

Admiral berencana mau menemui Dosen Pembimbing Skripsinya, dan bertekad kali ini ia harus dapat ACC untuk BAB 3 dan Bab 4-nya, kalau perlu sampai ke ujung lautan istana Nyai Kidul ia harus kejar itu Dospem. Soalnya... anak si Pak Dosen ini ternyata...( hehe). Pokoknya Admiral memegang rahasia besar dari anak si Dospem, jadi dia mau ancam agar dia cepat lulus daripada Kak Elin-nya ngamuk lagi.

Vlada si drakula, kantong matanya makin hitam saja. Kemarin berkat bantuan teman-teman Adeline, walau diselingi dengan drama, selesai juga paket-paketnya dikirim. Ah iya kisah mengenai bagaimana ributnya suasana saat acara pengemasan paket Vlada belum diceritakan ya? Mau dibahas kah? Di kolom komentar yaaa. Yang jelas masih berhubungan anak si Dospemnya Admiral.

Sementara Widuri sedang panik karena hari ini ada tes bahasa Arab. Dan dia lupa belajar. Semalaman dia malah sibuk menggarap proyek baru untuk konten di VT. (VT \= Video Tiktok). Tentu saja masih dengan cerita yang berhubungan dengan manifest alias entitas.

“Kak Eliinn...nnn hueeee.” Widuri mulai terisak. Ia benar-benar panik.

“Jangan khawatir Dur, Kak Elin nggak bakalan marah.” Kata Adeline. “Bismillah Kun Faya Kun, lulus ujian. Coba kamu hubungi relasi dari astral siapa tahu ada yang bisa bantu nyontek. Kebanyakan kaum Jin usianya sudah lebih dari 100 tahun masa nggak ada yang bisa bahasa Arab sih?”

“Gimana sih Kak, aku udah berusaha Ruqyah biar aku terbebas dari gitu-gituan, Kak Elin malah minta mereka balik lagiii?! Sompral!” Omel Widuri.

“Ya kalo gitu kerjakan saja yang kamu bisa, kakak menguasai 3 bahasa dan bahasa Arab yang Kakak tahu hanya ‘Habibah,  Hal tatazawajani!’ “ (Artinya: Cintaku, maukah menikah denganku? Nggak usah ditanya kenapa Adeline tahu kalimat ini)

“Kirain Audzubillahiminasyaitonirojim...” gumam Admiral.

“Dianya sendiri kebakar kalo gitu, bundir namanya.” Bisik Vlada.

“Heh!!” Adeline langsung menoleh ke kedua adiknya. “Lu,” ia menunjuk Admiral. “Awas lu nggak dapet ACC, gue bakal samperin dospem lo! Bayaran semesteran lo itu 3,6 juta! Biaya hidup kita semua sebulan! Lu nggak lulus, gue ceburin ke waduk Jatinangor!”

“Siap!!” seru Admiral sambil hormat.

“Dan lu!” Adeline menunjuk Vlada. “Siang ini gue usahakan bawa 2 tasnya si Ririn tanpa ketahuan Argan. Ririn udah pasti nggak ngeh, dia rada O’on. Tapi gue pasti harus selundupin sebisa mungkin biar nggak ketahuan Argan. Awas kalo duplikatnya nggak bagus!”

“Siap!!” seru Vlada sambil hormat.

“Si Dewanya gimana?”

“Hm...” Adeline berpikir agak lama. “Makin hari makin ganteng aja tuh orang, kali ini gue harus bisa dapet ciumannya.”

“Iyuuhhh...” gumam Widuri sambil melet lidah, perutnya langsung mual.

“Kak Elin ih nista banget ada anak di bawah umur loh ini.” Sahut Vlada sambil menutup telinga Widuri.

“Lo juga di bawah umur Drak.”

**

Dengan langkah yang dibuat anggun dan elegan walau pun pinggang Adeline rasanya hampir remuk, rempongnya kemarin tapi nyerinya baru sekarang, memang dasar saraf sensoriknya ketinggalan mencerna rasa sakit, tapi jelas ia harus mempertahankan kualitas dirinya yang dibuat ‘mewah dan luxury’.

Ia ART istimewa, dengan kemampuan berbeda. Begitu ia menjargon dirinya. Memangnya pembantu nggak boleh ‘Slay’ ? Boleh dong... Dengan membawa tumbler Stanley yang beli reject di toko oren, tapi siapa sih yang nyangka itu barang KW kalau yang pakai Adeline? Isinya juga cuma dua bungkus kopi saset edisi Cappucino pakai es batu abang-abang, kacamata hitam Ray Ban KW bikinan Vlada nangkring di hidungnya untuk menangkal mentari pagi Senopati.

Apa bedanya suasana di kawasan Senopati dengan di kawasan Jatinegara?

Jelas beda.

Yang satu sinaran mentarinya memapar dengan santai, kalem dan semilir, yang satunya lagi menyengat dengan bar-bar huru-hara.

Mengenai kualitas udara, Yang satu wangi pandan yang satunya bau knalpot panther.

“Selamat Pagi untuk kamu yang jauh di mata dekat di hatiiii,” sapa Adeline.

“Pagi Mbak Ade, langsung masuk aja,” kata si Bodyguard yang memegang metal detector.

“Nggak pemeriksaan nih?”

“Buat apa pemeriksaan, kamu kan baru saja bertaruh nyawa. Kita bertaruh duit di judol. Hehehehe.”

“Hooo, saya bawa barang terlarang loh ini.”

“Apa tuh mbak kira-kira?”

“ini...” Adeline merogoh kantongnya dan mengeluarkan tangannya yang kini jemarinya sudah dibentuk menjadi bentuk hati “Sarang haeeeee,” sahutnya sambil cekikikan.

“Widih, Jadi deg-degan saya. Terlarang banget itu sih.” Kekeh si Bodyguard sambil meringis.

Itu cuma basa-basi kok, biasa si Elin Mah, SOP ani-aninya kebawa sampai ke kantor. Lagian si bodyguard sudah tahu kalau Adeline hanya bercanda, kan semua sudah tahu kalau si ‘Mbak Ade’ sudah dipantek Argan.

Dalam perjalanannya masuk ke dalam rumah, Adeline merasa ‘kebego-annya’ kemarin menolong Argan bisa jadi menjadi kunci suksesnya untuk bisa menelusuri rumah ini dan mengambil barang-barang sedikit demi sedikit dengan leluasa.

“Pagi, Rin,” sapa Adeline saat memasuki kamar Rinjani.

“Ade, ini loh, bisa bantu aku make up ya. Aku mau ke ke cafe bareng teman-temenku pagi ini.”

“Oke, nih kamu sambil minum.” Adeline menyodorkan tumblernya. Tanpa Ragu Rinjani minum kopi sasetan yang dia nggak tahu kalau itu kopi sasetan. Eh, ini gimana ya bahasanya?!

Pokoknya dia minum saja, dan bilang : “Memangnya Harlan+Holden sudah buka ya pagi-pagi begini?”

Adeline menghentikan sapuan kuasnya sambil mencibir menatap Rinjani. Dia nggak sampai hati bilang itu cuma kopi sasetan sebungkus 2.500. Bisa-bisanya dibandingkan sama kopi 95ribu secangkir. Memangnya ada Harlan+Holden yang rasanya mirip Torabika Cappucino?! Lidah Ririn perlu ditatar kayaknya.

Sekitar setengah jam kemudian,

“Waaah, aku jadi cantik bangeeet! Hebat kamuuu!!” seru Rinjani terpukau.

Adeline mendengus bangga sambil berkacak pinggang, “Ini baru mode pagi versi natural, kalau mode malam aku bisa mendandani kamu lebih cantik lagi, lebih cetar, lebih bold, spek Stadium pokoknya. Wingky Wiryawan juga bakal terpukau ngeliat kamu!” sahut Adeline.

“Aduuuh, sampai terharu aku. Buat ketemuan sama bestie ku, enaknya aku pakai kemeja yang putih kali ya?” tanya Rinjani.

“Jangan putih semua, kamu bukan Ibu Peri.”

“Putih dan rok biru dongker?”

“Kamu bukan anak SMP.”

“Putih dengan rok kotak-kotak blazer abu?”

“Itu bukannya seragam Ganteng-ganteng Serigala ya?”

“Putih Hitam?”

“Mau daftar CPNS?”

“Jadi putih apa doooong?!”

“Putih coklat dooong! Kamu kan old money! Kemeja Putih, Celana kain Coklat, pakai Chanel yang coklat susu di atas itu, sama sepatu vintage hak 5 senti! Ini masih pagi, nggak usah yang glamor!”

“Baiklaaaaaahhh...” sahut Rinjani sambil membuka lemarinya. “Eh, enaknya pakai berlian yang Matanya kotak atau bulat ya?”

Adeline menarik nafas berusaha sabar, “Yang Mata Najwa nggak ada?”

Terpopuler

Comments

🥑⃟вуυηgαяι

🥑⃟вуυηgαяι

pen g nanya tp juga pnsaran

2025-03-19

0

Renesme

Renesme

Wkwkwk bisaan ngebodor nya 😆😆

2025-02-01

0

Cicak Speed

Cicak Speed

hua mata najwa

2025-01-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!