Adeline In Disguise
“Kamu tahu, nduk… mereka menyita semuanya! Ruko, rumah ibumu, rumah bapakmu, tanah yang di Sukabumi, mobil tiga-tiganya diambil! Semua disita Bank! Semua dijaminkan untuk pinjaman hutang bapakmu!” Seru Bude Mini.
“Memangnya bapak-ibu tidak membawa kasusnya ke pengadilan Bude? Kan bisa mengajukan pailit!”
“Mereka kalah di pengadilan, padahal pinjamannya untuk proyek perumahan di Bekasi itu!”
“Ini masalahnya dimana Bude? Memang rumahnya nggak ada yang laku?!”
“Karena katanya dibangun di tanah sengketa, jadi semua customer membatalkan transaksinya!”
“Itu kan tanah sudah dibeli bapak, Bude!”
“Nduk…” Pakde Hendro menarik lengan Adeline agar menjauh dari semua saudara yang sedang dirundung duka. Bapak dan ibu Adeline bunuh diri meminum racun hama. Adeline langsung pulang dari fashion show nya di Hong Kong saat dikabari. Adik-adik Adeline, semua ada 3 orang, masih usia sekolah, hanya bisa terisak kebingungan setelah orang tua mereka tiada.
“Bagaimana ini Pakde? Apa duduk masalah sebenarnya?!” Adeline kebingungan mendesak Pakde Hendro agar menceritakan semuanya tanpa ada yang disembunyikan. Pakdenya itu berpangkat AKP, ia menjadi personel di Polisi Resor yang berjarak sekitar 40km dari rumah Adeline. Sudah pasti Pakde Hendro mengetahui masalah yang sebenarnya lewat penyidik.
“Bapak dan ibumu itu… cari masalah dengan Atmorajasa.”
Adeline mengernyit, merasa sangat kebingungan. “Apa hubungan Atmorajasa dengan bapak ibuku?!”
“Tanah itu… yang di bangun perumahan kavling di Bekasi, itu sebenarnya milik Atmorajasa. BPN sudah membuktikan dokumen aslinya. Ada sekitar 150 hektar, dibeli tahun 1980 oleh Atmorajasa. Tapi memang tidak diutak-atik, dibiarkan kosong begitu saja sampai di atasnya dibangun pasar tradisional oleh warga kampung. Dan ada oknum nakal menjual tanah itu ke bapak ibumu. Bapak ibumu akhirnya ingin membangun proyek perumahan kavling di atasnya. Biaya untuk pembangunan perumahan sekitar 120 miliar dan itu lokasi strategis. Makanya mereka berani pinjam bank untuk membangun proyek itu. Masalahnya, bapak ibumu tidak sepenuhnya jujur ke bank.”
“Bagaimana seharusnya?!”
“Seharusnya Nduk, ini setahu Pakde ya, proses yang direkomendasikan itu, jaminkanlah tanah Bekasi itu ke Bank. Lalu setelah jaminan selesai diacc Bank, bangunlah rumah kavling untuk dijual di atasnya. Dan dari setiap rumah yang terjual, kurangilah hutangnya. Positifnya, Bank akan membantu proses legalisasinya beserta pemeriksaannya ke BPN apakah tanah itu sah atau tidak. Dan kalian tidak kehilangan harta pribadi seandainya ada kekhilafan.”
“Tapi? Apa yang terjadi?”
Pakde Hendro pun menggelengkan kepalanya. “Bapak ibumu sepertinya ingin pinjaman yang lebih besar. Jadi mereka nekat mengagunkan semua aset pribadi ke bank. Sementara semua tabungan bapakmu, ibumu, habis buat beli tanah Bekasi itu, tampaknya mafia tanah yang jual kerjasama dengan notaris dagelan. Barulah untuk pembangunan per kavlingnya, mereka pinjam bank pakai jaminan aset pribadi. Lah… tiba-tiba saat pembangunan rumah contoh, brosur sudah disebar, datang perwakilan dari Atmorajasa mengklaim kalau itu tanah mereka.”
“Ya Tuhan…” lutut Adeline langsung lemas saat itu juga.
“Orang BPN juga datang, pengacara mereka datang, aparat diturunkan, bahkan sampai Kejaksaan dan wakil dari Komisi Yudisial juga datang.” Kata Pakde Hendro. “Ada oknum PPAT dan BPN yang berkongsi sebagai mafia tanah saat bapakmu membelinya. Tapi bapak ibumu membeli tanah itu tanpa sepengetahuan kami, Nduk. Kami bisa apa. Semua sudah habis…”
**
Kejadian itu 5 tahun yang lalu.
5 tahun yang dilalui Adeline dengan pahit. Sampai ia begitu dendamnya ke nama itu. Atmorajasa.
Adeline saat kematian Bapak Ibunya berusia 19 tahun. Kini ia sebagai tulang punggung harus membiayai adik-adiknya.
Ia tidak meneruskan pekerjaannya sebagai model internasional, karena semua itu butuh biaya. Tes masuknya tidak gratis, masuk ke agency harus bayar iuran atau dipotong dari honor. Saingannya gila, ribuan dan dari berbagai negara dengan kualitas high level. Adeline sudah pasti tidak bisa menggaet sponsor kecuali ia dapat dukungan financial dari bapaknya seperti dulu. Ia harus mengubur semua mimpinya berlenggak-lenggok di atas catwalk seperti Gigi Hadid. Waktu untuk berada dipuncak terlalu lama, Adeline butuh uang instan.
Mau jadi influencer, yang ia tahu hanya berdandan dan berpakaian bagus. Tapi make up butuh biaya, apalagi pakaian dan tas branded. Dan yang lebih parah, ia hanya tamatan SMA. Mau kerja kantoran harus kuliah dulu. Saat ia bekerja, ia kerap mendapatkan pelecehan karena kecantikannya. Jadi pikirnya ya sekalian saja kecemplung di dunia hitam.
Jadi yah… akhirnya ia berkutat di dunia ini. Dunia… Ani-ani. Atau Sugar Baby, atau escort, atau bahasa halusnya, pendamping bayaran.
Sekali sewa ia bisa dapat 5-6 juta. Karena memang Adeline sangat cantik dan kualitas hotel bintang 5 katanya.
Masalahnya, adiknya semua butuh uang, Adeline mau melanjutkan kuliah tapi tidak ada waktu. Semua dana ia habiskan untuk adik-adiknya. Biaya kebutuhan rumah, biaya sekolah, biaya kuliah adiknya, segala pengeluaran mereka sehari-hari, apalagi Adeline berusaha keras menjaga gengsi keluarga. Agar adik-adiknya tidak dibully di sekolah, ia berusaha sekuat tenaga agar semua dapat barang seperti teman-teman mereka.
Adeline mengaku ke keluarganya kalau ia meneruskan kegiatan modellingnya.
“Hey, denger nih,” Sang Mami membacakan berita dari ponselnya. “berita yang gue dapet dari grup, katanya Atmorajasa buka lowongan jadi ART. Sebulan sekitar 10 juta tergantung jobdesk.”
“Heh gilak!” Seru Adeline kaget. “10 jeti kerjanya ngapain aja? Gue sehari 3 orang aja nggak sampe segitu!”
“Ya mungkin sekalian jadi agen rahasia?”
“Agen rahasia macam apa mih?!”
“Ya diatas ranjang hahahaha!!”
“Ck ah!” Desis Adeline emosi. Ia mual mendengar nama itu. Atmorajasa.
Lebih ke sedih, sebenarnya.
Ia benci kenapa akhir-akhir ini nama keluarga itu begitu disorot seakan-akan meledeknya.
Berbagai proyek yang ditangani Atmorajasa berakhir sukses setelah si anak sulung menggantikan posisi sang bapak.
Tidak seharusnya mereka menari diatas penderitaanku, di atas jenazah bapak ibuku. Tidak seharusnya! Geram Adeline dalam hati.
“Mih, lo tuh harus nyariin gue klien yang pejabat dong! Masa pemasukan gue setara UMR sih sekali sewa? Itu banyak yang jadi simpenan 20 juta juga dapet tuh!” Omel Adeline.
“Lu tuh kalo ngomong dipikir dulu dong Neng! Kualitas kayak lo 50 juta juga dapet, tapi lo nggak bisa dapet klien lain, dan biasanya lo dipantek tahunan sama orang yang sama! Mereka mana mau pake ganti-ganti. Itu proses pendekatannya harus sabar. Lah lo kan gue transfer bayaran telat semenit aja udah mencak-mencak! Lo pikir cuma lo yang butuh duit?!” Si Mamih menoyor dahi Adeline.
Tapi Adeline nyatanya begitu terpaku dengan berita di ponsel Mamih.
Atmorajasa…
Butuh ART baru.
Spesifikasi… minimal D3 perhotelan, penampilan menarik, bisa bekerjasama dalam tim, cekatan, bisa bekerja di bawah tekanan, memiliki sertifikat bla bla bla banyak daftarnya. Ada toefl juga minimal 450.
Bukankah…
Itu peluang yang menarik agar Adeline bisa masuk ke sana.
Dan…
Membunuh Kepala Keluarga Atmorajasa?
“Hm…” Adeline pun tersenyum licik.
**
Sudah hampir 1 bulan, Adeline mengamati rumah besar tempat keluarga Atmorajasa tinggal.
Setiap selesai ‘bekerja’ ia menyempatkan diri mengintai.
Ada beberapa wanita berpakaian rapi yang mondar-mandir masuk ke dalam gerbang besar itu. Tapi mereka selalu keluar dari sana dengan wajah muram.
Bisa jadi mereka semua adalah para pelamar yang tidak lulus tes.
Menjelang malam biasanya ada orang dari dalam rumah itu yang membuang banyak map ke tempat sampah.
Adeline mengambil dan mempelajari dokumen-dokumen itu.
Ah, jadi harus bikin linkedin, begini rupanya yang namanya sertifikat dari sekolah kepribadian, ini toh yang namanya ijazah, ini toh yang namanya transkip nilai. Oh, di sekolah perhotelan tuh kegiatannya begini.
Adeline belajar banyak dari dokumen-dokumen itu.
Dan yang penting…
Adeline jadi tahu bagaimana cara memalsukan dokumen.
Tapi biasanya, kalau dari sekian banyak orang tidak ada yang diterima padahal CV mereka fantastis, jadi ada penilai khusus tersendiri, atau si HRD menerima banyak berita yang tidak berkenan dari si pelamar.
Jadi Adeline membuat semacam akun fake, berisi kegiatan palsunya yang ‘lurus-lurus saja’, seakan dia mahasiswa. Dan kini tinggal mencari seorang pelamar yang kira-kira posturnya mirip dengannya, tapi si pelamar jangan dulu sampai masuk ke gerbang.
Kenapa?
Karena…
Hehe.
**
Di hari ke 43, datanglah seorang pelamar dengan postur tinggi, rambut panjang, Tampang rada bule, yang turun dari ojek online.
Adeline merasa ini kesempatannya.
Ia dikasih peluang satu banding sejuta. Belum tentu ada kesempatan kedua!
Adeline langsung mendekatinya.
“Mbak! Mbak! Ssstt!!” Desis Adeline sambil melambaikan tangannya. Ia berada di samping starling.
Si wanita jelas menengok, dan mengernyit saat melihat Adeline melambaikan tangan padanya.
Melihat Adeline yang cantik dan berpakaian rapi, siapa pun tak berpikir kalau Adeline adalah penipu.
Disangka si perempuan, Adeline juga salah satu pelamar.
“Ya Mbak?!” tanya si wanita.
“Mau ngelamar jadi ART di sana ya?”
“Iya Mbak.”
“Wawancara yang shift siang? Aku yang shift pagi.” Adeline sengaja memancing si pelamar dengan mengatakan kalau ia shift pagi agar si pelamar percaya padanya.
“Iya Mbak, wawancaranya susah nggak?” Tanya si pelamar
“Aku baru dari sana, tapi langsung kabur!” sahut Adeline.
“Hah? Kenapa Mbak?!” Seru si wanita.
“Duh, saran saya jangan deh Mbak. Sayang masa depanmu Mbak!” Sahut Adeline.
“Ih… kenapa Mbaaak?”
“Pulang aja sana, masih banyak pekerjaan halal.”
“Hah?”
Si wanita pun tertarik dan menggoyang-goyangkan lengan Adeline. “Memang kenapa Mbak? Aku lulus tes administrasi, ini baru mau wawancara sama ownernya…”
Adeline nyinyir, “Ya sama. Aku aja kapok. Gila ya mereka dipikir semua wanita itu mau dibodohi dengan uang? Gaji nggak seberapa kok kerjaan kayak budak!”
“Hah?!” Si wanita pun berbisik, “Memang jobdesknya apa mbak?”
“Kita itu…” Adeline berbisik sok rahasia, “... mau dijadikan penghibur buat para bodyguardnya. Tes aku tuh disuruh poledance pakai tinyswimsuit. Kerja senin sampai sabtu, 24 jam harus tinggal di mess, kalau ada bodyguard yang butuh kita harus siap. Tapi paginya kita juga harus be-beres seisi rumah. Mending jadi selirnya si Boss masih ketiban peluang jadi sosialita, lah ini nggak!”
“Haaaahhhh??!” Jerit si pelamar.
“Jadi akhir-akhir ini tuh kerjaan si bodyguard buat ngawal si Boss Baru tuh banyak, katanya lagi banyak proyek yang harus diawasi Boss nya langsung. Jadi mereka akhir-akhir ini 24 jam mendampingi si Boss. Nah, banyak yang akhirnya jadi nggak fokus karena mereka kan juga butuh hiburan. Itulah kerjaan kita.”
“Ih!! Aku pulang aja!!” Seru si wanita calon pelamar.
Saat orang sudah dalam keadaan panik seperti itu, Adeline pun mencuri dokumen biodata dari si mbak-mbak polos. Si Mbak Pelamar langsung kabur saat ojek online yang dipesannya datang, tanpa pikir panjang tak sadar kalau data dirinya sudah berpindah tangan.
Adeline pun mempelajarinya sesaat, mengganti semua foto dengan foto dirinya, mengubah semua email menjadi miliknya, dan berencana masuk ke rumah itu menggunakan identitas palsu.
Tapi,
Adeline tidak langsung masuk.
Ia menunggu agak sore.
Karena biasanya, Kalau sudah sore, si pewawancara sudah capek duluan dan tidak terlalu teliti membaca CV.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Leni Pur indah sari
aq baca ulang madaaam.. sambil nunggu up..
2024-10-26
0
𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄
pinter 🤣
2024-10-28
0
ahjuma80
Hai madam
2024-10-19
0