Family

Adeline menyeret tubuhnya dengan susah payah agar dia bisa sampai ke kamarnya. Setelah ia kunci pintu rumah, ia pun berjalan ke arah ruang tengah. Kamarnya agak ke belakang, berada di kamar terbesar dengan pemandangan taman belakang.

Jangan salah sangka, taman belakang yang dimaksud bukan hamparan rumput hijau dengan tanaman eksotis. Bukan.

Taman ini pernah jadi seperti taman di rumah Atmorajasa, tapi sejak 5 tahun yang lalu mereka semua disibukkan dengan kegiatan bertahan hidup jadi taman ini diubah menjadi lahan pertanian.

Adik-adiknya menanam berbagai tanaman herbal, seperti jahe, kunyit, bahkan laos tinggal gali tanah saja. Ada juga bayam, tomat, kol dan pohon terong di sana. Pohon cabe dan singkong pastinya ada.

Intinya kalau masalah sayur mayur mereka sudah tak perlu mengeluarkan uang, tinggal petik saja.

Tapi ya itu, tampilannya mirip hutan belantara.

Adeline saja sampai malas buka jendela takut nyamuk masuk ke kamarnya.

Ya kalau yang masuk cuma nyamuk tak apa, kalau ‘Yang Lain’ bagaimana? Yang bertaring, berbulu dan bermata merah menyala?

Selama ini yang membersihkan kamarnya adalah Vlada. Mulanya pemuda itu masuk ke kamar untuk memilih koleksi tas yang akan diduplikatnya. Istilahnya, ia menjual tas KW Mirror lewat platform merah. Dan karena fashion seperti itu istilahnya ‘sepanjang jaman’ dan Adeline sebagai model Runway sering mendapat souvenir tas gratis dari brand ternama,  jadi barang buatan Vlada laku keras walau pun modelnya sudah ketinggalan dari last season.

Kini, ia juga melihat adik ketiganya itu tidur ‘mlungker’ di atas ranjangnya.

Nyenyak sekali tidurnya.

Adeline pun berganti pakaian dan mencuci mukanya, ia akan mandi besok pagi saja di rumahnya Argan, pikirnya. Sudah terlalu malam dan ia terlalu capek. Dipikir Adeline sangat jarang mandi di rumah, dulu ia biasanya mandi di club milih Mami Donita.

Wanita dengan leher jenjang dan rambut pirang kecoklatan tebal itu pun membersihkan mukanya dengan skincare sambil duduk di pinggir ranjang.

Ia mengamati Vlada.

Pikiran Adeline melayang ke masa 5 tahun yang lalu. Vlada saat itu sedang mempersiapkan diri untuk masuk SMP. Karena anak ini otaknya lumayan encer, jadi ia mendapat beasiswa dari salah satu SMP Unggulan.

Ibu mereka selalu berujar kalau Vlada mungkin bisa membawa keluarga ini ke level yang lebih tinggi. Karena entah bagaimana, yang diusahakan anak ini, hasilnya selalu baik. Vlada bukan jenis anak yang memiliki banyak mau. Ia malah lebih dewasa dari Admiral dan Adeline.

Tapi... saat kedua mayat orang tua mereka ditemukan di dalam kamar, yang saat ini ditempati Adeline, kamar ini, kamar tempat Bapak-Ibu mereka meninggal karena menenggak cairan hama, raut wajah Vlada adalah yang paling kebingungan di antara mereka semua. Widuri meraung, Admiral terisak, Vlada hanya bisa gemetaran.

“Tidak mungkin, Kak. Ini sangat aneh. Masa mereka meminum cairan hama?!” waktu itu ia berujar demikian dengan tangan yang tak berhenti bergetar.

Adeline juga merasa kematian kedua orang tua mereka memang aneh.

Karena ia percaya, orang tua mereka itu pekerja keras. Semua masalah yang bagaikan tak ada ujungnya, mereka selalu menemukan solusinya. Walau pun melunasi dengan jual barang, atau pun bekerja ekstra, mereka pasti akan usahakan semua bisa makan. Lahan pertanian mini di belakang itu pun sebenarnya hasil didikan Ibu Mereka. Terakhir ia mengajari Admiral bertanam dengan konsep hidroponik, agar kalau suatu saat mereka ‘kekurangan’, perut mereka tidak lapar.

Bapak pun mengajari konsep berdagang sejak Vlada 5 tahun. Vlada mempelajari berbagai hal mengenai mekanik, komputer, ia menciptakan hot wheels pertamanya dari kemampuan itu.

Dan tentu saja ia jual. Laku keras malah.

Rasanya sulit dipercaya orang yang memiliki semangat hidup dapat memikirkan mengenai bunuh diri. Adeline yakin Bapak-ibunya sudah memiliki banyak proyek lanjutan untuk melunasi semua hutang. Apalagi mereka dari kalangan pengusaha, pasti hal-hal seperti ini sudah biasa mereka hadapi.

Dan si kecil Widuri, yang memiliki kemampuan khusus dengan indera ke enam-nya, penglihatannya kerap dia manfaatkan dengan membuat sebuah blog mengenai kisah horor. Sejak kecil, ketiga adiknya, dan tentunya Adeline sendiri yang sejak bayi sudah menjadi foto model, tidak meminta uang jajan kepada orang tua.

Yang mereka sesali hanyalah, selama ini mereka terlena dengan duniawi, dan gaya hidup mereka berlebihan. Sekolah mahal, barang-barang berkelas, liburan ke luar negeri, makanan enak, uang mereka habis tak bersisa, hanya jadi kenangan tanpa tabungan.

Adeline mengusap kepala Vlada, lalu menghela nafas.

Saking sayangnya mereka ke kedua orang tua mereka, mereka tidak takut tidur di kamar ini.

Orang tua mereka meninggal di kamar ini, dalam keadaan keduanya terkapar di lantai, mulut berbusa. Masih hidup saat ditemukan katanya, namun meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Dugaan polisi, bunuh diri karena hutang.

Widuri bahkan yang menyarankan agar kamar ini ada yang menempati, karena auranya positif padahal bekas TKP.

Kalau kangen orang tua, mereka tidur di kamar ini, seringkali berbarengan, untel-untelan di ranjang Adeline. Walau pun sebenarnya Adeline tidak terlalu suka barang-barangnya di-kepo-in. Ya tapi bagaimana, ia sendiri jarang pulang.

Malam ini Vlada tidur di kamar Adeline. Mungkin Vlada sedang merasa kangen pada Bapak dan ibu.

Plakk!!

Vlada menepis tangan Adeline.

“Doooh nyamuk banyak banget sih!” Omel Vlada.

Adeline mencibir kesal sambil mengusap tangannya yang kena pukul.

“Kak Elin memang dasar jorok kamar gak pernah diberesin udah kayak kandang ayam, Kalo ada kambing kawin di sini gak heran gue...” gumam Vlada sambil balik badan dan kembali tidur.

Adeline memukul Vlada dengan bantal, “Kalo protes melulu sana bobok di kamar lo sendiri woy!”

Vlada langsung terbangun dan duduk sikap sempurna, ala-ala samurai lagi dihukum tuannya.

“Selamat malam Kakak Adeline Dewiiii, sudah pulang ya Kak? Hehehe. Mimpi itu bunga tidur jadi mohon dimaklumi kalau ada ucapan saya yang kurang sopan yaaaa,” sahut Vlada dengan setengah menunduk, ala-ala tuan tanah Jepang minta maaf ke pejabat.

“Cium tangan gue, sakit nih lo gampar.” Adeline mengulurkan tangannya dan Vlada sigap mencium punggung tangan lentik wanita itu.

“Drak, gue baru aja kepikiran hal ini barusan.” Desis Adeline dengan wajah muram.

“Ini prank atau serius?”

“Ini serius.”

“Oke...”

“Seandainya ada apa-apa sama gue, titip sodara-sodara lo ya. Kalian harus saling membantu, walau pun di masa depan lo punya bini dan bini lo nggak ridho lo bantuin sodara lo, tapi gue harap lo bisa selalu support mereka. Jangan ditinggalin Drak. Lo punya kelebihan bisa cari duit dan semua usaha lo lancar. Sementara tidak semua sodara lo begitu.”

“Hm...” Vlada mengangguk pelan.

Adeline mengusap pipi Vlada. “Gue tahu gue salah ngomong kayak gini. Gue ngejadiiin lo sandwich generation, dan gue semacam jadiin lo kambing hitam ngelangkahin Admiral. Tapi lo kan tahu kondisi kita sekarang gimana, semua dilakukan agar bisa hidup. Kalau ketemu Admiral, gue juga akan ngomong yang sama ke dia.”

“Nggak kak, gue nggak ngerasa jadi Sandwich generation. Semua gue lakuin ikhlas kok.” kata Vlada.

“Ya sekarang. Tapi kalau lo punya keluarga sendiri, punya bini, punya anak, lo bisa jadi berpikiran berbeda. Apalagi kalau bini lo juga dari keluarga yang penuntut.”

“Gue usahakan punya bini yang bisa nge-klik sama semuanya.”

Adeline pun menunduk.

Vlada pun menarik nafas panjang.

“Kakak pasti ngeliat ke sodara-sodara kita ya? Mereka bilang di awal kalau mereka akan bantu kita, nyatanya setelah beberapa bulan semua malah menghindar. Padahal pas Bapak ibu masih ada, mereka selalu kita bantu...” kata Vlada.

“Iya. Mau nggak mau ya terlintas.” Gumam Adeline.

Vlada mengangguk.

“Lo nggak sendiri kok yang berpikiran begitu. Admin juga sering mikirin itu.”

Adeline hanya bisa diam sambil merenung.

“Kak,” Vlada mengenggam tangan Adeline. “Saran gue sih ya... lo berhenti deh jadi ani-ani. Lo kerja baik-baik aja di rumah Atmorajasa. Gue liat lo disambut baik kok di sana. Nggak usah ada dendam-dendam lagi deh kak, yang penting hidup kita lurus-lurus aja.”

Adeline menggelengkan kepala.

“Nggak bisa Drak, niat gue udah bulat. Dia harus mati.”

“Kalo lo bener-bener sayang kita, lo harus lupain semua dendam.”

“Kata-kata lo yang barusan tuh nggak adil tahu nggak? Lo nggak tahu gimana perasaan gue sekarang. Lo masih 12 tahun waktu itu, ingatan lo nggak sefresh sekarang. Sementara gue udah mengerti banyak hal waktu itu.”

“Kak Elin...” Vlada menggeleng. “Belum tentu bapak ibu meninggal karena bunuh diri kan?”

Adeline pun menarik nafas dengan gugup.

"Seandainya mereka dibunuh pun, ya katakanlah oleh Atmorajasa, dua hari ini lo kerja di sana, apakah menurut lo Argan bekerja selicik itu?"

"Gue nggak tau Drak, gue baru dua hari kerja di sana. Gue masih harus mengamati lebih dalam lagi."

"Jangan sampai lo nuduh orang nggak bersalah, Kak." kata Vlada. "Orang dengan kegiatan sejahat itu nggak bakalan ngasih lo mobil operasional padahal lo cuma ART. Nggak bakalan juga bisa ngobrol akrab sama lo kayak temen."

Adeline diam.

Iya, dia sebenarnya setuju dengan Vlada.

“Oh iya Kak, sebelum gue lupa.” Vlada menyambar ponselnya dan menscroll.

“Ada apa?”

“Gini kak, mumpung kita lagi akrab nih ya. Gue butuh beberapa tas dengan model up to date buat gue duplikat. Masalahnya gue butuh satu tas itu selama dua minggu, gue minta lo ambil sekitar 10 tas gue mau bikin KW Mirrornya. Dan itu butuh detail yang njelimet. Gue sampai beli 2 mesin jahit dan 1 mesin laser untuk mempersiapkan-“

“Lo gila apa?! Gimana caranya gue bisa nyelundupin 10 tas hah?! Lo pasti mintanya sekelas Gucci, Chanel, Dior de-es-be de-el-el itu kan?!” Adeline mengeplak kepala Vlada pakai bandananya.

“Juga... Kate Spade, Michael Kors, ah Tory Burch ngeluarin koleksi baru nih, pasti ada kan ya di rumah itu? Pinjem aja kaaaaakkkk gimana kek caranya? Lo buka paha dikit kek sama si Argan-Argan itu? Gue WA contoh tasnya yaaaaaa!” Vlada turun dari ranjang dan langsung kabur untuk tidur di kamar-nya sendiri.

Meninggalkan Adeline yang terbengong-bengong di kamar.

“Padahal tadi gue udah ngerasa sayang sama tuh anak, tapi kalo ‘drakulanya’ kumat gue rasanya jadi pingin ngeremes batu bata!” desis Adeline geregetan.

Terpopuler

Comments

🥑⃟вуυηgαяι

🥑⃟вуυηgαяι

yeah true, saat kita di ats smua² kita kasih, smua² juga mrapat, tp saat kita di bwah ni, lngsung pd cuz ilang kek dtelan bumi😩

2025-03-19

0

🥑⃟вуυηgαяι

🥑⃟вуυηgαяι

wah bahaya mba Elin ni, cemilanny bata😩

2025-03-19

0

ahjuma80

ahjuma80

vlada calon pengusaha licik itu penting

2024-10-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!