Divo

Waktu berlalu begitu cepat, meninggal kan hari demi hari sehingga hari pernikahan semakin dekat. Dua hari menjelang pernikahan, Intan masih beraktivitas seperti biasa, baginya tidak ada pingitan, Bunda Mutia selalu memintanya untuk tidak bekerja namun Intan tak mau mendengar, jodoh, hidup dan mati sudah tertulis di sana.

Reihan pun juga bekerja seperti biasa bahkan dua hari yang lalu telah melakukan perjalanan luar kota. Bagi Reihan pernikahan yang akan di gelarnya bukan suatu yang sakral tapi sebuah bisnis kehidupan yang berjalan seumur hidup.

Siang Hari Reihan mengajak Intan untuk makan bersama di restoran milik Bunda Mutia. Reihan mengirim pesan pada Intan melalui ponselnya. Reihan membuka kontak bernama My wife meski nomor itu tersimpan indah di handphone miliknya itu hanya caranya mengelabui semua orang agar akting seumur hidup nya terlihat nyata.

"Hay... Ketemu di restoran Bunda ya, makan bareng.. 🙂" Pesan Reihan.

Tak lama kemudian terdapat balasan dari kontak My Wife alias Intan calon istrinya.

"Biasain salam... Lupa?? 😒" Balasan dari My wife yang tak pernah hangat.

"Ckkk astaga... bawel... " Reihan mengumpat lalu mengetik kembali pesannya.

"Assalamualaikum... 😏, Bawel banget... mau gak?? " Pesan Reihan lagi.

"Hmmm..." Jawab pesan dari My Wife masuk membalas pesannya, cuma dua jenis huruf Konsonan yang di padu dengan titik tanpa emoticon.

"Ckkk aku udah berusaha ramah... 😠, bisa kali balasnya lebih baik...!! " Reihan protes tak terima.

Reihan berjalan sambil memasukkan handphone miliknya ke kantong celananya, lalu dirinya pergi menuju lobi dan keluar ke area parkir untuk mengambil mobilnya.

Pesan masuk ke dalam handphone miliknya saat Reihan membuka pintu mobil, Reihan masuk ke mobil lalu mengambil handphone miliknya dan membuka pesan dari kontak My Wife nya.

"Iya Sayang... 😮‍💨, Aku udah di restoran udah makan.. 😐" Balas Intan meski menggunakan kata sayang seperti peraturan dan kesepakatan namun emoticon nya tetap tak bisa baik.

"Udah makan?? " Reihan mengirim pesan lagi.

"Udah.. " Balas Intan singkat.

"Sama?? " Reihan bertanya lagi.

"Divo." Balas Intan singkat.

"Siapa dia?? " Reihan tanya lagi.

"Teman kampus. 🙄" Jawab Intan lagi seperti malas menjawab.

Reihan kesal, entah dadanya gemuruh saat membaca pesa Intan, dia tak suka Intan makan dengan laki-laki lain. Dan Reihan semakin kesal Intan makan di luar bersama orang selain dirinya dan mengacuhkannya.

Reihan melakukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Reihan membelah jalanan hingga beberapa kali mendapat kata-kata kasar dari pengendara yang lain.

"Hoiiii bang.... S*ttttttt bawa mobil yang benar!!!! " Umpat mobil yang nyaris di tabrak Reihan yang menerobos lampu merah dan nyaris menabrak mobil yang lain.

Tiiiinnnnnnnnn

Tiiiinnnnnnnnn

Suara klakson mobil-mobil yang di lalui Reihan tanpa merasa bersalahnya, dadanya bergemuruh, belum menikah saja Intan sudah berani jalan dengan laki-laki lain, padahal sudah jelas peraturan yang di buatnya.

****

Intan tengah makan saat seseorang datang dan duduk di hadapannya. "Permisi... Hay... maaf... Semua kursi penuh ijin ikut duduk di sini... " Kata Orang itu ramah dan hangat.

Restoran Bunda Mutia selalu ramai dan penuh jika memasuki waktu makan siang dan makan malam, hingga semua kursi penuh tak ada sisa kecuali yang ada di mejanya.

Intan memandang semua tempat dan memang penuh, Intan pun hanya mengangguk tanpa bersuara dan tetap makan makanannya dengan nikmat karena tadi tidak sarapan.

"Hai... Aku Divo... Anak teman Bunda Mutia... " Kata Orang yang ada di hadapan nya, namun Intan tetap sibuk makna dan sesekali membalas pesan dari kontak My Husband, yang dulunya dia simpan dengan kontak si arogan sana si pemiliknya sendiri diganti dengan My Husband.

"Aku teman kuliah kamu dulu loh... " Kata orang yang mengaku Divo itu, namun Intan lagi-lagi tak terusik dengan laki-laki di hadapannya, bahkan setengah tidak terlihat di matanya, ya Divo tidak di anggap ada olehnya.

" Ehmmm Ehmm.... Aku bicara sama kamu loh... Intan... " Divo sudah mulai kesal dengan sikap acuh Intan. Dia dulu saat di kampus amat mengagumi Intan namun dia tak berani karena karakter Intan yang susah di dekati, sehingga saat Bundanya menawarkan ingin meminang Intan dirinya amat antusias sekali.

Intan masih sibuk dengan ponsel dan makanannya, tanpa melihat kearah Divo berbicara dan makan.

"Ya aku tau.. lalu?? " Intan mengambil minum dan meminumnya masih sibuk berbalas pesan di handphone miliknya, ada senyum tipis namun hanya sedetik yang Divo tangkap di wajah Intan namun itu sudah amat langka menurut dirinya, karena Intan memiliki senyum yang mahal, ini sudah menjadi rahasia kampusnya.

"Kamu kesini tadi mau makan, jadi makan lah. " Intan berbicara lalu mengangkat telfon yang berdering di ponselnya, membuat Divo kesal seketika.

"Assalamu'alaikum... " Sapa Intan ada senyum tipis yang tersamarkan namun masih bisa Divo tangkap, sedetik dan setipis itu saja sudah begitu cantik bagaimana jika gadis ini tersenyum tulus, pikir Divo di tempat nya sambil makan.

"Kamu dimana??? " Jawab orang di sebrang dengan suara kesal tanpa me jawab salam.

"Ckkk jawab salam dulu... biasakan... " Intan memperingatkan orang yang menelfon dirinya hingga tidak sabar.

"Salam... " Jawab Orang di sebrang lalu menutup telfon.

"Ckkk tidak jelas... " Batin Intan dan kembali duduk.

Divo tersenyum ke arah Intan lalu menyudahi makan siangnya, Divo mengelap bibir nya dengan tisu lalu Menatap Intan penuh dengan harapan.

"Tan... I love you... Aku udah suka sama kamu lama banget, sejak kamu di bangku kuliah... " Tutur Divo yang tidak berselera makan, namun saat tadi dia melihat ada Intan yang juga makan di restoran ini, Divo tiba-tiba menjadi semangat lalu menghampiri Intan, jangan sampai kehilangan kesempatan lagi.

"Ckkk Seorang laki-laki emang mudah banget ya bilang cinta... " Batin Intan sambil memandang singkat Divo di tempatnya.

Intan melihat Reihan berjalan cepat kearahnya, mata Reihan terlihat amat tajam dan seperti sangat marah, Intan hanya bersikap datar seperti biasa di tempatnya.

Reihan sampai di belakang Divo, dia ingin menghajar rasanya namun gengsinya tinggi, hingga dirinya meremas tangan saja, Reihan berusaha menahan diri agar tak menimbulkan kebisingan di restoran calon mertuanya.

"Intan... Jujur aku sudah memendam perasaan ini amat lama, aku kecewa saat Bunda aku bilang kamu tak menerima ku... " Tutur Divo lagi, Intan masih bersikap datar tak membalas, namun pemuda di belakang Divo mengeratkan gigi kuat-kuat, ingin memakan manusia di depannya itu.

"Please tolong... maukah kamu membina rumah tangga denganku??? " Divo masih saja berbicara dan memohon tapi Intan masih diam, Intan hanya menunjukan tangan yang bercincin itu, seolah-olah tidak sengaja dia perlihatkan di depan wajah Divo, Intan memperlihatkan sambil mengusap wajahnya.

Divo tertegun saat melihat cincin di jemari itu, mendadak luruh semua semangatnya hari ini. Divo kembali meyakinkan cincin mewah yang elegan di hari Intan itu, mencoba meyakinkan dirinya jika itu cincin biasa.

"Cincin kamu bagus... " Kata Divo berharap itu bukan cincin spesial.

"Terimakasih... " Kata Intan lalu memandang wajah Raihan di belakang Divo yang sudah memerah wajahnya.

"Ah... Sayang... kamu udah datang..., Lama sekali... makananku sampai habis... " Kata Intan dengan wajah cemberut manja kepada lelaki di belakang Divo, membuat Divo terkejut kenapa bisa Intan berubah dari sikapnya yang dulu begitu datar dan dingin, siapakah pemuda yang sudah membuat Intan berubah.

Reihan pun sama terkejutnya dengan akting Intan yang begitu nyata seolah-olah sungguhan, kemarin-kemarin Intan susah sekali jika di ajak uci coba sungguhan, dan sekarang justru membuat kejutan, Reihan yang tadi menggebu-gebu marah pun mendadak jadi setengah salting.

Divo menoleh dan betapa terkejutnya saat melihat atasannya alias direktur tempat dirinya bekerja yang ada di belakang dirinya.

"Pak Reihan... " Divo tak menduga lidahnya kelu.

"Hai... maaf ijin sebentar menemui calon istri saya... " Kata Reihan dengan suara rendahnya membuat Divo sedikit takut dan kecewa, jadi dirinya kalah saing dengan bosnya sendiri.

"Maaf duluan ya. " Intan bangkit dan menarik lengan berbalut kemeja Reihan itu dan di ajak ke ruang VVIP di restoran nya, meninggal kan Divo yang masih membeku di tempatnya.

Intan menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang dan berkata kepada Divo. " Maaf aku tidak bisa... Diriku sudah terikat oleh dirinya... carilah seseorang wanita yang shalihah, tapi orang itu bukan aku... "

Divo masih membeku di tempatnya, sakit rasanya, jadi gini rasanya di tolak oleh seorang perempuan yang siang malam selalu di bayangkan olehnya.

***

Mohon koreksinya ya... terimakasih banyak... 🥰😁

Terpopuler

Comments

ken darsihk

ken darsihk

Divo sabarrr ya broo aq ingat kan jangan bersaing dngn atasan mu , karena kamu pasti kalah 😅😅

2024-12-10

0

Umi Maryam

Umi Maryam

semoga aja reyhan dan intan jadi padangan yg samawa yah ,author menjadikan reyhan dan intan di bikin bucin gada lagi pernikahan kontrak seumur hidup ya thor , jangan ada kejahatan di dalam rumah tangga nya .🤭🤭

2024-07-26

1

Isabell Serinah

Isabell Serinah

moga-moga reyhan bucin akut.lanjut lagi plseeee 👍

2024-06-16

1

lihat semua
Episodes
1 Intan
2 Raihan
3 Kesialan di malam hari
4 Kedatangan Orang tua
5 Rumah Reihan
6 Tak bertemu
7 Sepakat
8 Rumah Bunda
9 Saling meyakinkan keluarga
10 Surat kesepakatan
11 Kantin
12 Lamaran
13 Mencoba Baju Pengantin
14 Peraturan
15 Uji coba peraturan
16 Drama uji coba
17 Hadiah Eyang Hana
18 Divo
19 Sebelum Hari itu tiba
20 kebakaran
21 Pernikahan
22 Malam pertama
23 Pagi yang tak biasa
24 Pulang ke Rumah
25 Haruskah bulan madu???
26 Seoul
27 Tak sekuat itu
28 Ingin menyerah
29 Maaf
30 Kembali kerja
31 Sebulan berlalu
32 Terbongkar
33 3 Kantung
34 Di rawat
35 Menepi
36 Pulang
37 Aku juga mencintaimu
38 Aku juga mencintaimu
39 Malam
40 Pagi yang Indah
41 Di Meja makan
42 Berkumpul keluarga
43 Tamu tak di undang
44 Meluluhkan hati
45 Kebetulan yang tidak menyenangkan
46 Saling mengadu
47 Pulang malam
48 Bertemu Allea
49 Ke Kantor Reihan.
50 Rumit
51 Intan
52 Nasehat Alesha
53 sendiri dulu
54 Nasehat Eyang
55 Meyakinkan diri
56 Kepulangan Intan.
57 Hari berikutnya
58 Pantai
59 Kontraksi
60 Rasa Kehilangan
61 Terimakasih
62 Satu tahun kemudian
63 Keinginan sembuh
64 Ungkapan Syantika
65 Kejutan Intan
66 Kondisi Syantika
67 Satu tahun kemudian
68 Kecewa pada Zia
69 Ke kantor Reihan
70 15 tahun Kemudian
71 Indah
72 Pengumuman Zia
73 pengumuman
74 Pengumuman Zea.
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Intan
2
Raihan
3
Kesialan di malam hari
4
Kedatangan Orang tua
5
Rumah Reihan
6
Tak bertemu
7
Sepakat
8
Rumah Bunda
9
Saling meyakinkan keluarga
10
Surat kesepakatan
11
Kantin
12
Lamaran
13
Mencoba Baju Pengantin
14
Peraturan
15
Uji coba peraturan
16
Drama uji coba
17
Hadiah Eyang Hana
18
Divo
19
Sebelum Hari itu tiba
20
kebakaran
21
Pernikahan
22
Malam pertama
23
Pagi yang tak biasa
24
Pulang ke Rumah
25
Haruskah bulan madu???
26
Seoul
27
Tak sekuat itu
28
Ingin menyerah
29
Maaf
30
Kembali kerja
31
Sebulan berlalu
32
Terbongkar
33
3 Kantung
34
Di rawat
35
Menepi
36
Pulang
37
Aku juga mencintaimu
38
Aku juga mencintaimu
39
Malam
40
Pagi yang Indah
41
Di Meja makan
42
Berkumpul keluarga
43
Tamu tak di undang
44
Meluluhkan hati
45
Kebetulan yang tidak menyenangkan
46
Saling mengadu
47
Pulang malam
48
Bertemu Allea
49
Ke Kantor Reihan.
50
Rumit
51
Intan
52
Nasehat Alesha
53
sendiri dulu
54
Nasehat Eyang
55
Meyakinkan diri
56
Kepulangan Intan.
57
Hari berikutnya
58
Pantai
59
Kontraksi
60
Rasa Kehilangan
61
Terimakasih
62
Satu tahun kemudian
63
Keinginan sembuh
64
Ungkapan Syantika
65
Kejutan Intan
66
Kondisi Syantika
67
Satu tahun kemudian
68
Kecewa pada Zia
69
Ke kantor Reihan
70
15 tahun Kemudian
71
Indah
72
Pengumuman Zia
73
pengumuman
74
Pengumuman Zea.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!