Kedatangan Orang tua

Pagi-pagi sekali entah ada angin apa Bunda juga Ayah Arsya sudah sampai di rumahnya, Intan baru saja selesai bersiap untuk berangkat kerja namun melihat kedatangan Bundanya dirinya mengurung lalu menemui bunda dan Ayahnya, tak lupa memeluk adik bungsu kesayangannya.

"Walah... Bunda sama Ayah kok pagi-pagi udah ke sini... Ada angin apa...?? Tanya Intan lalu duduk di hadapan orang tuanya.

"Kak... Bunda mendapat lamaran dari Anak temen Bunda... Namanya Divo, katanya dia biasa lihat kamu dulu saat di kampus..." Kata Bunda Mutia membuat Intan tersenyum masam, lagi-lagi lamaran datang dari anak teman Bundanya.

"Bun... Intan belum minat menikah..." Jawab Intan sambil tersenyum malas.

"Kak... Usiamu sudah 25 tahun loh... Sudah waktunya untuk kamu memikirkan menikah..."Kata Bunda Mutia lagi.

"Bun... Mungkin Intan tertarik menikah... Intan Nyaman selama ini... Keluarga kita juga udah ramai jadi Intan tidak akan kesepian..." Kata Intan menjawab Bundanya.

"Astaghfirullah Kak... Gak boleh gitu..."Kata Mutia sedih, pasti kisah masa lalu rumah tangganya membekas sekali di hati anak sulungnya ini.

Intan hanya diam di tempat sembari menarik nafas, ada sedikit rasa bersalah masuk di hatinya saat melihat wajah sendu dari Bundanya yang ada di hadapannya.

"Kak... Bun... Ayah pernah mendengar ustadz Ayah dulu menasehati saat Ayah juga tak ingin menikah... Beliau mengatakan, sah-sah saja bagi wanita untuk tidak menikah selama syahwatnya adem, tidak bergelora. Hal tersebut apalagi jika wanita tersebut memutuskan untuk mendalami agama dalam masa lajangnya...." Kata Ayah Arsya.

"Tapi Yah... Kita tidak tau kedepan kehidupan kita bagaimana... Intan kalau sudah tua butuh penerus... Siapa yang akan merawat jika sudah tua nanti..." Kata Bunda Mutia menolak pendapat itu.

"Ayah paham Bun..."Ayah Arsya memahami kemauan Istrinya.

"Intan bisa adopsi anak Bun... Anak-anak dari Adik-adik Intan pasti juga nanti banyak, mereka bisa merawat Intan..." Jawab Intan santai membuat Bundanya makin sendu.

"Ayah tanya apa alasan kamu tak ingin menikah?? Kalau Ayah dulu karena selain ada nama yang tidak bisa lepas dari Ayah, waktu itu Ayah divonis mandul..."Kata Ayah Arsya pada Intan.

Intan terdiam, jujur dirinya tidak percaya pada laki-laki dan ikatan pernikahan, namun lidahnya kelu ingin berkata jujur, dirinya takut menyakiti hati Bundanya juga membuat orangtuanya itu sedih.

Bunda Mutia dan Ayah Arsya saling pandang melihat kebisuan Intan di hadapannya, lalu menoleh pada Dede Zayn yang asik bermain dengan bibi di ruang Televisi.

"Kak... Coba renungi apa alasan kamu tak mau menikah... Kata Ustadz Ayah, Beliau menjelaskan, wanita yang tidak menikah, tidak akan berdosa selama dia tak melakukan hal-hal yang menjurus pada zina... Namun beliau melanjutkan, wanita tak boleh menolak menikah karena benci pada pernikahan itu sendiri..." Kata Ayah Arsya membuat Intan makin kelu.

"Kenapa begitu... Karena itu artinya kamu benci dengan sunnah Nabi. Rasulullah pernah berkata, bahwa Yang benci dengan pernikahan bukan aku anggap sebagai golonganku... Jadi bukan golongan nabi kita..." Kata Ayah Arsya lagi membuat Intan semakin memainkan jarinya.

"Intinya begini Kak... Penekanannya bahwa seorang wanita boleh tidak menikah jika aman dari perkara yang haram, tak ada urusan syahwat atau punya penyakit tertentu... Nah sekarang alasanmu apa??" Kata Arsya lagi.

"Jangan sampai alasan kamu karena masa lalu Bunda dan Ayah kandungmu Kak..., Bunda sedih rasanya... Itu dulu kak... Tidak semua laki-laki sama... Contohnya Ayah Arsya..." Kata Bunda Mutia sambil mengambil tangan Intan yang dingin.

"Kak...Menikah menjadi wajib jika seseorang memiliki syahwat yang bergolak sehingga khawatir terjerumus dalam hal-hal yang haram... Untuk menghindari zina, maka orang dari golongan ini wajib menikah..."Kata Ayah Arsya menasehati Intan.

"Ayah Bunda jangan khawatir... Insya Allah Aman... Intan tidak sempat untuk berpikir atau mendekati hal itu..."Kata Intan masih berusaha tenang.

"Lalu... Menikah menjadi sunnah ketika seseorang mampu menahan urusan syahwat hingga tak melakukan hal-hal yang haram....Bagi mereka yang berada di golongan ini, menikah akan membuatnya lebih aman sehingga sunnah..." Kata Ayah Arsya lagi.

"Berarti keputusan Intan sudah tepatkah... "Sahut Intan merasa benar.

"Ya lantas tidak gitu juga kak... jika pahala wajib lebih banyak kenapa pilih yang sunah... Nikah itu indah kak... Bunda Bahagia menikah dengan Ayah Arsya contohnya..."Kata Bunda Mutia tidak setuju dengan keputusan Intan.

"Bunda ada benarnya kak makanya mencari laki-laki itu yang baik jangan hanya menikah karena mau mewadahi syahwatnya saja... Karena Menikah akan menjadi mubah hukumnya jika seseorang hanya ingin menyalurkan syahwatnya tanpa mampu menafkahi... Orang dalam golongan ini sebaiknya meninggalkan atau menunda keinginan untuk menikah... nah yang ini untuk laki-laki karena menafkahi itu tugas laki-laki..." Kata Ayah Arsya lagi.

"Nah... Ada lagi... Menikah akan jadi makruh hukumnya jika seseorang tak bangkit syahwatnya dan tak bisa menafkahi istri.... Jika pernikahan tetap terjadi maka sah-sah saja tapi sebaiknya tidak menikah... Karena ini sama saja mendzolimi istrinya...karena dari sisi syahwat engkau tidak butuh, kemudian dari sisi nafkah kamu tidak punya," Ujar Arsya lagi.

"Dan yang terakhir, Menikah akan jadi haram hukumnya jika seseorang sejak awal niatnya menikah sudah tidak bagus atau hanya untuk menyakiti atau menyiksa pasangan.... Contohnya mau merebut hartanya istri atau punya niat jahat.... Kalau nikah, pasti jahat sama istrinya, maka haram baginya menikah..." Lanjut Arsya masih menasehati Intan.

Intan diam semua yang di katakan oleh Ayah sambungnya itu memang benar dan yang di katakan Bunda Mutia juga benar, namun Intan masih takut untuk membuka hati, Cinta pertamanya pada laki-laki adalah Ayahnya namun Ayahnya justru yang paling membekas di hatinya.

"Jadi Kalau kamu belum ada calon... Nak Divo ini, anak teman bunda sekaligus temanmu dulu di kampus orangnya baik... Orang taunya juga baik..."Kata Bunda Mutia masih membahas lamaran dari temannya itu.

"Ckkk Intan tidak suka perjodohan Bun... Yang kenal saja bisa berkhianat apalagi yang tidak kenal sama sekali... jika menikah aku tak mau seperti halnya membeli kucing dalam karung..." Intan masih tidak tertarik menerima lamaran itu, mungkin benar teman kampus Intan tapi Intan jarang melihat laki-laki, jadi Intan tidak hapal Divo yang mana yang di maksud ibunya, namun orang dia kenal bernama Divo, yang iya tau adalah play boy di kampus yang bersembunyi di balik wajah Ikhwan-ikhwan, banyak yang di beri harapan palsu olehnya terutama wanita-wanita yang berjilbab sepertinya, seolah-olah sedang mencari yang terbaik namun terkesan seperti mempermainkan perasaan.

Bunda Mutia matanya berkaca-kaca, membuat Intan makin merasa bersalah, Bunda Mutia merangkul Intan lalu terisak di pundak Intan membuat Intan bingung sekaligus merasa semakin bersalah.

"Maafkan Bunda Kak... Maafkan Ayah Harismu juga... Maaf..."Bunda Mutia berkata masih dengan terisak-isak.

Intan mengelus lembut pundak Bundanya lalu berkata," Intan Yang minta maaf Bun... Maaf tidak bisa mengikuti kemauan Bunda..."

Setelah lama mengobrol Bunda Mutia dan Ayah Arsya juga Dedek Zayn pamit pulang meninggalkan Intan dengan jutaan rasa bersalah. Setelah mobil orang tuanya keluar meninggalkan rumahnya, Intan pun memasuki Mobilnya dan menuju ke perusahaan karena hari ini ada rapat membahas tentang penurunan pembelian dari pakaian yang di hasilkan pabriknya.

Terpopuler

Comments

ken darsihk

ken darsihk

Sabar bunda Mutia

2024-11-29

0

Novianty Sugeng

Novianty Sugeng

Sabar bunda Mutia.. Intan masih trauma dgn kondisi pernikahan Mu, membekas dl ingatan dan hati yg terluka... bentar babang Raihan 😂

2024-08-12

1

Ita Mariyanti

Ita Mariyanti

terluka krn bpk nya 🥺🥺

2024-07-29

1

lihat semua
Episodes
1 Intan
2 Raihan
3 Kesialan di malam hari
4 Kedatangan Orang tua
5 Rumah Reihan
6 Tak bertemu
7 Sepakat
8 Rumah Bunda
9 Saling meyakinkan keluarga
10 Surat kesepakatan
11 Kantin
12 Lamaran
13 Mencoba Baju Pengantin
14 Peraturan
15 Uji coba peraturan
16 Drama uji coba
17 Hadiah Eyang Hana
18 Divo
19 Sebelum Hari itu tiba
20 kebakaran
21 Pernikahan
22 Malam pertama
23 Pagi yang tak biasa
24 Pulang ke Rumah
25 Haruskah bulan madu???
26 Seoul
27 Tak sekuat itu
28 Ingin menyerah
29 Maaf
30 Kembali kerja
31 Sebulan berlalu
32 Terbongkar
33 3 Kantung
34 Di rawat
35 Menepi
36 Pulang
37 Aku juga mencintaimu
38 Aku juga mencintaimu
39 Malam
40 Pagi yang Indah
41 Di Meja makan
42 Berkumpul keluarga
43 Tamu tak di undang
44 Meluluhkan hati
45 Kebetulan yang tidak menyenangkan
46 Saling mengadu
47 Pulang malam
48 Bertemu Allea
49 Ke Kantor Reihan.
50 Rumit
51 Intan
52 Nasehat Alesha
53 sendiri dulu
54 Nasehat Eyang
55 Meyakinkan diri
56 Kepulangan Intan.
57 Hari berikutnya
58 Pantai
59 Kontraksi
60 Rasa Kehilangan
61 Terimakasih
62 Satu tahun kemudian
63 Keinginan sembuh
64 Ungkapan Syantika
65 Kejutan Intan
66 Kondisi Syantika
67 Satu tahun kemudian
68 Kecewa pada Zia
69 Ke kantor Reihan
70 15 tahun Kemudian
71 Indah
72 Pengumuman Zia
73 pengumuman
74 Pengumuman Zea.
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Intan
2
Raihan
3
Kesialan di malam hari
4
Kedatangan Orang tua
5
Rumah Reihan
6
Tak bertemu
7
Sepakat
8
Rumah Bunda
9
Saling meyakinkan keluarga
10
Surat kesepakatan
11
Kantin
12
Lamaran
13
Mencoba Baju Pengantin
14
Peraturan
15
Uji coba peraturan
16
Drama uji coba
17
Hadiah Eyang Hana
18
Divo
19
Sebelum Hari itu tiba
20
kebakaran
21
Pernikahan
22
Malam pertama
23
Pagi yang tak biasa
24
Pulang ke Rumah
25
Haruskah bulan madu???
26
Seoul
27
Tak sekuat itu
28
Ingin menyerah
29
Maaf
30
Kembali kerja
31
Sebulan berlalu
32
Terbongkar
33
3 Kantung
34
Di rawat
35
Menepi
36
Pulang
37
Aku juga mencintaimu
38
Aku juga mencintaimu
39
Malam
40
Pagi yang Indah
41
Di Meja makan
42
Berkumpul keluarga
43
Tamu tak di undang
44
Meluluhkan hati
45
Kebetulan yang tidak menyenangkan
46
Saling mengadu
47
Pulang malam
48
Bertemu Allea
49
Ke Kantor Reihan.
50
Rumit
51
Intan
52
Nasehat Alesha
53
sendiri dulu
54
Nasehat Eyang
55
Meyakinkan diri
56
Kepulangan Intan.
57
Hari berikutnya
58
Pantai
59
Kontraksi
60
Rasa Kehilangan
61
Terimakasih
62
Satu tahun kemudian
63
Keinginan sembuh
64
Ungkapan Syantika
65
Kejutan Intan
66
Kondisi Syantika
67
Satu tahun kemudian
68
Kecewa pada Zia
69
Ke kantor Reihan
70
15 tahun Kemudian
71
Indah
72
Pengumuman Zia
73
pengumuman
74
Pengumuman Zea.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!