Rahman berjalan keluar dari stadion dengan perasaan campur aduk. Ia senang karena timnya berhasil meraih kemenangan di Copa del Rey, namun ia juga merasa sedikit sedih karena harus berpisah dengan Cintia.
Saat tiba di pintu keluar, ia melihat Cintia berdiri di sana, menunggunya dengan senyuman manis.
"Rahman!" seru Cintia sambil melambaikan tangannya.
Rahman menghampiri Cintia. "Hai, Cintia. Terima kasih sudah datang mendukungku."
"Selamat atas kemenangannya," ujar Cintia. "Kamu bermain sangat bagus."
"Terima kasih," jawab Rahman.
Mereka berdiri berdampingan, terdiam sejenak. Keduanya merasa enggan untuk berpisah.
"Rahman..." Cintia memulai pembicaraan.
"Cintia..." Rahman juga berbicara di saat yang sama.
Mereka saling menatap, lalu tertawa kecil.
"Kamu duluan," ujar Rahman.
"Tidak, kamu duluan," balas Cintia.
Rahman akhirnya memberanikan diri. "Cintia, aku... aku senang bertemu denganmu. Aku merasa nyaman saat berbicara denganmu."
"Aku juga," jawab Cintia dengan pipi yang memerah.
Mereka kembali terdiam. Suasana menjadi canggung, namun juga terasa manis.
"Cintia, aku... aku ingin kita tetap berhubungan," ujar Rahman dengan gugup.
"Aku juga," jawab Cintia dengan suara lirih.
Rahman mengeluarkan ponselnya. "Boleh aku minta nomor teleponmu?"
Cintia mengangguk, lalu menyebutkan nomor teleponnya. Rahman menyimpan nomor tersebut di ponselnya.
"Aku akan menghubungimu nanti setelah aku pulang," ujar Rahman.
"Aku tunggu," jawab Cintia dengan senyuman manis.
Mereka berpamitan, lalu Cintia berjalan menuju taksi yang telah menunggunya. Rahman menatap kepergian Cintia dengan perasaan yang sulit dijelaskan.
Ia merasa ada sesuatu yang istimewa pada Cintia, sesuatu yang membuatnya tertarik. Ia berharap bisa bertemu Cintia lagi setelah ia pulang ke Indonesia.
Rahman kembali ke asrama dengan perasaan campur aduk. Ia senang karena timnya meraih kemenangan, namun ia juga merasa sedih karena harus berpisah dengan Cintia.
Namun, ia tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Ia tahu bahwa ia harus fokus pada karier sepak bolanya. Ia akan terus bekerja keras dan berusaha untuk menjadi pemain yang lebih baik lagi.
Rahman juga akan tetap berhubungan dengan Cintia. Ia akan menelepon Cintia nanti malam, setelah ia sampai di asrama. Ia ingin mengetahui lebih banyak tentang Cintia, ingin mengenal gadis itu lebih dekat.
Rahman merasa ada harapan baru dalam hidupnya. Ia berharap hubungannya dengan Cintia bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih indah.
********
Rahman merebahkan diri di kasur asramanya, ponselnya tergenggam erat. Ia baru saja selesai mandi setelah pertandingan, dan pikirannya terus kembali pada Cintia. Dengan ragu, ia membuka aplikasi WhatsApp dan mencari nama Cintia.
Rahman: Hai, aku Rahman.
Pesan terkirim. Rahman menunggu dengan gugup, jantungnya berdebar kencang. Tak lama kemudian, Cintia membalas pesannya.
Cintia: Hai Rahman! Senang kamu mengabariku.
Senyum mengembang di wajah Rahman. Ia mulai membalas pesan Cintia, dan mereka pun terlibat dalam percakapan yang hangat. Mereka bercerita tentang kehidupan masing-masing, tentang keluarga, teman, dan hobi.
Rahman mengetahui bahwa Cintia adalah mahasiswi Universitas Indonesia, salah satu universitas terbaik di Indonesia. Ia juga mengetahui bahwa Cintia berasal dari keluarga yang sangat kaya. Ayahnya adalah seorang pengusaha sukses, dan ibunya adalah seorang sosialita ternama.
Rahman tertegun. Ia tidak menyangka bahwa Cintia berasal dari dunia yang sangat berbeda dengannya. Ia merasa minder, namun ia juga termotivasi. Ia bertekad untuk menjadi pemain sepak bola yang sukses, seperti idolanya Cristiano Ronaldo. Ia ingin menjadi pemain terkaya dan terhebat di dunia, agar bisa sejajar dengan Cintia.
"Cintia, aku akan berusaha keras untuk menjadi pemain sepak bola yang hebat," tulis Rahman dalam pesan WhatsApp. "Aku ingin membanggakan keluargaku dan juga Indonesia."
"Aku yakin kamu bisa, Rahman," balas Cintia. "Aku akan selalu mendukungmu."
Percakapan mereka berlanjut hingga larut malam. Rahman merasa semakin nyaman berbicara dengan Cintia. Ia merasa Cintia adalah orang yang baik hati, cerdas, dan menyenangkan.
Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, Rahman dan Cintia menemukan banyak kesamaan. Mereka sama-sama menyukai sepak bola, musik, dan film. Mereka juga sama-sama memiliki mimpi besar yang ingin mereka wujudkan.
Rahman merasa ada ikatan khusus yang terjalin antara dirinya dan Cintia. Ia tidak tahu apakah ini hanya perasaan sesaat atau sesuatu yang lebih, tapi ia tahu bahwa ia ingin mengenal Cintia lebih dekat.
Malam itu, Rahman tertidur dengan perasaan bahagia. Ia bermimpi tentang masa depan yang cerah, tentang dirinya yang menjadi pemain sepak bola hebat, tentang Cintia yang selalu berada di sisinya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Buana Lukman
bagus up
2024-05-18
2