BAB 2

Jantung Rahman berdegup kencang saat Señor Miguel memanggil namanya. Ia melangkah ke pinggir lapangan, menundukkan kepala, dan berdoa dalam hati. "Ya Allah, berikanlah hamba kekuatan dan keberanian. Hamba ingin membanggakan orang tua hamba."

Rahman mengenakan jersey bernomor punggung 17. Ia memang mengidolakan Cristiano Ronaldo dan ingin memakai nomor 7, namun nomor tersebut sudah menjadi milik pemain senior. Ia tidak berkecil hati, baginya yang terpenting adalah kesempatan untuk bermain.

"Rahman, kau akan menggantikan Juan," Señor Miguel menginstruksikan. "Bermainlah di posisi penyerang kanan, berikan yang terbaik."

Rahman mengangguk mantap. Ia berlari memasuki lapangan, menggantikan Juan yang berjalan keluar dengan wajah lesu. Sorak-sorai penonton mengiringi langkahnya.

Pertandingan dilanjutkan. Bola dikuasai oleh tim CD Leganés B. Seorang gelandang memberikan umpan lambung ke arah Rahman. Dengan sigap, Rahman mengontrol bola, lalu mulai menggiringnya melewati pemain-pemain Real Madrid.

"Lihat! Pemain pengganti dari Leganés, Rahman, menunjukkan skill individunya yang luar biasa!" seru komentator pertandingan. "Ia melewati satu, dua, tiga pemain! Seperti Lionel Messi!"

Rahman tidak peduli dengan pujian komentator. Ia fokus pada tujuannya: mencetak gol. Ia melewati satu pemain lagi, lalu melepaskan tembakan keras ke arah gawang.

Kiper Real Madrid berhasil menepis bola, namun bola muntah mengarah ke kaki Rahman. Tanpa ragu, Rahman kembali melepaskan tembakan. Kali ini, bola bersarang di pojok gawang!

Stadion bergemuruh. Rahman berlari ke arah Señor Miguel, memeluknya erat. Ia tidak bisa menahan air matanya. Ia telah membuktikan bahwa ia layak berada di sini.

"Bagus sekali, Rahman!" Señor Miguel menepuk pundak Rahman. "Kau telah menunjukkan kualitasmu. Teruslah bermain seperti itu."

Rahman kembali ke posisinya, semangatnya semakin berkobar. Ia terus berlari, mencari ruang, menciptakan peluang. Ia tidak hanya ingin mencetak gol, ia ingin membawa timnya meraih kemenangan.

Pertandingan berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan CD Leganés B. Rahman menjadi pahlawan, mencetak satu gol dan satu assist. Ia dielu-elukan oleh penonton, namanya disebut-sebut oleh media.

Di ruang ganti, Rahman menerima ucapan selamat dari teman-teman setimnya. Ia merasa bahagia, namun tidak lupa diri. Ia tahu bahwa ini baru permulaan. Ia harus terus bekerja keras, terus belajar, terus berkembang.

"Ini baru langkah awal, Rahman," Señor Miguel berkata kepadanya. "Jalanmu masih panjang. Jangan cepat puas, teruslah berjuang."

Rahman mengangguk. Ia akan mengingat kata-kata Señor Miguel. Ia akan terus berjuang, mengejar mimpinya menjadi pemain sepak bola hebat seperti idolanya, Cristiano Ronaldo.

**********

Kemenangan atas akademi Real Madrid menjadi titik balik bagi Rahman. Ia bukan lagi pemain cadangan yang dipandang sebelah mata. Ia telah membuktikan kualitasnya di lapangan. Namun, Rahman tidak cepat puas. Ia tahu bahwa masih banyak yang harus ia pelajari dan tingkatkan.

Latihan berikutnya, Rahman fokus pada kekuatan tendangannya. Ia terinspirasi oleh Roberto Carlos, bek legendaris Brasil yang terkenal dengan tendangan geledeknya. Rahman berlatih menendang bola ke arah tembok berulang-ulang, berusaha meningkatkan akurasi dan kekuatan tendangannya.

"Ayo, Rahman! Tendang lebih keras lagi!" teriak pelatih fisik, Señor Pablo, menyemangatinya.

Rahman menggertakkan gigi, lalu melepaskan tendangan keras ke arah tembok. Bola melesat dengan kecepatan tinggi, menghantam tembok hingga bergetar.

"Bagus! Begitu terus!" Señor Pablo memberikan acungan jempol.

Rahman tersenyum puas. Ia merasa tendangannya semakin kuat dan akurat. Ia tidak sabar untuk menguji kemampuannya di pertandingan berikutnya.

Lawan CD Leganés B selanjutnya adalah akademi Atlético Madrid, rival sekota Real Madrid. Pertandingan ini akan menjadi ujian berat bagi Rahman dan timnya. Atlético Madrid dikenal memiliki pertahanan yang solid dan serangan yang mematikan.

Menjelang pertandingan, Rahman merasa gugup sekaligus bersemangat. Ia ingin membuktikan bahwa penampilan gemilangnya melawan Real Madrid bukan kebetulan. Ia ingin menunjukkan bahwa ia adalah pemain yang konsisten dan dapat diandalkan.

Setelah sesi latihan terakhir, Rahman memasuki ruang ganti. Ia melihat papan taktik yang terpampang di dinding. Matanya tertuju pada nama-nama pemain yang akan menjadi starting lineup.

Jantungnya berdebar kencang saat melihat namanya tertulis di posisi penyerang kanan. Ia tidak lagi menjadi pemain cadangan, ia akan menjadi starter!

"Rahman!" Señor Miguel memanggilnya. "Siap untuk pertandingan besok?"

Rahman mengangguk mantap. "Siap, Señor!"

Señor Miguel tersenyum. Ia melihat api semangat di mata Rahman. Ia yakin bahwa Rahman akan memberikan yang terbaik untuk tim.

"Bermainlah dengan hati, Rahman," Señor Miguel menepuk pundak Rahman. "Tunjukkan kepada dunia bahwa kau adalah pemain hebat."

Rahman mengangguk, tekadnya semakin membara. Ia akan bermain dengan sepenuh hati, ia akan menunjukkan kepada dunia bahwa ia adalah Mimpi dari Timur yang siap menaklukkan Eropa.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Midori Mikushii

Midori Mikushii

makasih buat chapternya thor

2024-06-07

2

Astra Jingga

Astra Jingga

baru nemu Genre olahraga ane Thor
semangat Update Thor

2024-06-03

3

Buana Lukman

Buana Lukman

bagus up

2024-05-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!