SeMbiLan

Hanya ada keheningan di antara mereka berdua. Padahal tadi keduanya baru saja mengobrol.

Di suasana seperti ini, Winter bingung harus bagaimana? Mengajaknya bicara duluan. Tapi topik apa? Daripada binggung, dia mengeluarkan ponsel pintarnya menonton Balapan Motor yang di siarkankan secara langsung.

Sementara, Lia yang duduk di sebelahnya sedang memandang jendela Mobil . Dia tak melihat pemandangan, ada yang mengganjal di hatinya serta di pikirannya.

Lia memang senang mendengar penuturan dari bibir Winter tadi, gadis itu tak menyukai Taeyong sama sekali.

Tapi saat Winter menggatakan jika dirinya di suruh Jisung mengantarnya pulang. Hatinya merasa sedikit perih. Padahal, dia biasanya bersikap biasa saat Taeyong mengacuhkannya dan lebih memilih mendekati Winter.

"Yuna Eoni menang lagi! Nanti aku bisa minta traktiran padanya!" Winter bersorak senang, tingkahnya sekarang seperti sedang menyaksikan pertandingan Olimpiade saja.

Lia menatap Winter, di miringkan sedikit kepalanya. Berkat teriakan heboh gadis itu, segala hal hal di pikirannya tadi sirna. "Kau kenapa?" Tanyanya penuh kebingungan.

Winter yang di tatap seperti itu, berusaha bersikap setenang mungkin. Dia menjelaskan pada Lia, kalau kenalannya memenangkan sesuatu.

Lia tak paham maksud dari Gadis itu.

"Percuma kalau aku menjelaskannya kau tak akan mengerti". Ponsel Winter bergetar hebat ada pangilan masuk dia mengangkatnya. Dia menjawab si penelpon dengan nada santai.

"Jisung" Gumam Lia pelan, ada kegembiraan di hatinya saat mengetahui kalau pemuda bermarga Han itu mengkhawatirkan nya. Tapi ada pertanyaan di hatinya, "Apa mereka memiliki hubungan khusus?" Ucapnya di dalam hati.

Yang di ketahui selama ini, kemana mana Jisung dan Winter selalu bersama.

"Berhenti di sini!" Mobil Winter pun berhenti di sebuah rumah megah. Lia turun dari Mobil, setelah turun dia membungkukan badan sebagai tanda terima kasih.

Di langkah kakinya menuju rumah megah tersebut, tapi saat sampai di depan pagar. Lia tak masuk, dia melihat keadaan sekitar.

Saat keadaan sepi, barulah Lia melangkah pergi dari rumah megah tersebut. Tepat di pingir rumah itu, ada sebuah Gang. Dia berjalan ke arah Gang tersebut.

Dia berjalan lurus hinga perempatan jalan, di perempatan ada 2 jalan mecabang. Di berbelok ke arah kiri, terus melangkah hinga tiba di sebuah gosihwon besar.

MIDZY GOSHIWON

Lia membuka pintu masuknya, masuk ke dalamnya.

"Kau baru pulang, Lia hagsaeng? Pasti kau habis bersenang bersama teman temanmu" Lia membungkuk sopan kepada Bibi Kang si pemilik goshiwon. Bibi Kang lalu menyuruhnya untuk makan di dapur terlebih dahulu sebelum tidur di kamarnya.

Dengan senyuman tipis, Lia menganguk kan kepala sebagai jawaban iya.

"Baiklah, kalau begitu Lia hagsaeng, aku pergi beristrahat dulu" Lia membungkukan badanya kembali, lalu Bibi Kang berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Sepeninggal perginya Bibi Kang, dia menuju ke arah Dapur. Di sana ada sup ayam, kimchi, gorengan dan nasi.

Sesudah makan, ia pergi ke kamarnya mengambil handuk dan pakian. Dia harus membersihkan diri terlebih dahulu sebelum tidur.

Hah

Hembusan nafas kasar keluar dari bibir indahnya, sekarang dia telah berada di kamarnya yang sempit. Di sana hanya ada kasur kecil dan lemari meja belajar saja. Inilah kehidupan nya yang sebenarnya.

Selama ini, Lia berpura pura bersikap arogant di Universitas hanya karena tak ingin ketahuan kalau dia kuliah mengunakan beasiswa. Dia takut di bully oleh teman temanya.

Giselle yang di anggap sahabat baik olehnya saja, tak tahu kehidupan nya ini. Yang di ketahui oleh Giselle dan teman temanya kampusnya kalau dirinya tinggal bersama bibinya yang galak sedangkan orang tuanya tingal di luar negeri.

Bicara tentang gadis itu, Lia begitu mencemaskan keadaanya. Dia mengambil ponsel pintar nya, lalu menekan nomor telepon nya. "Giselle, bagaimana keadaan mu? Aku begitu mengkhawatirkan mu. Maafkan aku tak bisa menemanimu" ucapnya dengan nada cemas.

Di ujung telepon, Giselle menjawab dengan seadaanya agar gadis yang menelpon tidak usah khawatir akan dirinya.

Lia lega mendengar keadaan Giselle yang telah membaik, pangilan telepon pun terputus. Dia menyadarkan tubuhnya di tepi kasur. "Jas itu? Aku lupa mengembalikan nya pada dia" ucapnya di dalam hati saat memandang jas milik Jisung yang tergantung di pintu lemari nya.

Sesaat kemudian, Lia menyadari kebodohan nya. Seharusnya saat menelpon Giselle tadi, dia bukan hanya menanyakan tentang keadaan gadis itu saja. Harusnya dia juga bertanya, Apakah pemuda bermarga Han itu berada di sana menjaga sahabatnya ? Memikiran dia membuat perasaan di hati nya tak karuan.

Pagi hari telah tiba...

Hari ini, Lia tak ke kampus karena malas tak ada yang menemani nya. Buat apa senang senang di festival kalau sendirian. Dia memutuskan untuk berkerja di laundry pemilik goshiwon .

"Kau sangat rajin sekali, Lia hagsaeng" Bibi Kang memuji perkerjaan gadis itu yang begitu cekatan melipat baju.

Ini perkerjaan yang sudah biasa dia lakukan, berkat pekerjaan ini juga uang saku nya sedikit bertambah.

Tring

Sebuah pesan masuk, dia langsung melihat ponselnya ternyata pesan mengenai tema Festival terakhir. Tema Festival terakhir adalah menerbangkan lampion permohonan. Tapi, mereka wajib mengunakan pakian hanbok.

"Bibi Kang, Bolehkah aku meminjam pakian hanbok ini ?" Lia yang kebetulan melihat satu set pakian hanbok yang tergantung indah di sana.

Bibi Kang, tak langsung menjawab karena pakian itu milik salah satu pelangan , akan di ambil sekarang juga.

"Permisi" ucap seseorang gadis yang baru saja masuk ke dalam tempat laundry, membuat suasana hening hilang begitu saja.

"Yuna hagsaeng, Kau pasti ke sini untuk mengambil pakianmu" Bibi Kang sangat mengenal gadis tersebut yang merupakan pelangan tetap di sini.

Gadis bernama Yuna itu tersenyum menangapi ucapan Bibi Kang, dia lalu duduk di salah satu kursi yang berada di sana. Dia sedikit melirik ke arah Lia karena pakian yang di gunakan oleh gadis itu tak asing di matanya.

"Permisi, Nona. Boleh ku tahu kau mendapat pakian itu dari mana?" Yuna bertanya sambil menujuk pakian yang di kenakan oleh Lia.

Lia mengerti maksud dari Yuna, sekarang di mengunakan pakian pemberian Jisung tempo lalu. Dia menjawab kalau mendapatkan pakian ini dari teman nya gara gara sebuah insiden kecil.

Di dalam hati, Yuna tertawa. "Awas saja dia, kalau bertemu" gumamnya pelan.

"Yuna hagsaeng, ini pakian mu" Bibi kang memberikan satu kantong plastik penuh pakian kepada Yuna.

Yuna membungkuk sebagai ucapan terima kasih.

"Tunggu dulu!" Lia berlari, lalu mencegat Yuna yang ingin keluar dari tempat laundry.

Yuna melirik kebingungan, "Ada keperluan Apa?" Tanya nya.

"Boleh ku pinjam hanbok mu? Sehari saja!" Yuna berpikir keras akan permintaan dari Lia.

Terpopuler

Comments

🟡。゚ᴵᴰᴺ𝄟≛⃝λɴλᴬˡⁱⁿᵃ👣◦༢࿔ྀુ✅

🟡。゚ᴵᴰᴺ𝄟≛⃝λɴλᴬˡⁱⁿᵃ👣◦༢࿔ྀુ✅

Hanbok adalah pakaian adat korea, jdi gak prlu mnggunkan kta "pkaian" lgi kk 🤭

2024-06-26

0

Hiatus

Hiatus

za,,

2024-06-26

0

🟡。゚ᴵᴰᴺ𝄟≛⃝λɴλᴬˡⁱⁿᵃ👣◦༢࿔ྀુ✅

🟡。゚ᴵᴰᴺ𝄟≛⃝λɴλᴬˡⁱⁿᵃ👣◦༢࿔ྀુ✅

Menyadarkan? Menyandarkan??

2024-06-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!