"Hallo."
Edgar yang mendapat telepon dari Lucas dan Elzan, segera mengunci pintu kamar nya agar leluasa mengobrol tanpa ada gangguan dari Bibi Anna atau orang lain di rumah itu.
"Edgar, Mommy mengatai Daddy orang yang berperut buncit dan tua sepulang dari kantor JJ company, apa betul begitu fisik Daddy kita?"
Elzan yang kurang percaya dengan penjelasan Lucas tentang Mommy nya yang keliru menilai Shane, to the point ke Edgar yang lebih dipercayainya.
"Mommy dan Daddy sudah bertemu?" Edgar balik bertanya.
"Ya. Di perusahaan Daddy," jawab Lucas tidak yakin juga. "Tapi, sepertinya mereka tidak betul betul bertemu. Kau tau sendiri, fisik Daddy kita tidak seperti yang diceritakan Mommy kepada kami."
"Edgar, jawab aku dulu." Elzan merengek karena diabaikan.
"Ish, kau ini. Tentu saja Daddy sangat tampan seperti kita semua."
Elzan sudah puas mendengar itu dari Edgar. Ia baru bisa bernafas lega.
"Aku juga kakak mu, kenapa kau meragukan pernyataan ku tentang Daddy?" Lucas mendumel memprotes Elzan.
Adiknya itu malah cengengesan bodoh. "Ya, maaf."
"Edgar, bagaimana kalau kita diam-diam mempertemukan Daddy dan Mommy?" Ide Lucas tiba-tiba.
"Waaah, itu ide yang bagus. Aku juga ingin melihat Daddy secara langsung." Elzan bertepuk ria saking tidak sabaran nya.
"Oke, mari membuat rencana!" setuju Edgar.
***
"Mommy, ayo kita jalan-jalan ke mall. Aku bosan." Elzan merengek ke Nabella yang sibuk mencari lowongan pekerjaan di internet.
"Iya, Mom. Kami mau jalan-jalan bersama Mommy." Lucas menimpali dengan wajah memohon.
Tentu saja, Nabella yang penyayang, tidak kuasa menolak permintaan sang anak. Selagi tidak merugikan dan punya waktu bersama, Nabella tidak akan menolak.
"Oke, hari ini kita pergi keluar. Bersiap-siaplah sekarang."
"Yess..."
"Horeee..."
Si kembar berjingkrak-jingkrak bahagia yang menciptakan senyuman di bibir Nabella.
***
"Bibi Anna! Bibi Anna!"
Edgar berteriak teriak sembari menuruni anak tangga, mencari-cari kepala pelayan tersebut. Ia baru mendapat kabar dari Lucas dan Elzan kalau kedua saudaranya telah berhasil membujuk Nabella.
"Iya, Tuan kecil. Aduh, jangan lari-larian." Bibi Anna ngeri melihat pergerakan liar Edgar. Takut bocah itu terpeleset berujung guling-guling di anak tangga.
"Bibi Anna, ayo ke kantor Daddy."
"Hah?" Anna sedikit terkejut mendengarnya karena biasanya Lucas tidak pernah berani meminta demikian. Apalagi ini akan mengganggu aktivitas Shane yang gila bekerja.
"Ayolah, Bibi. Aku mau meminta maaf soal perbuatan ku semalam yang tidak mau menuruti Daddy," bujuk Edgar beralasan. Demi mempertemukan sang Mommy dan Daddy nya, ia rela melupakan perasaan ngambeknya ke Shane.
"Kalau Bibi tidak mau, aku akan mogok makan berhari-hari."
Bocah ini malah mengancam dengan air muka yang sangat serius.
"Jangan dong, Tuan kecil. Tunggu sebentar ya, Bibi bertanya lebih dahulu ke Daddy mu." Anna tidak mau lancang begitu saja. Ia membutuhkan persetujuan Shane.
Edgar mengangguk semangat.
Di kantor, Shane yang sibuk bekerja mendapatkan telepon dari nomor rumah.
"Hallo, Tuan Shane. Ini Bibi Anna."
"Ada apa, Bi?"
"Daddy..." Ujug-ujug, Edgar merebut lembut gagang telepon dari Anna. "Dad, tentang semalam, aku minta maaf," katanya berbasa-basi manis.
Shane seketika tersenyum tipis mendengar suara sweet anaknya.
"Apa Daddy masih marah padaku?"
"Tidak. Lupakan saja, terpenting kau sudah merenungi dan menyadari kesalahan mu."
Edgar tersenyum. Inilah saatnya ia mengutarakan keinginannya. "Daddy, aku ingin jalan-jalan ke mall. Bisakah Daddy menemaniku?"
"Daddy sangat sibuk." Tanpa pikir panjang, Shane menolak begitu saja.
"Jadi, Daddy tidak bisa?" Kali ini, suara Edgar tidak bersemangat lagi. Shane mendengar ada suara kekecewaan mendalam di sana.
Seketika, Shane tersadar telah melukai hati kecil anak nya. Dadanya berdenyut ngilu karena paham betul rasanya diabaikan oleh orang tua sewaktu kecil. Tidak, ia tidak boleh menciptakan sisi gelapnya di perangai Lucas.
"Bibi Anna, Daddy menolakku," adunya bersedih. Shane tentu saja mendengar nya.
"Hallo, Lucas."
"Dia sudah menjauh, Tuan Shane. Sangat terlihat kecewa." Anna yang menjawab.
"Bilang padanya, aku akan menjemput nya."
Bibi Anna turut suka mendengar nya. "Tentu, Tuan."
Panggilan mati seketika.
"Tuan kecil!" Panggil Bibi Anna.
Edgar terlalu malas menoleh karena kecewa dengan kegagalannya membujuk Shane.
"Tuan, kata Daddy mu, dia akan pulang menjemput mu."
Seketika, Edgar berbalik cepat. "Benarkah?"
Bibi Anna mengangguk sembari tersenyum mantap.
"Yes!" sorak Edgar. Ia buru-buru berlari naik ke lantai dua. Masuk ke kamar lalu mengirim pesan ke Elzan.
"Beri aku lokasi kalian yang akurat."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Ana
next kakak semakin seru dan penasaran 😁ga sabar jika akhirnya mereka bertemu
2024-05-14
0