"Loh, Elzan. Edgar di mana?"
Keluar dari toilet, Nabella hanya melihat satu anaknya.
"Beli lolipop, Mom. Tapi tidak balik-balik."
Sembari berkata, Elzan menunjuk ke salah satu gerai di sana.
Takut anak nya nyasar di tempat asing kota besar ini, Nabella beranjak menarik kopernya dan koper kecil milik Edgar. Elzan pun mengintil.
"Tidak ada, Zan. Di mana kakakmu?"
Mana Elzan tau.
"Tadi kemari, Mom," jawab nya sembari mengedarkan pandangan di dekat gerai tersebut.
Tidak ada Edgar di mana-mana membuat Nabella panik mencari cari.
Bugh...
Sekonyong-konyongnya, Lucas yang berkeliaran tanpa arah, tidak sengaja tersandung di koper Nabella yang ditaruhnya asal asalan.
"Aww..." Bocah itu meringis yang terduduk di lantai.
"Kau tidak apa-apa __ Edgar? Ah, kau membuat Mommy cemas, Nak."
Lucas yang berada di pelukan Nabella, tertegun dengan bibir bergumam lirih, "Mommy?"
Apakah wanita yang memeluk nya cemas ini salah orang?
"Mommy mencari mu. Jangan lagi lagi pergi seorang diri." Nabella mencium lega kedua pipi Lucas yang membuat anak itu kehilangan kata-katanya. Meskipun punya Mommy Zoya di rumah, ibunya itu tidak pernah berperilaku baik. Selalu menyiksanya tanpa sepengetahuan Daddy nya. Mendapat perhatian itu tentunya membuat Lucas terharu dan nyaman berada di dekat wanita yang sedari tadi mengatakan 'Mommy.'
"Edgar, mana lolipop ku?" Elzan menyadarkan lamunan Lucas yang mengagumi naluri keibuan Nabella.
"Lolipop?" cicit nya tidak paham. Sejurus menyadari wajah Elzan yang cukup mirip dengannya.
"Sudah, kalau kalian mau beli, Mommy belikan. Let's go."
Tanpa curiga, Nabella berjalan duluan.
"Edgar, ayo ikuti Mommy. Jangan lupa bawa sendiri koper mu." Elzan sedikit curiga melihat keanehan Edgar.
"I-iya, ayo." Buru buru Lucas menarik koper berwarna hitam itu. Ia cemas, bodyguard tadi menemukan nya begitu cepat.
"Ish, koper mu yang putih. Kenapa kau terlihat aneh? Dan bajumu, sejak kapan kau mengganti nya? Kita itu kembar, dari baju pun selalu sama setiap hari."
Kembar?
Pantes saja ia sedikit mirip dengan bocah yang berjalan di sampingnya.
Tapi, kenapa ia punya kembaran tanpa sepengetahuan dan tanpa ada pemberitahuan dari orang tuanya?
Tunggu dulu, mengingat perilaku Mommy Zoya nya yang jahat, bisa saja memungkinkan perempuan itu bukan Mommy nya. Iya, asumsi yang masuk akal. Mommy nya pasti wanita lembut yang saat ini sedang membayar lolipop.
Lucas jadi tidak ragu lagi ikut dengan wanita dan anak lelaki yang mengaku kembarannya karena penasaran dengan apa yang dihadapi nya sekarang.
"Edgar, kenapa kau selalu bengong. Biasanya, kepala mu harus dipukul baru sadar."
Benar saja, Elzan main memukul pelan kepala Lucas.
"Sakit tau."
"Ssstt, jangan ribut, Sayang. Ini permen kalian. Ambil dan bersikap manis lah di tengah tengah kerumunan."
"Terimakasih, Mo-mommy." Mata Lucas berkaca kaca haru. Untuk pertama kalinya, ia jajan lolipop yang biasanya dilarang oleh Zoya.
"Kenapa kau terlihat canggung? Makanlah apapun yang kau ingin makan selagi masih aman dan tidak over."
Jangan sampai dicurigai kalau aku bukan Edgar, batin Lucas yang ingin melihat keadaan ke depannya, demi memuaskan rasa kebingungannya tentang Elzan yang mengaku kembarannya dan Mommy cantik ini mengakui anak nya. Toh, mereka terlihat bukan orang jahat.
***
Di sisi stasiun dengan waktu yang sama.
"Kalian dari mana? Membuatku cemas saja." Liam bernafas lega melihat kedatangan tiga bodyguard membawa Edgar yang dikiranya Lucas. Jantung Asisten itu sudah berdetak prustasi saat menyadari Lucas dan tiga pengawalnya tidak menunggu di tempat yang sudah di titahnya.
Tiga bodyguard itu tidak bisa menjawab karena takut diamuk oleh Shane kalau mengetahui Lucas sempat menghilang.
Sementara Edgar begitu serius mendongak ke arah Liam dan Shane bergantian. Menebak-nebak yang manakah orang yang harus di sebut Daddy?
"Ah, rupanya Tuan kecil habis jajan lolipop?" Liam melirik makanan manis berjumlah tiga itu di tangan Edgar.
Tuan kecil yang tercuat dari mulut Liam membuat Edgar paham kalau yang harus disebut Daddy adalah pria pendiam yang memiliki aura dingin di depannya.
Benarkah dia Daddy-nya? Ganteng sih.
"Paman, aku bukan anakmu," tembak Edgar jujur seraya menatap lekat Shane yang datar-datar saja.
Eits, bicara apa bocah ini?
Liam dan bodyguard itu sampai melongo seraya kompak melirik takut takut ke arah Shane. Khawatir Shane marah di tempat umum. Liam juga tidak menyadari perubahan baju Edgar yang berbeda dengan Lucas sebelum nya.
Tanpa mengeluarkan satu kata pun, Shane meraup bocah itu naik ke gendongannya. Ia berpikir kalau Lucas kesal padanya karena tidak membawa oleh-oleh dari luar kota.
"Daddy tidak tahu kalau kau ikut menjemput. Jangan marah hanya karena tidak ada oleh-oleh. Kita akan mampir di toko mainan. Jadi jangan ngambek lagi sampai tega merubah panggilan mu ke Daddy."
Shane merasa kesal dalam hati hanya karena kata 'Paman' yang tercuat dari Edgar. Namun, dalam langkah nya menuju mobil, Shane dibuat terkesiap dengan sikap Edgar yang tiba-tiba membelai lembut pipinya. Setelah nya, anaknya ini melingkarkan tangan mungil ke lehernya dengan manja.
Secara alami, Edgar merasakan ada ikatan batin dengan pria yang mungkin benar Daddynya setelah bersentuhan kulit. Nyaman rasanya punya Daddy. Meskipun ada Agam yang selalu memberikan kasih sayang seorang Daddy angkat sebelum nya, tapi rasa nya berbeda saja saat bersama Shane.
"Daddy, kau sangat tampan."
Cup...
Shane sampai berhenti melangkah mendapat kecupan yang baru kali ini di lakukan oleh anaknya.
"Pantas aku juga banyak yang mengatakan tampan. Daddy ku saja seperti dewa."
Shane mengerutkan keningnya bingung, tumben sekali anaknya yang biasanya pendiam sekarang banyak bicara, narsis dan pintar menggombal. Tapi, Shane tidak ada kecurigaan sedikit pun kalau anak yang masih digendong nya ini bukanlah Lucas karena memang wajahnya yang kembar.
"Mommy?" batin Edgar riang melihat Nabella. Namun, ia tidak jadi berbuat apa-apa saat melihat anak lain yang mirip dengan nya berjalan bersama Elzan di sana.
Dari kejauhan pun, Lucas kebetulan melempar pandangan ke arah nya.
Benar-benar mirip, batin mereka kompak dalam diamnya.
Bertukar tempat tidak ada salahnya demi mendalami ketidaktahuan mereka. Begitu lah pikiran mereka tanpa ada janji lebih dahulu.
"Ayo naik. Hati-hati kepala mu, Edgar."
"Iya, Mom." Lucas secepatnya naik ke taksi dan mengabaikan rasa penasarannya ke Edgar yang saat ini bersama Daddy nya. Ia buru buru naik ke taksi.
Melihat itu, Edgar yang cerdas bisa membaca situasi bahwasanya, anak yang sering dipanggil Tuan kecil setuju dengan pertukaran mereka.
"Di sana ada apa? Kenapa kau melirik terus ke sana," tanya Shane.
"Tidak ada apa apa, Dad." Edgar menahan kepala Shane yang hendak menoleh ke arah taksi yang ditumpangi keluarganya.
Bahaya kalau Shane melihat Lucas karena ia ingin memecahkan teka-teki itu sendiri terlebih dahulu.
"Mom, lihat tangan ku, kenapa bisa merah?"
Di dalam taksi yang sudah berjalan, pun Lucas mengambil perhatian Nabella dan Elzan karena mobil yang mereka tumpangi akan melewati gerombolan Shane.
"Ya ampun, Nak. Sejak kapan kulit mu ada luka? Ini seperti bekas api."
Memang, lebih tepatnya perbuatan Zoya yang kemarin sengaja menaruh ujung rokok yang menyala ke telapak tangannya. Tanpa ia ketahui, apa sebenarnya salah nya? Kenapa kerap mendapat kekesalan tak berdasar dari Zoya?
Edgar, maaf. Aku ingin tenang dari siksaan Mommy Zoya. Semoga kau tidak mendapat perlakuan buruk seperti ku, batin Lucas yang sebenarnya merasa bersalah juga sudah menggantikan Edgar mendapat kelembutan Nabella. Lagian, pikiran kecilnya pun ingin kabur dari rumah karena merasa tidak disayang di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Ana
semoga edgar lebih kuat dan bisa melawan zoya
2024-05-14
0