Bab 3

Braak...

Braak...

"Tolong, kepala saya pusing!

Nabella yang terkurung di sebuah ruangan yang entah di mana ini, menggeprak geprak pintu. Biasanya, pria yang berpipi bekas sayatan akan datang jika ia butuh pertolongan. Jujur, meskipun dikurung seperti binatang yang sudah satu bulan lebih lamanya, pelakunya itu selalu memberikannya fasilitas makanan yang bergizi dan kenyamanan ruangan yang bersih. Namun tetap saja, Nabella butuh kebebasan.

Ceklek...

"Ada apa?!"

Karena wajah pria yang bernama Hen itu selalu sangar disertai suaranya yang dingin parah, Nabella selalu dibuat ngeri.

"Kepala saya__"

Belum selesai ucapannya, Nabella sudah pingsan karena memang tidak kuat menahannya.

"Sial. Nona Zoya bisa marah kalau dia kenapa kenapa."

Hen bergumam resah sembari menghubungi Nona nya.

"Halo, Nona. Wanita itu pingsan. Apa kah saya harus membawanya ke rumah sakit?"

"Bodoh. Itu sama saja masalah untuk kita kalau dia di bawah ke publik. Tunggu saya di sana, saya akan datang."

***

Satu jam lebih, Nona nya ini baru sampai bersama wanita tua yang entah siapa.

"Nona, dia sudah siuman. Tapi, barusan muntah muntah hebat. Makan pun, ia selalu menolak nya."

Mendengar itu, Zoya menyeringai. Muntah? Mungkin kah rencananya satu bulan lebih lalu telah berbuah manis?

"Coba periksa dia di dalam. Ingat, untuk jangan memberikan dia informasi apapun yang ditanyakannya."

"Baik, Nona Zoya." Wanita paruh baya yang merupakan pensiunan suster, masuk membawa peralatan kesehatan nya.

Melihat wajah baru yang masuk di ruangan ini, Nabella memiliki harapan sedikit.

"Saya akan memeriksa mu. Katanya, kepala mu pusing dan muntah muntah?"

Nabella mengangguk. "Dari dua hari kemarin. Tapi hari ini paling tidak tertahankan. Apa kau seorang Dokter?"

Wanita itu tidak menjawab. Lebih sibuk mengeluarkan peralatan medisnya. Lanjut melakukan pemeriksaan menggunakan stetoskop.

"Saya dikurung oleh pria berwajah mengerikan itu. Tolong bantu saya kabur. Lihatlah, di ruangan ini tidak ada celah sedikitpun kecuali pintu baja di sana. Mau kah kau menolong ku, Nyonya?"

"Nyonya, kalau boleh tau, kita di daerah mana?"

Tidak direspon lagi. Wanita asing ini malah sibuk meraba perut dan terkadang menekan tepat di atas permukaan peranakannya.

"Coba tes urine. Tampung sedikit di wadah kecil ini."

Meskipun bingung, Nabella tetap menurut demi mengetahui sebab penyakit nya yang tiga hari ini sering pusing dan mual.

Tidak butuh waktu lama, Nabella sudah keluar dari kamar mandi, membawa barang yang diinginkan oleh wanita berumur ini.

Dalam diamnya, Nabella memperhatikan si wanita tua mencelupkan ujung alat.

"Garis merah dua. Pertanda kau dalam keadaan mengandung. Selamat untuk itu."

Deg...

Jantung Nabella berdetak kaget dengan perasaan yang hancur lebur. Tulang tulangnya melemas dan berakhir terduduk di ujung kasur.

Hamil? Sama siapa? Apakah orang berwajah sangar yang mengurung nya itu pelakunya? Tapi, kapan melakukan nya? Waktu malam pelelangan itu yang sempat dipukul tengkuknya sampai ia tak sadarkan diri? Berbagai pertanyaan muncul di benak Nabella yang membuat nya kembali pusing. Ia benar benar tidak tahu siapa pelaku dan kapan kejadiannya?

Tunggu dulu, Nabella baru ingat pada pagi hari itu. Di mana ia bangun bangun hanya dililit oleh selimut yang tebal tanpa ada busana lainnya.

"Aaarghhh... Hiks ... Hiks..."

Wanita tua itu tidak peduli dengan teriakan dan tangisan pilu Nabella. Dia keluar membawa barang-barangnya.

"Nona Zoya, dia hamil," lapor nya sembari memperlihatkan benda kecil bergaris dua merah di tangannya.

Sembari meraih nya, Zoya menyeringai lebar. "Ini yang saya mau."

"Nona, dia sedang histeris di dalam. Demi keselamatan janinnya, dia tidak boleh stres," papar mantan suster itu.

"Bagaimanapun caranya, kalian berdua yang bertanggung jawab. Ini ada kartu berisi 500 juta. Sisanya akan saya transfer kalau bayinya sudah selamat ke gendongan saya."

Karena mata duitan, wanita tua serakah itu meraih nya cepat. "Serahkan pada saya, Nona. Kandungan nya akan saya pantau dengan baik selama dua puluh empat jam."

***

Sembilan bulan lebih kemudian.

Nabella saat ini tengah proses persalinan di dalam ruangan sama yang merampas kebebasannya. Hanya dibantu oleh wanita tua mantan perawat tersebut dengan peralatan kesehatan yang tidak memadai.

Jeritan Nabella yang saat ini berusaha melahirkan anaknya, menggema di seluruh ruangan yang kedap suara tersebut.

"Ayo, kepalanya sudah terlihat. Terus mengejang lebih kuat. Ya, terus! lagi ... lagi...!"

Oeee ... Oeee...

Akhirnya keluar juga bayi nya.

"Auh, sakit."

"Astaga, masih ada kepala bayi lain. Ayo, kembali mengikuti instruksi."

Lima menit berjibaku dengan penuh darah persalinan, akhirnya bayi kedua keluar selamat dari rahim. Kedua bayi itu menangis pertanda sehat semuanya.

"Nona Zoya, bayi nya kembar. Laki-laki semua nya."

Dari pembaringannya, Nabella melihat sosok wanita asing berpenampilan modis namun wajah nya terhalang oleh tubuh wanita tua tersebut yang saat ini memberikan laporan di ambang pintu yang terbuka lebar.

"Aaarghhh, sakit...!"

Jeritan susulan Nabella membuat si perawat tua kembali memeriksa. "Astaga, ternyata masih ada satu."

Nabella yang sudah menerima kehamilannya, tetap berusaha melahirkan bayi ketiga nya dengan suka rela penuh sakit dan penuh rasa perjuangan antara mati dan hidup nya.

Hingga kembali terdengar suara tangisan bayi ke tiganya.

"Kembar tiga, Nona Zoya."

"Dia manusia apa kucing yang bisa beranak banyak dalam sekali melahirkan? Saya tidak mau tahu, ambil bayi yang paling sehat. Berikan padaku dan dua bayi bersama ibunya, lenyapkan saja."

Wanita tua itu memberikan random bayi lelaki yang merupakan anak kedua Nabella. Masih penuh lendir dan darah karena belum sempat dibersihkan dengan ketiganya hanya diselimuti kain asal asalan.

"Nona, yakin mereka akan dilenyapkan?"

"Tentu saja." Zoya menjawab enteng. Ia sudah tidak butuh Nabella lagi.

"Lenyapkan dengan cara apa, Nona?" Meski serakah, wanita tua itu tidak kuasa membunuh orang.

"Dengan cara apa saja. Asal jangan di tempat ini. Setelah mendapat laporan pekerjaan mu yang terakhir, maka uang satu M yang saya janjikan akan saya transfer. Ingat, kau dan Hen tidak boleh muncul lagi di hadapanku. Kalau semua ini bocor, sumpah demi apapun kau akan saya kejar sampai ke manapun. Paham?"

"Baiklah, Nona."

Dalam setengah kesadarannya setelah berjuang melahirkan, Nabella sempat mendengar percakapan keji itu. Apalah daya, sewaktu tenaganya normal pun, ia tidak bisa kabur dari Hen, apalagi saat ini yang sedang di titik terendahnya.

***

"Hen, kita buang saja ke sungai, bagaimana?"

"Ish, kau mencari bibit masalah. Jasadnya akan mengambang yang bisa berujung di temukan orang."

"Lalu? Membakar nya, bagaimana?"

"Ide buruk juga."

"Terus apa dong?"

"Tinggal duduk manis saja. Saya sudah punya cara bagus. Tapi lokasinya bukan di kota melainkan di pedesaan. Kita akan sampai tengah malam atau paling lambat pada waktu dini hari. Aduh, itu bayinya jangan kau biarkan menangis. Kita bisa saja diberhentikan oleh petugas lalu lintas atau pengguna jalan lainnya."

"Untung saya membawa susu. Bayi-bayi manis, cup ... cup ... jangan nangis dong. Ayo minum susunya."

Terpopuler

Comments

Ana

Ana

miris banget nasib nabella😢

2024-05-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!