"Tuan Shane, satu jam lagi ada jadwal pertemuan bersama Nona Zoya."
Mendengar jadwal berikutnya dari sang asisten, membuat seorang pria berwajah tampan yang saat ini duduk di kursi kebesarannya, berdecak malas. Menutup berkas di hadapannya lalu bersandar ke belakang dengan tangan melonggarkan dasi.
"Di mana?"
Ditatap dingin seperti itu membuat Liam James- sang asisten, menunduk ngeri seketika. Aura sang Tuan muda pertama dari keluarga besar Jeff ini bisa menggetarkan lawan hanya dengan tatapan saja.
"Luxuria, Tuan."
Kenapa harus di villa?
Shane Jeff sangat malas berbasa-basi dengan Zoya William. Meskipun tunangan nya sendiri, tapi hubungan mereka terlalu dingin karena memang bukan berdasarkan cinta melainkan perjodohan antara dua belah pihak keluarga.
Drrtt...
Tiba-tiba, handphone Shane bergetar. Di sana, ada nama Oma Emma yang tertera.
"Halo."
"Ini Omamu, Shane. Bisa tidak berbicara jangan dingin begitu?"
Sudah dari setelan pabriknya, harus bagaimana lagi? Shane memang terlalu kaku pada siapapun.
"Eum."
"Astaga. Sudahlah. Oma cuma mau sampaikan pesanan Zoya, kalau dia menunggu mu di Luxuria. Jangan lupa datang. Kau ini selalu sibuk bekerja."
Licik juga Zoya yang sengaja memperalat Omanya, wanita yang selalu dituruti dan di segani oleh Shane.
Padahal, Shane tidak ada niat untuk datang.
"Shane Jeff, dengar kata Oma mu?"
"Dengar."
Tut...
Shane melepas total dasinya setelah mematikan telepon secara sepihak.
"Saya akan menyuruh supir bersiap-siap, Tuan."
Tidak mendapat jawaban dari sang Boss, Liam segera cabut dari ruangan CEO itu.
***
"Sayang, akhirnya kau datang juga."
Shane langsung disambut oleh Zoya yang berpenampilan aneh menurut nya.
Padahal, Zoya sangat cantik nan seksi. Namun karena memakai topeng penutup mata itulah yang membuat Shane tidak tahan untuk tidak bertanya, "Kenapa kau memakai topeng? Apa ada pesta badut di sini?"
Bibir Zoya yang bergincu merah menggoda, tersenyum kecut seraya menggeleng. "Hanya pesta kecil-kecilan untuk kita berdua. Topeng ini hanya pemanis saja. Ayo, masuklah."
Zoya yang ingin meraih manja lengan Shane, terhenti ketika pria yang susah dijangkau hatinya itu melangkah lebih dahulu.
Rahang Zoya sempat mengeras kesal dengan perilaku dingin pria yang menjadi obsesi nya sejak masa kuliah itu. Tapi, ia masih terus bersabar demi tujuan kemenangan nya.
"Silakan duduk, Sayang. Ku harap, kau menyukainya."
Seharusnya begitu. Lampu utama sengaja Zoya matikan dengan gantinya adalah lilin lilin bertebaran di sekeliling penjuru ruangan yang disulap hanya ada meja dan dua kursi, suasana yang sangat romantis. Namun, menurut mimik datar Shane, itu hanya suasana konyol yang membosankan.
"Kau terlalu repot dan membuang buang waktu berharga ku hanya karena makan malam."
Malah di cibir. Dasar pria tak berperasaan. Sabar, Zoya.
"Aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Ingat, kita adalah sepasang tunangan dari tujuh bulan yang lalu."
Zoya harap, Shane ingat umur pertunangan mereka. Mana tau Shane sadar dan berniat segera naik ke pelaminan lebih cepat.
"Lebih tepatnya, tunangan secara paksa. Ingat juga, kita cuma dijodohkan. Dan saya paling tidak bisa menerima apapun yang menurut saya dipaksakan."
Zoya menghela nafas. Ia tidak boleh terpancing emosi dan berujung cekcok dengan Shane agar rencananya malam ini tidak gagal.
"Maaf. Aku juga korban keluarga kita," cicit Zoya mendramatisir keadaan. "Sudahlah, ayo makan. Please, jam dua belas malam ini memasuki ulang tahun ku, jadi sekali saja berpesta sebentar dengan ku. Mau kan?"
Zoya memohon sembari menyodorkan sebuah gelas berisi wine khusus racikan spesial yang menjadi pintu awal rencananya.
"Ayolah, Shane. Setidaknya, kau mau menghargaiku sebagai teman masa kecil."
Dengan pergerakan malas, Shane meraih gelas tersebut. Meminumnya agar kelar perkara.
Diam-diam sesaat, Zoya menyeringai melihat nya. Masuk perangkap kau, Shane, batinnya jumawa.
"Oupps, tumpah. Baju ku sedikit basah, aku akan menggantinya sebentar."
Shane tidak terlalu mencerna perkataan Zoya karena tubuh nya merasa beraksi tidak normal dalam hitungan beberapa menit saja.
Sial, kenapa tubuhnya mendadak panas?
"Shiiit." Adiknya di bawah sana merasa butuh pelampiasan.
Shane butuh air untuk merendam tubuhnya. Meninggalkan meja, masuk ke kamar yang paling dekat dalam jangkauannya. Ia mencoba melawan gejolak panas dari sisi tubuhnya.
Double sial, mandi di bawah shower serta menenggelamkan tubuh polosnya ke dalam buthup pun masih tidak berefek.
Percuma saja!
Hei, kenapa saat keluar dari kamar mandi, lampu kamar ini sudah menjadi setengah gelap. Di balik cahaya lampu tidur, Shane melihat sosok wanita yang terbaring dengan topeng persis yang dipakai oleh Zoya tadi yang sebelumnya kamar ini kosong.
Shane menjambak rambutnya prustasi. Otak jernihnya mengatakan pergi dari jebakan Zoya, namun tubuhnya berkata lain yang meminta pelampiasan. Sungguh, dia bisa gila karena bergulat batin sendiri. Dan ujung-ujungnya, kakinya mengantarkan pada sisi ranjang. Pikiran jernih nya kalah telak.
Di luar kamar, Zoya yang mendengar suara kasur berderit, mengepalkan kuat telapak tangannya dengan rahang mengeras pertanda dalam mode menahan nahan emosinya.
Andai satu tahun yang lalu ia tidak pernah aborsi anak lelaki bangsat kenalannya yang berakibat fatal pada rahimnya yang harus terpaksa diangkat, maka pasti ia sendirilah yang akan menghabiskan malam indah dengan Shane tanpa memakai jasa wanita yang dibelinya di club kemarin malam.
Zoya ingin bayi dari darah daging Shane sendiri, oleh sebab itu harus memanfaatkan rahim Nabella. Semoga, konspirasi besarnya langsung berbuah keberhasilan.
"Nona Zoya..." sapa sopir Shane yang setia menunggu di luar.
"Shane menyuruhmu untuk pergi, katanya akan menginap bersamaku di sini."
Agar semua berjalan lancar, Zoya harus mengusir siapa pun orang yang di sekitaran villa.
"Benar kah, Nona?"
"Kau meragukanku? Ini adalah perintah Shane sendiri."
"Maaf, Nona. Saya akan pergi jika memang begitu. Permisi."
Dua jam menunggu di tengah redupnya cahaya lampu di ruang utama villa, akhirnya Zoya mematikan rokoknya. Bangkit dari sofa mendekati kamar yang ditempati Shane.
Sudah tidak ada suara ranjang berderit dan suara laknat Shane yang sempat membuat hati Zoya panas kebakaran.
"Halo, Hen. Masuk segera."
Tidak butuh waktu lama, pekerja setianya sudah berada di depan Zoya.
"Coba buka."
Pria yang memiliki bekas sayatan di pipi kirinya itu, segera menuruti perintah Nona nya.
"Tuan Shane sudah terlelap, Nona," lapornya setelah mengintip ke dalam.
"Bawa kembali wanita jalan* itu ke gudang terbengkalai sebelumnya. Kurung terus sampai ada perintah selanjutnya dari ku. Ah, jaga dia baik baik terutama rahim nya."
"Laksanakan, Nona."
Awas saja kalau gadis yang dibelinya mahal dan sudah berhasil tidur dengan pujaan hati nya yang tak pernah dirasakan oleh dirinya, tidak berguna ke depannya, maka Zoya tidak akan memberi ampun nyawa gadis yang ia ketahui namanya adalah Nabella.
***
Merasa dadanya yang polos disentuh seseorang, Shane segera membuka matanya. Membeliak shock mendapati Zoya pelakunya dengan keadaan yang sangat intim.
"Good morning, Sayang." Zoya yang berbaring di sebelahnya, tersenyum manis seraya mendekatkan wajahnya ke bibir Shane.
"Menyingkir!" bentak Shane sembari mengangkat tangannya.
Zoya di dorong sampai terjatuh ke lantai dengan selimut setia ia tarik untuk menutup tubuhnya yang polos. Ia berakting seakan akan dirinyalah yang menghabiskan malam penuh gelora dengan Shane.
"Ck, semalam kau terlalu bersemangat menikmati tubuh ku sampai mahkota kesucian ku kau renggut. Sekarang? Lihatlah, kembali bersikap dingin bahkan sangat kasar."
Sekilas, Shane melirik ke noda merah di seprai itu.
Sial, Zoya ternyata memang masih suci sebelum dirinya berhasil mengambil nya semalam.
Tapi...
"Ini kesalahan mu sendiri, Zoya. Berhenti bersikap seolah olah kau adalah korban. Padahal kita berdua tau, kalau kau yang telah memperdayaiku. Aku muak melihat mu. Enyalah dari hadapan ku. Dasar licik!"
Shane yang sudah marah besar, melepaskan cincin tunangan dari jari nya lalu melemparkannya ke arah Zoya yang masih terduduk di lantai.
Zoya bisa merasakan aura pembunuh Shane yang mengerikan. Wajah tirus nya yang cantik, mendadak pucat. Zoya kehilangan kata-katanya.
"Sekali lagi kau berani muncul di hadapanku, maka kau akan tahu siapa Shane Jeff yang sesungguhnya."
"Ba-bagaimana kalau aku hamil setelah hubungan intim kita semalam?"
Shane langsung kehilangan kata-katanya mendengar kemungkinan besar yang diucapkan oleh Zoya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Ana
kasihan nabella 😢licik banget zoya
2024-05-14
0