Bang Rigo dan Rila duduk berhadapan. Sudah sekitar setengah jam mereka duduk berdua tapi masih tidak ada interaksi apapun di antara mereka.
Akhirnya Bang Rigo membuka percakapan lebih dahulu. "Apa mau diam begini saja tanpa suara?"
"Tidak ada yang ingin pernikahan ini terjadi, Rila juga tidak kenal Abang." Jawab Rila.
"Kau pikir Abang mau menghadapi pernikahan seperti ini?? Pernikahan ini terjadi karena terpaksa."
"Abang kan laki-laki. Kenapa tidak batalkan saja pernikahan kita sejak awal." Gerutu Rila.
"Apa membatalkan pernikahan itu semudah membalikkan telapak tangan??? Ingat orang tua kita..!!" Kata Bang Rigo mengingatkan.
Rila memalingkan wajahnya. Sungguh dirinya begitu malas melihat pria yang duduk di hadapannya itu.
"Kau ikut dengan Abang.. pulang ke rumah dinas." Ajak Bang Rigo.
"Nggak mau. Rila mau kembali ke kost..!!" Tolak Rila tidak mau tau.
"Tak ada yang bisa menyelamatkanmu, sekalipun Abang menyeretmu ke dalam kubangan..!!" Ucap kesal Bang Rigo tidak ingin lagi berdebat dengan Rila.
Rila semakin tidak suka dengan sikap dingin Bang Rigo. Entah bagaimana bisa pria seperti Bang Rigo hidup tenang di tengah masyarakat.
"Kita baru menikah dan Abang sudah merencanakan KDRT. Apa Abang tidak takut kalau Rila laporkan Abang ke pihak polisi militer?" Ancam Rika karena sebagai putri dari seorang anggota militer tentu dirinya sudah jelas paham alur hukum yang ada.
"Laporkan saja, tidak ada bukti yang mengarah kalau Abang melakukan KDRT." Jawab Bang Rigo tetap santai. "Ikut Abang ke rumah dinas..!!"
...
Mau tidak mau Bang Rigo harus membawa Rila bersamanya karena semua orang sudah terlanjur tau tentang pernikahan mereka, hanya saja karena nama pihak pengantin pria berubah, maka pengajuan akan di lakukan dari awal.
Rila masih merasa kesal, dirinya yang tidak pernah merasakan proses pengajuan nikah karena ada campur tangan sang Papa kini terpaksa harus memulai dari awal semua tradisi yang ada sebagai syarat sah menjadi istri seorang tentara.
"Dimana berkasmu, coba Abang lihat..!!" Pinta Bang Rigo.
Rila meletakan setumpuk berkas di hadapan Bang Rigo kemudian meninggalkannya masuk ke dalam rumah dinas.
Bang Rigo memijat pangkal hidungnya, terlihat sekali letnan satu senior itu tampak mulai lelah dengan padatnya kegiatan pagi ini.
"Ijin, Danton..!!" Sapa seseorang dari teras rumah dinas.
"Masuk..!!" Perintah Bang Rigo.
"Ijin.. kami antar koper Danton. Apa masih ada yang di perlukan lagi, Dan?" Tanya Prada Togar.
"Tolong belikan saya nasi goreng donk, sama tolong belikan saya..... Obat masuk angin..!!" Pinta Bang Rigo. Danton galak itu langsung mengambil uang dari saku celananya lalu menyerahkannya pada Prada Togar. "Nasi gorengnya tiga, dengan kau sekalian. Punya saya yang pedas ya Gar..!!"
"Oohh.. siap Danton, segera..!!" Prada Togar segera melaksanakan perintah Dantonnya.
Bang Rigo kembali terfokus pada berkas milik Rila dan memisahkan setiap bagiannya dan akan membawanya ke Batalyon esok hari.
...
Rila menyantap makan malamnya. Semua tak menjadi soal meskipun memang hari ini jam makannya sudah sangat terlewat.
"Besok Rila nggak mau ikut ke kantor." Ucapnya membuka suara.
"Kenapa?"
"Kalau semua orang sudah tau siapa istri Abang, kenapa juga harus ada pengajuan nikah. Bukankah semua itu malah membuang waktu dan tenaga. Sudah jelas khan, Rila istri dari Lettu Sangatta Raja Arigo." Kata Rila.
"Memang benar, tapi alangkah baiknya kita mengikuti aturan yang semestinya. Perkenalan step by step. Kau juga harus mengenal duniamu yang baru, mengenal pengurus cabang dan ranting. Sebentar lagi Abang akan naik pangkat dan jabatan Abang adalah Danki, apakah sikapmu masih sekeras ini dalam mendampingi Abang?" Tanya Bang Rigo.
"Rila tidak pernah inginkan pernikahan ini, apalagi pernikahan dengan seorang tentara." Jawab Rila.
"Abang pun tidak inginkan pernikahan ini terjadi. Sudahlah, jangan banyak kau bermanja jadi istri tentara..!! Jalani apa adanya tanpa banyak mengeluh. Abang tak paksa kau untuk kuat, setidaknya kau jangan menyerah dengan takdir kita..!!" Ucap tegas Bang Rigo.
"Lalu Abang inginkan anak??? Dalam keadaan kita yang tidak saling mencintai???"
"Terlalu banyak pikir kau dek. Jalan untuk hari esok saja belum tentu kau lulus. Sekarang sudah kau pikirkan tentang anak. Kalau memang semua harus terjadi, ya jalani saja apa adanya." Bang Rigo melanjutkan acara makannya kemudian segera minum obat masuk angin miliknya.
Rila memonyongkan bibirnya, setiap kali berbicara dengan Bang Rigo, belum pernah sekalipun pria yang sudah menjadi suaminya itu mengatur tata bahasa yang baik lembut padanya sedangkan dirinya teringat mantan kekasihnya, orang keturunan Jawa yang sama sekali tidak pernah sekalipun bicara kasar padanya.
***
Pagi ini Bang Rigo berjalan berdampingan untuk melaksanakan proses pengajuan nikah. Rila mulai kesal karena langkahnya selalu tertinggal jauh dari Bang Rigo.
"Kenapa lah berjalan seperti keong sawah? Percepat sedikit langkahmu..!!" Kata Bang Rigo terdengar tidak sabar.
"Abang jalan duluan..!! Tidak usah pedulikan Rila." Langkahnya sampai sempoyongan, sesekali wajahnya memercing kesakitan.
Mau tidak mau Bang Rigo menghentikan langkahnya, ia menyulut rokok sembari menunggu Rila berjalan ke arahnya.
"Ada apalagi?" Bang Rigo melangkahkan kaki dan berjalan di belakang Rila dan sedikit mengangkat rok panjang sang istri. "Lecet??" Tanyanya memastikan.
"Makanya Abang jangan terlalu cepat berjalan." Protes Rila kesal.
"Kau punya mulut untuk bicara, kenapa pula tidak katakan sejak awal?" Bang Rigo berjongkok lalu menjepit rokok di sela bibirnya kemudian melepas sepatu Rila. "Pegang bahu Abang..!!" Bang Rigo mengambil korek api lalu sedikit membakar bagian belakang sepatu tersebut dan menariknya agar sepatu Rila tidak lagi terlalu ketat.
Rila pun berpegangan pada bahu Bang Rigo yang sedang melebarkan bagian belakang sepatunya. "Kau coba dulu..!!" Bang Rigo kembali memakaikan sepatu tersebut pada kaki Rila. "Sudah nyaman?"
Rila mengangguk menjawabnya dan Bang Rigo segera melepas sepatu Rila yang satu lagi untuk melakukan hal yang sama.
"Abang nggak malu di lihat anggota???" Tanya Rila.
"Abang urus istri sendiri, bukan urus istri orang." Jawab Bang Rigo santai kemudian memakaikan sebelah sepatu tersebut pada kaki Rila. "Sudah, ayo jalan..!!"
"Hmm.. terima kasih ya Bang..!!" Kata Rila pelan.
"Hmm.." Bang Rigo hanya menjawabnya singkat saja dan hal itu nyatanya masih membuat Rila meradang.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
🍀 chichi illa 🍒
next
2024-10-18
0
Ratu Tety Haryati
Awal-awal menolak pernikahan, hari-hari berdekatan dijalani dengan pertengkaran, lama-lama saling membutuhkan.
Awal dari cinta jika berjauhan, mereka saling merindukan
Semoga Bang Rigo dan Rila dapat melampaui segala ujian dan berakhir bahagia
2024-05-11
3
Yayuk Bunda Idza
sudah penasaran banget dengan nama lengkap Rilla
2024-05-11
1