"Jangan, Pah."
Monika menggeleng, tidak mau kalau Surya sampai menemui Mario dan mengatakan semuanya.
"Monika, kamu jangan membelanya lagi. Papa sudah cukup diam selama ini melihat tingkah kalian!" marah Surya meninggikan suaranya di depan Monika.
Anak perempuan itu menangis sedih dengan suara keras Surya yang selama ini selalu berbicara lembut padanya. Surya juga sadar kalau dia telah melukai Monika.
"Sayang, maafkan Papa. Papa cuma tidak mau kamu terus di permainkan oleh Mario," sesal Surya dan mendapat anggukan dari Monika.
"Iya, Pah. Tapi ini bukan kesalahan Mario. Tolong jangan katakan apapun padanya. Mario akan membenci ku kalau tau semua ini, Pah," pinta Monika.
Dia tidak marah akan sikap Surya tadi, Monika cuma takut jika Mario tahu semuanya kalau sampai Surya menemui pria itu.
"Lalu siapa jika itu bukan Mario. Katakan pada Papa. Papa sendiri yang akan pergi menemui orang itu."
Entah mengapa terpancar wajah senang di air muka Surya saat tahu ada pria lain yang memiliki hubungan dengan Monika.
Sejujurnya Surya tidak suka dengan Mario yang hanya menjadikan putrinya permainan. Namun Surya juga tahu, semua itu bukan murni ke keinginan Mario. Tapi Monika lah yang justru mendukung kekasihnya untuk menikah dengan wanita lain. Jadi Surya tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menyaksikan dalam diam.
"Monik tidak tahu, Pah," kata Monika sambil membuang muka dari Surya. Ia sungguh sangat merasa berdosa karena hal ini.
"Apa maksud mu, Nak. Bagaimana mungkin kamu tidak tahu!" kata Surya sedikit menekan kata-katanya. Apa sebenarnya yang hendak Monika sembunyikan darinya. Tidak mungkin dia tidak mengetahui pada siapa dirinya telah menyerahkan harga diri.
"Hiks. Monik benaran tidak tahu, Pah. Monika juga tidak pernah mengira kejadian itu akan sampai meninggalkan jejak di tubuh ini," Utar Monika dengan isakan yang terdengar dari mulutnya.
"Kapan itu terjadi. Papa akan mencari orang nya sampai dapat," ujar Surya tidak main-main.
"Untuk apa, Pah. Itu sudah berakhir, Papa juga tidak akan pernah menemukan orang nya. Karena kejadian itu waktu Monik pergi ke_"
Monika tidak melanjutkan kata-katanya, Ia hampir saja keceplosan kalau dirinya pernah memasuki Club Malam di Amerika. Surya sangat menentang keras dirinya untuk memasuki dunia seperti itu.
"Pergi kemana, Nak. Kenapa berhenti? Lanjutkan perkataan mu tadi."
Surya menatap curiga Monika yang sedang berbaring itu.
"Kejadian itu terjadi di Amerika," kata Monika sedikit berbohong walau sebenarnya juga tidak lah salah.
Surya menatap Monika dengan cermat dan dia memang terlihat tidak menyembunyikan apapun dari dirinya.
"Tapi kenapa sampai kamu tidak mengenali orang nya. Jangan bilang kamu mabuk-mabukkan di sana sampai tidak sadarkan diri," tebak Surya tepat sasaran seakan mengintrogasi putrinya itu.
Monika tidak menjawab karena sejatinya dia tidak bisa berbohong kepada Surya. Monika selalu menceritakan semua apapun yang terjadi padanya kepada Surya. Surya juga selalu mendukung semua apa yang Monika ingin kan selama itu tidak membahayakan sang putri.
Namun soal hubungan Monika dan kekasih nya yang sudah menikah itu, Surya tidak bisa berbuat apa-apa, Ia juga selalu membujuk Anak nya untuk mengakhiri saja, tapi semua berakhir Monika tidak mau berbicara lagi pada Surya sehingga Surya hanya bisa menerima keputusan sang putri.
"Sayang, kenapa merusak diri mu sendiri," sesal Surya saat Monika tidak ada niat untuk membantah ucapannya.
"Maaf, Pah. Tapi tolong jangan katakan apapun pada Mario," mohon Monika.
Surya hanya bisa kembali mencium kening anak nya itu. Dia kalah lagi, Surya kalah lagi dengan hatinya dan kembali mengikuti kemauan sang anak.
'Andai kamu tidak pergi meninggalkan kami. Mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi' batin Surya kembali mengingat apa yang selama ini berusaha dia pendam.
"Papa kenapa?"
Monika menghapus air yang menetes di pipi nya dan menyadari itu adalah Air mata Surya.
"Tidak, Papa cuma merasa tidak becus menjadi seorang Ayah," kata Surya memperlihatkan senyum masamnya yang di paksakan sambil mendongak kan kepala agar air yang ingin keluar kembali ke dalam.
"Maaf, Pah. Ini semua salah Monik, maaf kan Monik Pah."
Perasaan Monika terasa teriris mendengar perkataan Surya. Dirinya sadar memang sangat manja dan dimanjakan selama ini.
"Sudah, kamu Istirahat saja. Papa tidak marah sama Monik."
Surya lalu meninggalkan ruang inap itu, Monika menutup wajah dengan kedua tangannya setelah Surya menghilang di balik pintu. Sejujurnya Monika sadar akan kesalahannya, tapi dia juga sangat mencintai Mario kekasihnya. Monika tidak rela jika wanita yang bukan siapa-siapa berangsur mengganggu hubungan mereka.
>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<
Minggu terus berganti, Herman mulai mengembangkan usaha di negara Deddy nya itu. Karena Kurniawan memiliki perusahaan di Indonesia, jadi Herman memilih untuk melebarkan sayap yang memang cabang nya ada di Amerika.
Herman juga tidak lagi bertemu dengan Ananda, bahkan yang katanya ingin mengajak jalan wanita itu. Ananda justru tidak datang untuk menemui. Herman juga tidak bisa menghubungi Ananda.
Akhirnya hari ini Herman kembali datang di rumah kecil sederhana milik Salma. Herman juga sudah mencari tahu kenapa Ananda tidak bisa di hubungi. Sedih, tentu saja Herman sedih akan hal ini, tapi dirinya sadar bahwa telah hadir terlambat. Harusnya dari awal dia langsung mengikat wanita pemilik hati itu.
"Nak Herman. Ayo Nak, sini masuk," sambut Salma dengan kedatangan Herman.
"Nak Herman, kenapa baru kelihatan."
Salma duduk setelah mengambil kan teh untuk pria itu. Salma sangat suka dengan Herman, walau Ia orang berada, tapi tidak pernah malu untuk duduk lesehan di atas tikar sederhana milik nya.
"Terimakasih, Bu."
Herman lalu menyeruput teh yang sangat nikmat buatan Salma.
"Maaf, Bu. Herman baru sempat hari ini. Soalnya harus mengurus perusahaan Deddy yang ada di sini," kata Herman sambil tersenyum.
"Oh, tidak apa-apa. Ibu sangat senang Nak Herman masih mau sempat datang di sini."
"Bu, aku mau minta bantuan."
"Bantuan apa, Nak?" tanya Salma.
"Aku tidak bisa menghubungi Ananda, bisakah Ibu menghubungi nya. Saya ingin bicara."
Salma nampak terkejut mendengar ucapan Herman. Kenapa dia tidak bisa menghubungi Ananda, bukan kah Setiap Salma menghubungi nya lancar-lancar saja?
"Nak, apakah terjadi sesuatu di antara kalian? Kemarin Ibu baru saja berbicara dengan Ananda di telepon."
Herman menerbitkan senyum menawan nya, andai saja semua berjalan seperti rencana. Pasti dia tidak mungkin di abaikan oleh Ananda. Salma juga secara terang-terangan seperti merestui jika dia bersama Ananda.
"Tidak ada. Mungkin Anna cuma sedang sibuk saja."
Akhirnya Salma menghubungi Ananda di depan Herman. Tidak lama menunggu suara Ananda sudah Herman dengar karena Salma memperbesar volume sambungan.
Lalu Salma menyerah handphone kecilnya kepada Herman.
"Assalamualaikum, Anna."
Herman bersalam melalui sambungan telepon, namun cukup lama salam itu terbalas. Herman dengan sabar menunggu jawaban.
"Waalaikumussalam."
Suara itu terdengar tidak enak. Mungkin kah Ananda sedang merasa bersalah karena menghindari Herman beberapa bulan ini?
"Anna, aku menghubungi mu tapi selalu di luar jangkauan. Apakah nomor ku di blokir?" tanya Herman.
Ia mendengar suara gugup Ananda dan mengatakan tidak pernah memblokir nya dan beralasan karena jaringan yang buruk. Ananda juga menyuruh Herman untuk mencoba menghubungi dirinya sekarang.
Herman memutuskan sambungan dan mengembalikan milik Salma.
"Kamu memang sengaja menjauhi ku," gumam Herman lirih saat Ia menelpon Ananda sudah tersambung. Pasti Ananda sudah membuka blokirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
🌞MentariSenja🌞
🐠🐠🐠🐠🐠 meluncur
2024-07-31
1
🌞MentariSenja🌞
Daddy...klo Deddy nama orang🤗
2024-07-31
1
Utayiresna🌷
tapi bagiku gak ada seorang ayah yang gagal menjadi ayah untuk anaknya...
2024-06-29
0