Ciiittttt....
Decitan roda pesawat yang mendarat sempurna di sebuah bandara internasional yang ada di Indonesia. Matahari belum memunculkan sinar nya untuk menyinari bumi. Di dalamnya salah seorang pria duduk dengan dada berdebar namun tidak memperlihatkannya ke permukaan.
"Bawa barang-barang saya di rumah," perintah Herman pada Mang Ujang yang menanti kedatangan nya di bandara.
"Aden Herman mau ke mana? Biar Mang antar?" tanya Ujang yang memang di perintahkan oleh Kurniawan untuk mengawasi anaknya itu selama di Indonesia.
Lebih tepatnya bukan mengawasi, karena Herman bukan lagi anak kecil yang masih harus di awasi, tapi Kurniawan meminta pada Ujang agar bisa membantu anaknya itu selama di sana.
Kurniawan adalah Deddy Herman, pria yang mempunyai jodoh dari Amerika itu memutuskan untuk menetap di negara sang Istri. Ia menjadi salah satu pengusaha ternama di sana, sang anak juga mengikuti jejaknya di dunia bisnis.
Kurniawan sangat bangga pada putranya tersebut, karena bisa berdiri kokoh tanpa sambung tangan darinya selaku orang tua. Namun, dia juga tidak tenang jika Herman akan pergi di Indonesia dan entah kapan kembali. Karena itulah dia meminta bantuan kepada Mang Ujang.
"Tidak usah. Mang pulang saja, tapi tinggalkan mobilnya."
Herman mengeluarkan dompet dari saku dan memberikan beberapa lembar uang kepada Ujang.
"Ini, untuk ongkos. Nain taksi atau apa," lanjut Herman menyodorkan uang tersebut.
"Tidak usah Den, saya masih ada uang," tolak Ujang.
Dengan wajah dingin Herman memasukkan uang itu dengan paksa dalam kantung baju Ujang.
"Berikan kuncinya."
Herman mengambil kunci mobil dan meninggalkan Ujang bersama barang Herman yang akan pria itu bawa pulang.
Herman menyusuri kota tersebut dengan perasaan tegang, dia tidak tahu Ananda sekarang sudah seperti apa kabarnya. Herman terakhir kali menghubungi wanita itu melalui sebuah pesan singkat.
Entah mengapa dia selalu merasa deg-degan jika mau berbicara dengan perempuan itu, yang membuat Herman tidak bisa menaruh hati pada wanita lain.
"Herman, kamu itu tidak boleh terlihat bodoh seperti ini."
Herman berbicara sendiri di dalam mobil, masih di bilang cukup pagi jika dia harus bertamu sekarang.
Akhirnya Herman memutuskan untuk termenung sejenak di depan kemudi, pria itu membayangkan jika bertemu dengan Ananda setelah sekian lama.
Sudah tujuh tahun Herman pergi di Amerika, saat itu Ananda masih menempuh pendidikan di sebuah Universitas. Herman memutuskan ikut ke Amerika agar dirinya lebih matang dan siap untuk memperistri Ananda. Sekarang dia kembali untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Tok
Tok
"Assalamualaikum."
Herman mengetuk pintu dan bersalam, itu kebiasaannya setiap kali datang ke rumah sederhana milik Ananda bersama Ibunya.
Beberapa saat Herman berdiri menunggu di sambut.
Tik
Ceklek
Mata Herman menatap pintu dan berharap Ananda lah yang membuka pintu itu untuk nya.
"Waalaikumussalam."
Matan Herman dengan lembut dan tersenyum menawan saat tahu Ananda lah orang nya.
"Hallo Anna," sapa Herman.
Gadis itu terdiam dan terpaku dengan pupil melebar. Entah mengapa, saat melihat mata itu, Herman teringat akan kejadian bulan lalu di Amerika.
Herman membeku dengan wajah yang masih sama, Ia bingung kenapa kilasan malam itu muncul di benaknya. Mungkin kah itu karena Herman merasa bersalah karena telah mengkhianati Ananda secara tidak langsung?
"Herman!"
Pekikan nyaring menyambut pria itu, ia juga langsung mendapatkan pelukan dari wanita pemilik hati. Herman menyambut pelukan itu dengan sangat bahagia, Ia seakan ingin menahan wanita itu saat Ananda melepaskan pelukan mereka.
"Kamu kapan pulang dari Amerika?" tanya Ananda nampak sangat senang melihat kehadiran Herman.
"Ayolah Nona Anna yang cantik, apa kita harus berbicara di sini?" tanya Herman kembali melayangkan senyum menawan dan meneduhkan miliknya untuk Ananda. Hal tersebut membuat sang wanita malu dan mengajak Herman untuk memasuki rumah kecil sederhana mereka.
Cukup lama Herman berada di sana, bahkan sampai hari telah menjelang siang, dirinya belum juga pergi.
"Herman, ini sudah hampir siang. Apa kamu belum mau pulang?"
Herman tertawa saat mendengar pertanyaan tersebut, apakah dirinya sekarang sedang di usir?
\*\*Sebenarnya itu bukan usiran ya, Herman aja yang bertamu kelamaan\*\*
"Lihatlah Bibi, Aku di usir," kata Herman berbicara pada Ibu Ananda yang menemani mereka.
Herman juga sudah dari tadi pagi bercakap-cakap dengan wanita baya tersebut.
"Tidak Herman, aku bukan mengusir mu. Hanya saja, ini sudah mau siang," ucap Ananda cepat.
Wanita cantik dengan kulit putih itu terlihat merasa bersalah akan kata-kata yang dia ucapkan untuk Herman tadi.
"Anna, aku cuma bercanda."
Herman mengacak rambut Ananda yang indah. Wanita itu juga memberikan cengiran saat mendapat perlakuan manis tersebut. Rona malu juga terlihat di wajahnya.
Tok
Tok
Ketukan pintu terdengar, karena daun pintu itu memang terbuka dari pagi tadi, sehingga yang berada dalam rumah bisa melihat siapa gerangan orang tersebut.
"Pak!"
Ananda langsung berdiri kaget melihat kedatangan seorang pria. Herman melihat pria yang menurut nya lebih tampan Herman sendiri ketimbang orang tersebut.
Walau Herman bisa melihat kalau Aura pria itu bisa Herman tebak seorang yang suka memerintah. Namun Herman tidak peduli, dia cuma sedikit ter cubit saat melihat reaksi Ananda.
"Anna, dia siapa?" tanya Salma.
Salma adalah nama Ibu Ananda.
Herman sangat penasaran, apalagi melihat pria itu menatap nya dengan pandangan yang tidak biasa. Herman yang seorang pria tentu tahu apa maksud dari mata tersebut.
"Siapa, Nak?" sekali lagi Salma bertanya karena Ananda terlihat ragu untuk mengatakan siapa orang yang datang tersebut.
"Biar saya yang menjawab. Saya adalah suam\_"
Herman dan Salma kaget melihat Ananda segera mendekap mulut pria tersebut dan menariknya keluar rumah.
Terlihat tangan Ananda di hempasan oleh pria itu dan terlihat mereka seperti berbicara sesuatu dengan suara kecil. Lalu berakhir mereka pergi dari penglihatan Salma dan Herman.
"Siapa pria itu?" gumam Herman berdiri ingin melangkah mengikuti mereka tapi di urungkan nya.
"Mungkinkah aku terlambat," lanjutnya bergumam dengan dada yang seperti telah retak hati yang bersemayam di dalam nya.
"Nak Herman, tunggu sebentar ya. Ibu mau panggil Anna dulu."
Salma tahu bahwa Herman seperti memiliki perasaan pada putrinya.
Dia juga sudah sangat menyukai pria itu sejak dulu dan tidak percaya Herman kembali hadir di kehidupan Ananda. Salma tidak mau membuat Herman bersalah sangka pada Ananda. Putrinya itu tidak memiliki hubungan dengan siapapun selama ini.
"Tidak usah, Bu. Aku pulang saja. Besok-besok aku datang lagi untuk berkunjung," kata Herman dengan sopan.
"Baiklah."
"Bu, kalau bisa. Besok aku ingin mengajak Ananda keluar. Jika boleh, tolong sampaikan kepada nya," pesan Herman tidak memperlihatkan perasaan rapuh nya.
"Boleh. Ibu izinin, nanti Ibu sampaikan ke Anna, ya," ucap Salma sambil tersenyum.
Herman berterima kasih dan segera meninggalkan kediaman kecil dan sederhana itu.
**Yang pernah baca kisah cerita "KONTRAK 5 TAHUN" pasti tahu apa yang terjadi pada Ananda dan pria yang datang itu😁**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Wistari
Mampir dengan 3 iklan dulu 😊
2024-07-12
0
Wistari
pantes aja kayak familiar dengan nama Ananda 🤣🤣
2024-07-12
0
Wistari
udah jelas terlambat , masih aja tanya ... /Proud/
2024-07-12
0