Tok.
Tok.
Dengan dada berdebar, Surya menunggu ketukannya pada pintu kecil itu di sambut. Dirinya seakan tak sabar ingin segera melihat sosok sang Istri yang telah lama meninggalkan nya.
"Siapa?" tanya pemilik rumah sambil membuka pintu, dirinya belum sadar akan siapa tamu yang datang.
Suara itu masih sama seperti dulu, kini kembali terdengar di telinga Surya. Mata pria baya itu berembun menatap wajah sang Istri yang saat ini sudah berkerudung.
"Salma," lirih Surya masih memandangi wanita di depan nya yang nampak terlihat kaget akan kemunculan Surya.
"Mas?"
Salma terdiam, dari mana Surya tahu tentang keberadaan nya ini. Padahal selama ini Salma sudah tidak terganggu akan pria yang saat ini berdiri di hadapannya.
"Iya. Ini aku, Suami mu," ujar Surya membenarkan, namun Salma malah membuang muka dari pria itu.
"Kita sudah lama berpisah, Mas. Di antara kita tidak ada hubungan apa-apa lagi," ujar Salma tanpa melihat wajah lawan bicara.
"Tidak, aku tidak pernah menceraikan mu. Aku bahkan mencari mu selama ini. Kembali lah sayang, kita pulang."
Walau Surya tahu Salma tidak mungkin langsung bersedia, tapi kata-kata itu sudah lama ingin dia sampaikan.
"Dari mana kamu tahu keberadaan ku, Mas? Aku sudah cukup tenang tanpa adanya diri mu selama ini," kata Salma bahkan tidak mempersilahkan Surya untuk sekedar duduk.
"Bagaimana dengan Anak kita. Apakah dia tidak pernah bertanya tentang Ayahnya?"
Surya ingin menemui Ananda saat tahu kebenaran ini. Tapi Herman mengatakan kalau Ananda membenci nya.
Surya ingin memastikan kebenaran itu dari Salma agar dia tidak menyakiti Ananda saat menemui nya nanti. Dirinya sungguh takut karena tidak bisa menjadi Ayah yang baik untuk Ananda.
"Dia tidak membutuhkan mu. Dia juga sangat membencimu," bohong Salma.
Ia terpaksa melakukan nya agar Surya tidak menggangu mereka lagi. Lebih baik Surya tidak ada dalam hidup mereka.
"Bagaimana dengan putri sulung kita, apa kamu tidak merindukan nya?"
Mendengar itu Salma langsung menitikkan air matanya. Setiap malam dia selalu mengingat sang putri yang mungkin saat ini sudah tumbuh besar dan menjadi wanita cantik.
"Aku baru saja menyakiti nya, Salma. Tolong temui dia. Dirinya membutuhkan sosok diri mu saat ini," pinta Surya dengan sangat.
"Pergilah, Mas. Jangan temui kami lagi," usir Salma.
Jika dia ikut dengan Surya, maka pertahanan nya selama ini akan runtuh. Dengan susah payah dirinya mencoba melupakan semuanya dan hidup bahagia dengan Ananda. Jangan sampai semua itu sia-sia.
Wanita baya itu lalu berniat menutup pintu sebelum tamu nya pergi, karena Surya tetap berdiri di tempatnya tanpa beranjak sama sekali.
"Salma, apa kamu Setega itu pada Putri mu sendiri?" tanya Surya di balik pintu yang sudah di tutup oleh pemiliknya.
Sedangkan Salma, wanita itu menangis dalam diam dan bersandar di daun pintu. Rasa sakit itu masih ada sampai saat ini, dan tidak akan mudah sembuh dengan begitu saja.
"Baiklah. Aku akan kembali lagi di sini, semoga kamu bisa memaafkan ku," ucap Surya yang masih bisa Salma dengar dengan jelas.
Surya pun bergi dengan langkah berat, Salma hanya terduduk di balik pintu. Wanita baya itu menekan dadanya yang terasa sakit, namun ia mencoba menahan dan menekannya agar sedikit reda.
__________________________
"Bi Ijah, mana Monika?" tanya Surya setelah duduk di meja makan untuk memulai makan malamnya.
"Ada di kamarnya, Tuan," jawab Ijah.
"Tolong panggilkan untuk datang makan malam, Bi," perintah Surya pada pekerja nya itu.
"Anu Tuan, tadi Non Monika sudah minta makan pada saya dan di antar ke kamarnya," utar Asih yang saat ini bersama Ijah menyajikan makanan untuk Surya.
"Ya sudah, kalian sudah makan?"
Kedua Bibi itu saling melihat dan Surya sudah tahu maksudnya.
"Ayo panggil yang lain, temani saya makan."
Surya selalu begitu, jika sang putri sudah marah atau kesal kepada nya. Surya pasti berakhir makan sendiri. Berakhir dia meminta pada orang-orang yang ada di rumah untuk makan bersama.
Akhirnya meja makan terisi penuh, mereka pun makan sampai selesai. Tidak ada yang berani beranjak sebelum Surya selesai dengan makanannya.
"Saya sudah kenyang. Kalian makan lah dengan tenang dan sampai kenyang," ujarnya sebelum pergi. Orang-orang di meja makan serempak menjawab dengan patuh.
Surya berjalan menuju kamar Monika, dengan ragu-ragu dia mengetuk pintu kamar itu.
"Monika? Sayang, ini Papa."
Tidak ada sahutan, Surya hanya membuang nafasnya pelan. Pasti Monika masih sangat marah pada sikap Surya dan perlakuan Surya pagi tadi.
"Monika, Papa minta maaf," ujarnya lalu dengan terpaksa meninggalkan kamar itu.
Monika di dalam kamarnya, wanita itu tidak menyahuti panggilan Surya. Saat ini dia masih setia dengan kesedihan nya. Padahal tadi sudah tenang, namun kembali sedih saat Surya datang mengetuk pintu kamarnya.
"Papa, maafin Monik," kata nya serak.
Dia juga merasa bersalah karena harus mengabaikan Surya, tapi sakitnya hati karena tamparan dan ucapan Surya untuk Ananda masih membekas di dada Monika.
Wanita itu hanya bisa mendekap erat bingkai yang selalu menemani nya setiap malam. Karena dengan memeluk gambar itu, seakan dirinya tengah di peluk dan di tenangkan oleh sang Ibu.
__________________
Pagi menyambut hari, Monika masih abai pada Surya dan masih belum mau bersapa dengan nya.
Bahkan saat di kantor pun, mereka masih seperti orang asing yang tidak saling mengenal. Lebih tepatnya, Monika yang berusaha menjauhi Papa nya itu. Surya sudah berusaha untuk memperbaiki tapi Monika terus saja menghindar.
"Ih, nih orang kenapa nggak jawab telepon dari ku sih!" kesal Monika saat sedang berusaha menghubungi Dilla.
Dia ingin menanyakan tentang kejadian kemarin. Harusnya Ananda sudah berakhir jika rencana mereka berhasil. Tetapi Dilla malah tidak bisa di hubungi, panggilan nya masuk tapi tidak di angkat.
"Awas saja kalau dia sampai gagal," gerutunya masih dengan kekesalan yang ada.
Saat ini masih jam istirahat, Monika memilih untuk ke Kantin Kantor tanpa peduli dengan Surya yang bahkan sudah membawakan dirinya makanan di meja wanita itu. Monika Justru meninggal kan meja nya begitu saja tanpa peduli dengan perhatian sang Papa.
"Don, ke Kantin sekarang. Tidak pake lama."
Monika menghubungi salah satu Karyawan yang lumayan tak gentar mencari perhatian wanita itu.
Tidak berselang lama, orang yang tadi di panggil melalui telepon sudah memunculkan batang hidung nya. Sambil senyum ceria ia duduk di depan wanita itu.
"Ada apa Monika? Butuh bantuan ku," kata nya sok akrab. Doni termasuk Karyawan yang sangat rajin dan tekun. Kendati demikian, dia juga secara terang-terangan memperlihatkan rasa suka nya pada putri pemilik perusahaan tempatnya bekerja sekarang ini.
"Di mana sopan santun mu pada atasan. Panggil aku Ibu Monika. Jangan lancang kamu," kata Monika terdengar pedas sambil menatap malas sikap Doni ini.
***Di KONTRAK 5 TAHUN semua kejadian pada Ananda ada di sana, ya. Di sini khusus bagian Monika yang tidak ada di KONTRAK 5 TAHUN ***
Semoga berkenan memberikan dukungan kepada penulis berupa like 👍 kalian
Author sangat mengharapkan nya 🤗
Sebelumnya, terimakasih sudah mampir 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Birru
lebih baik dijelaskan pak surya.. supaya monik tidak mengganggu anna lagi
2024-05-25
0
Atha Diyuta
slalu anak yg akan jadi korbannya, menjadi anak korban perceraian itu sangat menyakitkan
2024-05-21
0
Atha Diyuta
kayanya kalau udh pisah lama udh bukan sbage suami deh sttsnya🤔🤔
2024-05-21
0