Bab Dua Belas

Semua keluarga telah berkumpul di rumah kediaman Alvin, dan akan segera menuju ke hotel tempat pernikahan akan berlangsung. Nabila dan kedua orang tuanya berada dalam satu mobil. Sepanjang perjalanan menuju hotel, tangan Nabila tak pernah lepas dari memeluk lengan ibunya, Hana.

Satu jam perjalanan, sampai seluruh keluarga di hotel. Nabila langsung menuju satu kamar. Dia akan di rias. Jam sembilan nanti akad nikah dilaksanakan. Masih ada tersisa dua jam lagi. Arumi selalu menemani tantenya itu. Satu jam berlalu, akhirnya Nabila selesai di dandan. Arumi begitu bersemangat.

"Tante, cantik banget. Pangling akunya. Pasti Om Bastian akan takjub melihat kecantikan Tante," ucap Arumi antusias. Dia langsung mengecup kedua pipi Nabila.

Arumi menggandeng tangan Nabila, membawa gadis itu menuju ke ruang akad. Semua mata tertuju pada mereka, saat keduanya berjalan keluar dari kamar rias.

Nabila duduk di samping Bastian yang telah terlebih dahulu berada di sana. Seluruh keluarga dan tamu undangan telah duduk di kursi yang disediakan.

Pembawa acara lalu memulai acara dengan meminta seseorang melantunkan ayat suci Al-quran. Setelah itu acara dilanjutkan dengan kata sambutan atau sepatah kata dari Alvin sebagai orang tua.

Alvin memegang mic dengan gemetar. Sebenarnya dia tak sanggup bicara karena rasa harunya melepaskan putri kesayangan. Pria itu menarik napasnya sebelum bicara.

"Bastian, walau saya bukan ayah kandungnya Nabila, tapi kasih sayangku padanya tulus dari hatiku yang terdalam," ucap Alvin.

"Saya orang pertama yang memeluknya, bukan kamu. Saya adalah orang pertama yang menciumnya, bukan kamu. Saya orang pertama yang mencintainya, bukan kamu," ucapnya sambil terlihat menyeka air mata.

"Tapi saya harap kamu adalah orang yang bisa bersama untuk selamanya. Jika suatu hari kamu tidak mencintainya lagi, jangan katakan itu kepadanya. Sebagai gantinya, katakan kepada saya. Saya akan datang dan membawanya pulang," tambah Alvin dengan menyeka air matanya.

"Jika suatu saat Nabila berbuat salah beritau saya, biar saya yang menasehati. Sampai detik ini saya tak pernah sekalipun memarahinya. Saya tak rela jika ada pria yang memarahi putri kesayangan saya ini." Alvin menjeda ucapannya, kembali dia menyeka air matanya.

"Akhirnya saat yang dinanti tiba juga, tapi ditakuti oleh seorang ayah dan ibu. Perasaan bercampur baur antara senang dan sedih. Bimbang dan kasihan saat melepaskan genggaman pada anak perempuan yang digendong sejak kecil lalu diserahkan pada seorang pria yang sebentar lagi dipanggil suami." Suara Alvin makin hilang karena tangisannya.

"Saya selalu mengharapkan putri kami dijaga dengan baik sama seperti kami menjaga dia. Melindungi martabat, aurat dan akidahnya. Saya titipkan putriku padamu."

Ucapan terakhir Alvin, lalu dia duduk dengan terisak. Dia menyerahkan mic pada pembawa acara. Pembawa acara lalu mengatakan jika giliran Abi Shabir yang bicara. Pria itu berdiri dan meraih mik.

"Bastian, walau Nabila tidak besar bersama saya, tapi kasih sayang saya dengannya jangan kamu ragukan. Saya menyayangi anak-anak saya dengan tulus tanpa membedakan. Saya hanya berpesan bimbinglah dia, dan ajari dia menjadi istri yang baik. Jika ada salah, bicarakan baik-baik. Saya menitipkan putri saya padamu. Jika suatu hari kamu udah tak cinta, kembalikan dia baik-baik seperti saat kamu melamarnya padaku"

"Nabila putriku, bahwa surgamu kini telah berpindah ke lelaki pilihanmu, maka Jadilah istri yang taat, bertanggung jawab dan menggapai Ridho Nya sebagai jalan menuju ke Surga."

Semua keluarga dan tamu undangan ikut larut dalam ucapan kedua ayah Nabila itu. Semua terdiam mendengarkan. Ruangan itu hening.

Gus Shabir lalu duduk, kembali Alvin yang berdiri. Air mata telah dihapusnya. Nabila yang matanya tampak berkaca-kaca. Air mata telah menganak sungai di pelupuk matanya. Bastian yang melihat itu, lalu memberikan tisu untuk menghapuskan air mata calon istrinya itu.

"Nabila putriku ... Mungkin esok, ayah tidak bisa lagi menengok di jendela dan menunggu depan pintu kapan kamu pulang setelah seharian lelah kuliah. Tidak sering lagi kirim pesan Whatsapp menanyakan dimana posisi dan sekadar mengingatkan makan. Kami juga tidak lagi masuk kamarmu, mencium dahi sebelum kamu tidur. Ayah pasti akan rindu melakukan semua itu lagi. Tapi, ayah harus terima kenyataan kamu kini sudah menjadi calon istri. Rasanya, tak percaya saat melihat foto-foto lama beberapa waktu lalu, putri kecil ayah kini telah dewasa."

"Untukmu putriku Nabila, hari ini akan menjadi satu di antara hari-hari yang paling bersejarah dalam kehidupan kalian berdua. Hari ini adalah awal mulanya kalian meniti kehidupan baru bersama, menyemai cinta hingga usia senja, menikmati hari-hari bersama, saling melengkapi dan berbagi, menggapai visi yang sama, meraih ridha dan SurgaNya. Semoga cinta kalian abadi selamanya. Selamat menempuh hidup baru putri ayah tercinta."

Air mata Alvin tak bisa dibendung lagi. Dia menghapus dengan sapuan tangannya. Tamu undangan juga banyak yang larut dalam kesedihan juga.

Begitu juga Nabila, gadis itu tak bisa lagi menahan air matanya. Pipinya basah. Dia lalu berdiri dan mengambil mik yang ada di depannya.

"Ayah Alvin dan Abi Shabir, aku bangga menjadi putri kalian berdua. Aku adalah putri yang istimewa, memiliki dua pria yang menyayangiku. Walau Ayah Alvin bukan ayah kandungku, tapi kasih sayang yang ayah berikan bisa aku rasakan hingga usiaku saat ini." Nabila tampak terisak menahan tangisnya.

"Ayah yang ngebesarin aku. Saat aku jatuh, ayah juga merasakan sakitnya. Kalau aku kenapa-napa, ayah yang panik setengah mati, kalau aku butuh apa-apa ayah selalu sediakan. Aku menyayangi ayah sepenuh hati. Ayah adalah Cinta pertamaku."

Nabila menjeda ucapannya. Mencoba menahan air mata agar suaranya bisa terdengar jelas.

"Abi, walau kita berjauhan, aku tau jika Abi juga sangat mencintaiku. Abi selalu menyempatkan waktu di sela kesibukan untuk menghubungiku. Abi selalu bertanya kabarku. Aku tau cintamu tak kalah besarnya dengan Ayah. Aku juga sangat mencintaimu. Ayah dan Abi, kalian pahlawanku."

Nabila tersenyum dengan kedua pria itu. Dia tak ingin salah satu dari mereka merasa iri. Itulah kenapa dia menyebut nama keduanya.

"Ayah, Abi, izinkan aku menikah dengan pria pilihanku. Aku yakin dengan restu kalian, aku akan dapat mengarungi semuanya. Doakan putrimu ini dapat menjalankan rumah tangga dengan baik, dan dapat menjadi istri yang dibanggakan. Sekali lagi izinkan aku untuk menikahi pria pilihan hatiku. Terima kasih untuk cinta kasih yang Ayah dan Abi berikan."

Nabila lalu duduk kembali. Pembawa acara lalu mengatakan, tiba gilirannya Bastian yang akan mengatakan sesuatu. Semua mata tamu saat ini beralih ke pria itu. Menanti kata-kata apa yang akan dia katakan.

...----------------...

Terpopuler

Comments

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

sesayang itu aeorang ayah pd putrinya

2024-05-11

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

nyesek mam nabila mau nikah.. tp sepertiy di depan sdh ada masalah menunggu smg bisa di lewati ya nabila

2024-05-03

0

Ida Nur Hidayati

Ida Nur Hidayati

ikut terharu...semoga pernikahan Bastian Nabila selalu diberikan kelancaran

2024-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!