Bab Sembilan Belas

Wanita itu berdiri dari duduknya. Dia tersenyum ke arah Bastian dan Nabila. Lalu dibalas dengan senyuman pula.

Wanita itu mengulurkan tangan ke Nabila, dan disambutnya dengan senyuman. Namun, berbeda dengan Bastian. Wajahnya terlihat sangat tegang. Mama Yani tersenyum dengan kedua orang itu.

"Apa kabar, Tian? Lama tak bertemu, kamu masih seperti dulu!" ucap wanita itu.

Bastian hanya diam tak menjawab. Nabila lalu memandangi wajah suaminya itu. Dia menyikut lengannya. Pria itu terdiam dan terpaku.

"Mas, mbak nya tanya. Kok nggak dijawab?" tanya Nabila dengan masih tersenyum manis.

"Sayang, kamu pasti capek. Kita ke kamar saja ya!" ajak Bastian.

Wanita yang ada di hadapan mereka tampak tersenyum simpul mendengar ucapan Bastian. Nabila menjadi heran dengan ajakan suaminya itu. Dia lalu berbisik.

"Mas, ada mama dan juga tamu ini. Masa aku langsung masuk kamar saja. Apa nanti kata mama? Kalau Mas pengen lagi, nanti malam ya!" balas Nabila.

Nabila berpikir sang suami mengajak ke kamar karena ingin meminta haknya lagi. Bastian jadi tersenyum mendengar bisikan sang istri yang sangat lugu. Dia lalu mengacak kepalanya yang dibalut hijab.

"Masih siang, Sayang. Pikiran kamu itu ngelantur," bisik Bastian.

Nabila jadi malu, dia lalu menyembunyikan kepalanya di belakang tubuh Bastian dengan tangan memeluk lengan sang suami. Hal ini membuat wanita dihadapannya agak tak suka.

"Hhhmmm ... Apa kamu tak ingin kenalkan aku dengan istri kamu, Tian?" tanya wanita itu membuat Nabila tersadar dan memandangi wajah wanita itu lagi.

Bastian tak mengacuhkan wanita itu, dia mengajak Nabila duduk di sofa yang ada mama Yani. Wanita itu terpaksa mengikuti.

Wanita itu duduk di antara Bastian dan mama Yani. Dia mencoba mendekati tubuhnya ke pria itu. Mata Nabila menatap kurang suka.

"Sepertinya kita belum kenalan ya, Mbak! Kenalkan aku, Nabila. Istri Mas Bastian," ucap Nabila. Dia sepertinya cemburu melihat wanita itu duduk sedikit merapat ke arah suaminya.

Bastian yang menyadari itu lalu berdiri dan pindah duduk ke samping Nabila. Wanita itu mengulurkan tangannya.

"Mega ... Temannya Bastian!" ucap Mega mengenalkan diri.

Nabila menyambut uluran tangan Mega. Dia lalu makin merapatkan tubuhnya ke Bastian setelah mendengar ucapan Mega yang mengatakan dirinya hanya teman. Awalnya dia mengira itu saudara Bastian, karena datang dengan sang mertua.

"Jadi Mbak Mega ini hanya teman Mas Bastian, aku kira tadi saudara. Pantas Mas Bastian menjaga jarak. Ingat Mas, siapa yang mahram kamu dan siapa yang bukan!" ucap Nabila dengan penuh penekanan.

Mama Yani sepertinya tidak suka mendengar ucapan menantunya. Dia merubah duduknya menghadap Nabila. Memandangi menantunya dengan tatapan tajam.

"Maksud kamu apa mengajari putraku? Dia pasti tau mana yang mahram dan bukan. Jika dia merasa nyaman saja dekat dengan Mega, karena memang mereka sudah kenal lama. Sudah sangat dekat!" ucap Mama Yani.

Nabila tersenyum menanggapi ucapan mertuanya. Dia memandangi suaminya. Berharap pria itu menjawab apa yang dikatakan mama Yani. Beruntung sang suami paham, dan langsung bicara.

"Ma, apa yang Nabila katakan itu benar. Aku dan Mega tidak ada hubungan. Jadi tak layak saja duduk berdekatan. Maaf, makanya aku pindah!" ucap Bastian.

Nabila tersenyum mendengar ucapan sang suami. Itu saja sudah cukup baginya. Tak perlu hingga paham agama betul. Cukup tahu saja awalnya dan perlahan mulai memahami.

"Bukankah kamu dan Mega tidak melakukan apa pun? Tidak berpelukan atau berpegangan tangan. Nabila aja yang terlalu cemburu. Ingat Nabila, jangan terlalu mengekang suami, nanti dia bisa bosan dan akhirnya memberontak. Saat ini mungkin Bastian mengikuti saja apa katamu karena kalian baru menikah, tapi nanti setelah beberapa tahun atau mungkin hanya beberapa bulan, dia akan memberontak jika terlalu dikekang!" ujar Mama Yani.

"Ma, aku sudah berkeluarga saat ini. Aku harap jangan pernah ikut campur dengan rumah tanggaku. Aku tak merasa Nabila mengatur. Jika memang dia cemburu, aku justru senang. Tandanya dia mencintaiku," ucap Bastian. Dia lalu memandangi sang istri dengan tersenyum.

Mega tampak menarik napas berat. Dia berdiri dari duduknya. Wajahnya di buat se sendu mungkin.

"Sudahlah, mungkin sabaiknya aku pergi. Seharusnya aku tak ikut saat mama mengajakku ke sini. Gara-gara aku kalian semua bertengkar. Maaf, jika kehadiranku mengganggu!" ucap Mega dengan suara serak karena menahan tangis.

Mama Yani berdiri dan memeluk bahu Mega. Dia tampak tak senang. Memandangi wajah Nabila dengan tatapan tajam. Namun, dibalas dengan senyuman.

"Tidak ada yang merasa terganggu. Kamu tidak bersalah. Nabila saja mungkin belum terbiasa dengan pernikahan ini. Maklum saja dia masih belum dewasa. Kamu duduk saja. Ini rumah Bastian. Jika dia yang meminta pergi, baru kita keluar dari rumah ini. Apa kamu keberatan kami datang?" tanya Mama Yani.

Bastian lalu memandang ke arah istrinya. Dia tersenyum. Nabila menganggukan kepala tanda setuju jika kedua orang itu masih ada di rumah.

"Tidak ada yang keberatan, Ma. Aku hanya mengatakan jika Mas Bastian tidak boleh dekat dengan Mbak Mega karena bukan mahram!" balas Nabila.

"Sayang, ke kamar dulu. Pasti gerah. Kita mandi, biar mama dan Mega menunggu sebentar sementara menunggu bibi masak buat makan malam," ucap Bastian.

Dia mengajak Nabila masuk ke kamar. Dan langsung menguncinya. Bastian lalu duduk di tepi ranjang, memandangi istrinya dengan tatapan seperti seseorang yang terdakwa.

"Kenapa Mas dari tadi diam saja? Apa ada yang ingin dikatakan?" tanya Nabila.

Nabila ikutan duduk di tepi ranjang. Menatap suaminya, berharap pria itu mengatakan sesuatu. Sejak melihat kedatangan sang mama dan mbak Mega, suaminya tampak gugup dan bingung. Dia yakin ada yang disembunyikan pria itu.

"Mas, apa ada yang ingin kamu katakan?" tanya Nabila lagi.

"Banyak, banyak yang ingin aku katakan. Tapi aku takut kamu tak bisa menerimanya!" ujar Bastian.

"Apa tentang Mbak Mega?" tanya Nabila lagi.

"Aku tak tahu harus memulai dari mana. Aku akan mengatakan semuanya setelah mama dan Mega pergi. Sekarang kamu mandilah, Sayang. Kita harus segera makan malam agar mama dan Mega juga bisa pergi setelah makan. Mengusir mama, itu tak mungkin aku lakukan!" ucap Bastian dengan suara lemah.

Dalam hatinya Bastian ingin mengatakan semuanya saat ini juga, tapi akan butuh waktu yang panjang untuk bercerita. Dia tak ingin mama Yani dan Mega berlama-lama di rumah, jika itu terjadi takut mereka akan menginap dengan alasan kemalaman. Jadi, Bastian memutuskan akan mengatakan semuanya setelah Mama Yani dan Mega pergi dari rumahnya.

"Aku juga tak menginginkan itu. Bisa-bisa mama nanti akan menyalahkan aku. Pasti dipikir aku yang menghasut Mas untuk mengusir!" ujar Nabila dengan suara penuh penekanan agar Bastian paham jika sang mama tak menyukai dirinya.

"Maafkan atas sikap mama," ucap Bastian dengan lemah. Dia merasa sangat bersalah atas sikap mamanya. Dia juga tak habis pikir, kenapa mama bisa membawa Mega ke rumah. Dia juga ingin bicara dengan wanita yang telah melahirkan dirinya itu secara empat mata.

...----------------...

Terpopuler

Comments

sari emilia

sari emilia

bnr ni thor nabila tahu mn mahram mn yg bkn mahram buktinya sm ayah tirinya dia main sosor...aku yg slh bc atau athor yg slh tulis ttg ucpn nabila...sedekat apa pun srg ayah tiri n ank tiri apalg beda jenis kelamin...jg bingung....

2024-05-11

1

Ety Nadhif

Ety Nadhif

lh katanya si mega dah menghilang ntah kemana ,ko tau tau mmhnya bawa si mega🤦

2024-05-10

0

Dwi MaRITA

Dwi MaRITA

ibu macam apa tuh si rina.... mpek segitohnya ikut campur urusan RT ibas.... 😩😤😡👊

2024-05-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!