Bab Delapan

Hari ini adalah hari yang istimewa bagi Nabila. Dia akan di wisuda. Semua keluarga dekat berjanji akan hadir pada acaranya itu.

Dengan semangat, Nabila merias wajahnya sendiri dengan sedikit sapuan bedak. Dia tak mau ke salon. Padahal Hana dan Anin telah menawarkan.

Setelah merasa pantas, Nabila keluar dari kamar. Dia melihat ayah Alvin sedang membaca majalah di ruang keluarga. Dengan langkah yang riang, gadis itu menghampiri sang ayah.

"Selamat pagi, Ayah! Sudah siap untuk acara wisudaku?" tanya Nabila pada Ayah Alvin yang sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca majalah.

"Selamat Pagi, Nak! Ayah pasti sudah siap. Kebetulan koran pagi ini membahas tentang pentingnya pendidikan. Pas banget dengan momen wisudamu," jawab Ayah Alvin dengan senyuman.

Sementara itu, di dapur, Ibunya Hana sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka semua. Aromanya begitu harum.

"Ibu, aku bisa membantu menyajikan sarapan?" tanya Nabila pada Ibunya yang sedang mencoba kebaya yang akan ia kenakan di acara wisuda.

"Tentu, Nak. Ayo, tolong kamu ambilkan gelas dan piring untuk penyajian," jawab Ibu Hana ramah.

Nabila menyiapkan semua dengan segera. Dia lalu memanggil Alvin untuk segera sarapan. Gadis itu takut terlambat sampai di kampus.

Setelah sarapan mereka langsung menuju kampus Nabila. Satu jam perjalanan sampailah di sana.

Saat baru keluar dari mobil, seorang gadis berlari mengejarnya. Nabila tersenyum begitu mengenali siapa gadis cantik itu.

"Selamat atas wisudanya Tante kecil," ucap Arumi putrinya Anin dan Keenan. Gadis itu memeluk dan mengecup kedua pipi sang Tante. Dia lalu menyerahkan buket bunga dan buket uang. Nabila tersenyum menyadari berapa jumlah uang tersebut.

"Dasar matre, yang dilihat cuma buket uangnya," canda Arumi.

Anin dan Keenan tersenyum mendengar ucapan sang putri. Nabila dan Arumi memang selalu bercanda begitu.

"Aku realistis ya! Semua orang pasti akan memilih buket uang dari pada buket bunga," balas Nabila.

"Iya, deh. Iya. Aku sebagai ponakan terpaksa mengalah," jawab Arumi.

"Selamat wisuda, Nabila. Semoga ilmu yang kamu dapati bermanfaat untukmu," ucap Keenan.

Keenan akan bersikap kaku jika dengan orang lain. Berbeda saat berdua dengan istrinya. Dia selalu saja mengusili Anin. Pria itu selalu saja beranggapan istrinya masih seorang gadis manja seperti saat pertama dia nikahi. Selalu saja dia memperlakukan wanitanya dengan manis.

Setelah Nabila menyalami Anin dan Keenan, mereka menuju gedung di kampus itu. Semuanya bisa masuk karena Keenan sebagai rektor salah satu universitas ternama di kota itu.

Saat mau masuk, mata Nabila memandangi ke sekeliling, seperti mencari seseorang. Arumi yang memperhatikan itu langsung meledeknya.

"Ayo, Tante lagi nunggu siapa?" tanya Arumi sambil menyikut lengan tantenya dengan pelan.

"Aku tak menunggu siapa-siapa!" jawab Nabila dengan wajah memerah karena malu.

"Itu kenapa matanya seperti mencari sesuatu?" tanya Arumi lagi dengan tersenyum.

"Aku hanya sedang menanti Abi Shabir," jawab Nabila akhirnya.

Arumi menanggapi dengan tersenyum. Beberapa saat kemudian Abi Shabir datang dengan istrinya. Dia lalu memeluk sang putri, mengucapkan selamat.

"Selamat wisuda, Nak! Abi belum telatkan?" tanya Shabir.

"Belum, Abi. Acara akan di mulai lima belas menit lagi," jawab Nabila.

Nabila dan keluarganya masuk ke gedung tempat nya wisuda. Pembawa acara mulai membacakan susunan acara. Hingga nama-nama mereka satu persatu di panggil naik kepentas.

Nabila memandangi ke sekeliling sebelum namanya di sebut. Seperti tadi dia terlihat mencari seseorang di antara keramaian.

"Apa Paman Bastian lupa jika hari ini aku akan di wisuda? Kenapa dia tidak datang?" tanya Nabila dalam hatinya.

Akhirnya nama Nabila di panggil. Dia lalu naik ke panggung. Masih sempat dia melirik ke kanan ke kiri dan ke belakang dirinya. Masih mengharapkan kehadiran Bastian.

Satu setengah jam, akhirnya acara wisuda selesai. Nabila dan kawan-kawannya meninggalkan gedung acara. Saat akan melangkah keluar, ada seseorang menghampirinya.

"Apa benar Mbak yang bernama Nabila?" tanya orang itu.

"Betul. Ada apa, ya?" Nabila balik bertanya.

"Ada kiriman buket bunga di halaman atas nama anda. Kami butuh tanda tangan sebagai bukti jika barang telah sampai," ucap Orang itu. Nabila lalu menandatangani surat itu. Dengan keheranan dia melangkah keluar gedung.

Nabila tidak pernah membayangkan bahwa hari wisudanya akan menjadi begitu istimewa. Saat ia melangkah keluar dari ruangan gedung tempatnya baru saja diwisuda, dia sangat terkejut melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Ada ribuan bunga dan buket yang tersusun rapi diatas meja dengan sebuah spanduk besar bertuliskan namanya, "Nabila, Selamat Wisuda!".

"Tunggu sebentar, apa yang sedang terjadi?" gumam Nabila sambil menatap pemandangan yang ada di hadapannya. Ia melihat semua mata mengarah padanya, termasuk keluarga dan teman-temannya yang datang untuk merayakan kesuksesannya. Nabila merasa tersedak dan berusaha menyembunyikan kekagetannya.

"Bukankah ini luar biasa?" seru Ayah Nabila dengan wajah yang cerah, "Aku tidak pernah menduga bahwa Bastian akan melakukan segala hal ini untukmu!"

"Siapa Bastian, apakah calon Om aku?" tanya Arumi dengan senyum menggoda.

Nabila masih terdiam, masih terkejut dengan semuanya. Dia tak menyangka jika Bastian akan melakukan semua ini. Antara bahagia dan malu yang dia rasakan. Malu karena menjadi pusat perhatian.

"Tidak banyak orang yang melakukan hal sehebat ini untuk seseorang. Dia pasti memiliki perasaan yang dalam untukmu!" sahut Ibu dengan senyum misterius di wajahnya.

Hana teringat saatnya menikah. Jangankan di beri satu buket bunga, diperhatikan saja tidak. Beruntung akhirnya dia mendapatkan cinta yang besar dari Alvin saat ini.

Nabila masih merenung sambil berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Bunga-bunga yang tersebar di sekelilingnya semakin membuatnya terpesona. Tidak tahu harus berkata apa.

Anin dan Keenan saling menggenggam tangan. Dia bahagia melihat sepupunya itu mendapatkan pria yang begitu mencintai seperti Keenan yang mencintainya sangat luar biasa. Hingga detik ini, dia masih sering di beri kejutan kecil.

Berbeda dengan Anin, Tata tampak cemberut. Dari awal kedatangannya, dia tak pernah memberikan senyuman. Dia pernah mendengar cerita tentang suaminya dengan Anin dan juga pastinya juga masih ada rasa cemburu pada Hana. Dia selalu memeluk lengan Shabir seakan ingin menyatakan jika pria itu miliknya.

Tiba-tiba, Nabila mendengar suara langkah kaki yang memecah keheningan di antara mereka. Suara tersebut semakin mendekat, dan saat Nabila menoleh, ia melihat Bastian menghampirinya dengan senyuman lebar di wajahnya.

"Hei, Nabila! Selamat wisuda!" ucap Bastian dengan senyum semringah.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Ririn Nursisminingsih

Ririn Nursisminingsih

pada akhirnya kesabaran hana mnemukan lak2 terbaik yg saling mnyayangi...

2024-05-19

1

Leni

Leni

shabir cerai dr hana dapt yg lebih dr hana. posesif

2024-06-09

0

Rahmawati

Rahmawati

istri shabir kok gt ya

2024-05-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!