Telapak tangan Yara bergetar, rasanya sangat begitu kebas, setelah ia melayangkan satu tamparan kepipi Asker. Ia tidak menyangka CEO yang sangat ia hormati, berlaku keji kepadanya.
"Kenapa anda melakukan itu kepadaku..? kenapa harus saya, kenapa..?" tanya Yara dengan suara datar.
"Karena aku mencintaimu, sangat mencintaimu."
Yara terkekeh sumbang "cinta apa yang tega menyakiti..? karena apa juga anda bisa mencintai saya hanya dalam kurun waktu empat bulan saja..?"
"Kamu salah, aku mencintaimu sejak delapan tahun yang lalu." jujur Asker.
Mata Yara mengernyit menatap lucu kepada Asker.
"Kamu tidak percaya..? tapi memang begitu kebenarannya. Sejak delapan tahun yang lalu, aku sudah menyukaimu, aku jatuh cinta disaat pertama kali melihatmu ditaman wahana bermain. Sejak saat itu aku selalu menguntitmu, mengikuti kemana pun kamu pergi. Sekalipun aku diluar negeri selama enam tahun, sedetik pun aku tidak pernah berhenti mengikutimu."
Yara tersenyum miring meremehkan, merasa jika yang diucapkan Asker hanyalah bualan saja.
"Kamu tetap tidak percaya..?" tanya Asker yang dijawab dengan gelengan kepala dan tawa sumbang meledek oleh Yara.
"Ikut aku..!" Asker meraih tangan Yara, lalu menariknya agar wanita itu mengikuti langkahnya.
Sherin terperanjat dari duduknya, begitu juga dengan Liam yang langsung melangkah cepat membuka pintu kaca ruangannya, kala mereka melihat Asker menarik paksa Yara memasuki lift.
"Kaku, ada apa..?" tanya Sherin kepada Liam.
"Yara tidak bercerita kepadamu..?"
Sherin pun menggeleng.
"Nanti juga kamu akan tau, biar Yara dan Altair saja yang menceritakan semuanya kepadamu dan sahabat kalian yang lain."
"Tapi...!"
Ucapan Sherin menggantung, karena sudah mendapat tatapan peringatan dari Liam.
Sherin pun mendengus kesal "baiklah, aku lanjutkan pekerjaanku dan juga pekerjaan Yara." sungut gadis itu yang membuat senyum dibibir Liam terbit seketika.
Sementara itu, Asker dan Yara baru saja tiba dimansion keluarga Meltin.
Asker membuka pintu penumpang bagi Yara, lalu meraih kembali telapak tangan wanita itu "ayo turun..!" titahnya.
Yara hanya pasrah saja mengikuti langkah Asker, memasuki bangunan mansion megah nan besar berlantai tiga. Sapaan para pelayan, diabaikan oleh Asker dan Yara.
"Asker...!" seru sang mama, dan sama juga diabaikan oleh Asker yang terus menarik tangan Yara dengan wajah datar.
Yara yang bisa menebak jika sepasang pria dan wanita paruhbaya itu adalah orang tua Asker, hanya bisa menunduk samar dengan wajah kaku.
"Kenapa mereka..?" tanya nyonya Meltin kepada suaminya.
Tuan Meltin mengangkat kedua bahunya "sepertinya mereka bertengkar..?"
Sang istri menghela nafas mendengar tanggapan sang suami. Ditekannya pangkal hidung guna menjadi pelampiasan bingungnya.
Dikamar Asker.
"Lihat itu...!" tunjuk Asker kederetan foto yang menggantung didinding kamar, dan juga berdiri dimeja, dinakas dan dilemari khusus yang hanya berisikan foto Yara saja.
Mata lentik Yara membola, ditutupnya mulut dan hidung dengan kedua telapak tangan yang disatukan. Gambar dirinya dari masa remaja berumur empat belas tahun hingga satu bulan yang lalu, Yara dapati didalam kamar pria yang telah menggores luka didalam hatinya.
"Sekarang kamu percaya..?"
Yara masih membisu, enggak untuk menjawab. Netranya masih betah menelisik semua gambar dirinya dari masa kemasa.
"Tapi bukan berarti anda berlaku hal memalukan seperti itu pak..?" kata Yara sembari menatap tajam Asker.
"Lalu aku harus apa...? semua yang aku lakukan sama sekali tidak berarti bagimu. Setiap kali kamu selalu menolakku, hanya menganggap aku sebatasan atasan saja. Kamu yang membuat aku memilih jalan kotor itu."
Asker menghela nafas.
"Karenamu aku tidak bisa menyukai wanita lain, karenamu aku harus merasakan sakit setiap kali melihatmu tertawa bahagia bersama Altair. Kamu tau..? sampai saat ini aku tidak memiliki satu pun teman wanita, itu semua karenamu. Kamu sudah mengambil semua hatiku..!" ucap sengit penuh emosi Asker.
"Tapi anda tidak bisa memaksakan perasaan seseorang pak..! anda sendiri yang memilih jalan hanya untuk menjadi pengagum rahasia saya. Kalau dari dulu anda mencoba mendekati saya, semua keadaan tidak begini. Kita bisa menjadi teman, anda bisa hidup normal memiliki banyak teman wanita."
"Kamu tidak tau bagaimana aku..? Tidak segampang itu Yara. Aku----
"Anda saja yang pengecut..!" sela Yara dengan menatap dingin kepada atasannya itu.
"Kalau sekarang saya bersama Altair itu semua karena kesalahan anda sendiri yang tidak mau mendekati saya. Anda bersikap layaknya seorang pecundang saja."
Nafas Asker mulai memberat, api kemarahan mulai menyala, membakar raganya. Lagi, ia tidak terima dengan penolakan yang masih saja Yara berikan.
"Jadi kamu mau aku benar benar menyebarkan video itu..? kamu tidak mau bertemu dan merawat bayi kita nanti..?" ucap Asker kembali mengancam.
"Anda benar benar sudah tidak waras, anda gila pak..?"
"Iya, aku memang gila." sahut Asker dengan suara meninggi.
"Aku gila karenamu, aku gila karena semua penolakanmu, aku gila karena kamu tidak pernah sedikit pun melihat aku sebagai seorang pria. Aku gila karena semua yang aku lakukan tidak juga kamu lihat, AKU GILA KARENA KAMU...!!"
Yara kembali dibuat terjingkat oleh suara Asker yang menggelegar. Sungguh, ini sangat tidak Yara sukai. Ia yang selalu mendengar suara lembut menenangkan dari Altair, walau pria itu sedang dalam kondisi emosi sekali pun. Tentu merasa sangat tidak nyaman, juga sangat tidak menyukai hal ini.
"Saya mohon pak, lepaskan saya. Hati ini tidak bisa untuk bersama bapak, saya mohon pak, saya tidak bisa menikah dengan anda." ucap memelas Yara yang malah memicu kemarahan Asker.
"Aku tidak akan pernah melepaskanmu, kamu cuma milikku Yara, cuma milikku." ucap tegas Asker penuh penekanan.
"Perlu kamu tau, kalau aku tidak memilikimu. Aku pastikan siapa pun lelaki yang hidup dibumi ini, tidak akan ada yang bisa memilikimu juga, termasuk Altair." ancaman Asker yang bukan hanya hisapan jempol semata.
Hampir dua jam mereka berdebat dan juga menenangkan diri, sebelum Asker mengenalkan Yara kepada orang tuanya.
Sambutan hangat penuh suka cita, berselimutkan kasih sayang Yara dapatkan. Apa lagi sang mama, wanita paruhbaya itu sangat menyukai pribadi Yara.
Obrolan ringan diselingi perkenalan, baru usai pukul lima sore. Selum akhirnya Asker mengantarkan Yara kembali kerumahnya sekaligus bertemu dengan orang tua dan juga adik laki laki wanitanya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Delia ATA
Asker gila
2024-04-23
0