Mengukir kenangan

"Ayah, ibu..!" sapa Yara kepada pemilik separuh jiwanya.

Dengan sekuat hati, Yara menahan diri agar tidak menangis didalam pelukan kedua orang yang sangat berarti bagi hidupnya.

"Kenapa wajahmu pucat sekali, kamu sakit..?" tanya ibu dengan cemas, sembari memeriksa suhu tubuh putri tercinta.

Yara menggeleng cepat "aku hanya lelah bu, semalam aku begadang mengerjakan beberapa berkas perusahan." dalih yang Yara ucapkan.

"Ya sudah, istirahat sana." titah lembut sang ayah sembari mengusap sayang kepala putrinya.

Yara mengiyakan dan segera menuju kekamarnya dilantai dua. Tangis itu langsung pecah disaat menatap deretan foto manisnya bersama sang calon suami Altair. Lelaki yang sudah sejak sembilan tahun mewarnai hari harinya.

Didekap dengan erat bingkai foto yang menjadi favoritnya, dengan diiringi tangisan pilu mendayu dayu.

"Maaf sayang, maaf..!" ucap lirih Yara.

Ditepuknya berkali kali dada yang terasa amat sesak itu. Kelebatan kenangan kebersamaan dengan Altair, terus menari nari difikirannya.

Satu minggu lagi, ia akan genap berusia dua puluh tiga tahun, dan akan resmi bertunangan dengan pria yang ia cintai. Lalu tiga bulan kemudian, mereka akan mengikat cinta dalam janji suci pernikahan.

Tapi sekarang, entah apa yang akan terjadi kedepannya. Akankah semua rencana manis yang sudah dibuat, bisa dapat mereka wujudkan.

Hampir empat jam Yara menumpahkan air yang bersumber dari netranya. Foto itu pun masih dengan erat ia dekap dan berulang kali pula ia beri kecupan.

Disaat merasa lelah, Yara bangkit berlalu kekamar mandi guna membersihkan diri.

Tok tok tok

"Yara, nak...!" suara sang ibu memanggil, tepat disaat Yura selesai mengenakan pakaiannya.

"Iya bu..!" sahut Yara setelah pintu terbuka. Dan tertangkap oleh sang ibu, matanya yang sangat sembab, membesar dibagian kantungnya.

"Kamu menangis..?"

"Tidak bu, hanya kebanyakan tidur saja." bualan Yara yang sudah pasti tidak dipercayai oleh sang ibu.

"Ada Altair dibawah, katanya ponselmu tidak bisa dihubungi."

"Astaga..!" ucap Yara yang baru menyadari, jika sejak kemarin malam ia tidak memberi kabar kepada sang kekasih. Bahkan ia sama sekali tidak menyentuh telefon genggamnya.

Yara buru buru memperbaiki penampilan, dan bergegas menuruni anak tangga menghampiri Altair.

Dadanya kebali dipaksa harus berdenyut nyeri, menatap wajah penuh kecemasan pria yang ia cintai. Apa lagi saat netra mereka saling beradu, ingin sekali Yara menjerit, mengadu, menumpahkan semua rasa yang mencabik cabik didalam tubuhnya.

"Yara..!" seru lemah Altair, dan meraih kedua tangan kekasihnya.

"Kamu kemana saja sayang..? apa yang terjadi..? nomormu tidak bisa dihubungi, kemarin malam juga kamu tidak menjawab telefonku dan membalas semua pesanku." cecar Altair menatap wajah lesu Yara. Dengan nada suara naik dua oktaf.

"Kamu menangis..? ada apa sayang..?" lagi pertanyaan penuh kecemasan Altair lontarkan.

Yara langsung menarik tangan Altair, menggiring raga pria itu kehalaman rumah. Setelah dirasa obrolan mereka tidak dapat didengar oleh orang tua dan adiknya, Yara langsung memeluk erat sang kekasih.

"Maaf sayang, maaf." ucap Yara dengan tangis yang kembali datang.

"Sayang..!" kecemasan Altair semakin menjadi.

"Maaf Al, maaf sayang, maaf." Yara mengeratkan pelukannya.

"Iya aku sudah memaafkanmu, aku hanya cemas saja karena kamu tidak memberi kabar. Maaf aku sudah meninggikan suaraku, sudah jangan menangis." ucap Altair yang mengira jika permintaan maaf Yara karena tidak memberi kabar, dan tangisan Yara karena suara yang ia keluarkan tadi sedikit meninggi.

Altair, dimasa kurun waktu sembilan tahun kebersamaannya dengan Yara dan selama lima tahun mengubah hubungan dari persahabatan menjadi kekasih, sekali pun pria itu tidak pernah meninggikan suara kepada Yara. Bahkan mereka sama sekali belum pernah bertengkar.

Altair juga selalu menjaga Yara dengan baik, sentuhannya tidak lebih dari memeluk dan mencium pipi dan kening saja.

"Maaf sayang, maaf." lagi Yara berucap dengan tangisan yang semakin menjadi.

"Sayang sudah jangan menangis." ucap takut Altair. "iya, aku sudah memaafkanmu. Aku tidak marah kepadamu, aku hanya khawatir saja."

Altair juga ikut ikutan mengeratkan pelukan keraga Yara. Diusapnya dengan perlahan surai panjang sang kekasih hati.

Hampir tiga puluh menit, mereka berdiri dengan posisi saling berpelukan erat. Dirasa tangis Yara sudah berhenti, Altair mengurai kedua tangannya dan berganti menangkup wajah ayu Yara yang sudah sangat sembab juga pucat.

"Jangan menangis lagi ya..? aku tidak marah. Aku mencintaimu sayang, aku tidak akan pernah bisa marah, apa lagi melihatmu menangis begini."

Ucapan Altair bukannya membuat Yara tenang, justru kembali membuat Yara tergugu. Altair pun kembali panik.

"Sayang, kamu itu kenapa..? apa ucapanku salah..? sayang, jangan membuat aku takut, ada apa sebenarnya..?"

Ditelisiknya wajah yang kembali dibajiri oleh air mata itu. Dicarinya jawaban dari semua pertanyaan yang sudah Altair keluarkan.

"Maaf ya sayang, maaf..?" ucap Yara.

"Iya sayang iya, aku sudah memaafkanmu. Aku tidak marah, lihat ini..!" Altair tersenyum lebar lalu memaikan mimik wajahnya agar terlihat lucu.

Yara pun terkekeh ditengah tangisannya.

"Ah sayangku..!" seru manja Altair dengan kembali memeluk Yara lalu menggoyang goyangkannya kekiri dan kekanan.

Sampai akhirnya gelak tawa tercipta dari mereka berdua.

"Ayo kita makan, kata ibu kamu belum makan..?" ajak Altair, dan diangguki oleh Yara.

Mereka pun memasuki rumah, kemudian makan bersama dengan ayah, ibu dan Yama. Setelah itu, mereka semua berbincang diruang keluarga. Sampai waktu bagi Altair untuk berpamitan, tepat dipukul sepuluh malam.

"Selamat tidur, dan jangan lupa mimpikan aku." ucap Altair sebelum ia benar benar meninggalkan rumah sang kekasih.

Yara yang memang sudah teramat lelah, baik dari fisik, juga karena banyak menangis, dan kepala yang berdenyut sakit, akhirnya terlelap bergelung dengan mimpi mengukir kenangan bersama Altair.

"Kasihan ya Yara dan Altair 😭"

"Aku juga sampai ikutan nangis waktu nulis part mereka. Ah, berasa jahat banget author."

"Tapi, walau sesedih apapun, jangan lupa untuk tetap memberikan dukungan kalian ya sahabat. Agar kisah kebahagiaan mereka bisa segera terjadi dalam cerita dipart part selanjutnya."

Episodes
1 Hari bersejarah
2 Bidadari bersayap
3 Gedung Yang Megah
4 Meltin Grub
5 Gadisku
6 Mulai mendekati
7 Harta bukan segalanya
8 Perhatian Kecil
9 Menjodohkan
10 Teman lama
11 Tugas bersama
12 Sebuah kesalahan
13 Hanya milikku
14 Mengukir kenangan
15 Perdebatan
16 Ancaman
17 Memberi tahu
18 Pertama dan Terakhir
19 Ada yang berbeda
20 Membuktikan perkataan
21 Membatalkan
22 Hari pertunangan
23 Undangan
24 Akan mencari tahu
25 Bertemu
26 Fakta yang sesungguhnya
27 Benar benar berakhir
28 Kebahagian diatas kepedihan
29 Punggung bertato
30 Rindu yang salah
31 Kisah masa lalu
32 Model gratis
33 Tidak sengaja
34 Pertemuan tidak terduga
35 Menghitung kata
36 Peraturan
37 Tugas suami dan istri
38 Menjadi model
39 Pria gila
40 Kebaikan mereka.
41 Mengusir kejenuhan
42 Memulai
43 Hari yang berbeda
44 Tidak berarti
45 Berdebar
46 Rencana dan pertengakaran
47 Menjaga jarak
48 Mungkin sudah waktunya
49 Berubah sebelum menyesal
50 Berkencan
51 Untuk pertama kali
52 Masih belum selesai
53 Yara dan Yama
54 Alasan pergi
55 Berbeda rasa
56 Memberi kabar bahagia
57 Bertemu masa lalu
58 Memulai rencana
59 Merasakan cemburu
60 Keras kepala
61 Tak sengaja bertemu
62 Menjadi satu
63 Semakin dingin
64 Kekecewaan terbesar
65 Tidak mau
66 Kepanikan
67 Kabar mengejutkan
68 Berbaikan
69 Menutupi aib suami
70 Waktu dengan sahabat
71 Mengungkapkan rasa
72 Peraturan baru
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Hari bersejarah
2
Bidadari bersayap
3
Gedung Yang Megah
4
Meltin Grub
5
Gadisku
6
Mulai mendekati
7
Harta bukan segalanya
8
Perhatian Kecil
9
Menjodohkan
10
Teman lama
11
Tugas bersama
12
Sebuah kesalahan
13
Hanya milikku
14
Mengukir kenangan
15
Perdebatan
16
Ancaman
17
Memberi tahu
18
Pertama dan Terakhir
19
Ada yang berbeda
20
Membuktikan perkataan
21
Membatalkan
22
Hari pertunangan
23
Undangan
24
Akan mencari tahu
25
Bertemu
26
Fakta yang sesungguhnya
27
Benar benar berakhir
28
Kebahagian diatas kepedihan
29
Punggung bertato
30
Rindu yang salah
31
Kisah masa lalu
32
Model gratis
33
Tidak sengaja
34
Pertemuan tidak terduga
35
Menghitung kata
36
Peraturan
37
Tugas suami dan istri
38
Menjadi model
39
Pria gila
40
Kebaikan mereka.
41
Mengusir kejenuhan
42
Memulai
43
Hari yang berbeda
44
Tidak berarti
45
Berdebar
46
Rencana dan pertengakaran
47
Menjaga jarak
48
Mungkin sudah waktunya
49
Berubah sebelum menyesal
50
Berkencan
51
Untuk pertama kali
52
Masih belum selesai
53
Yara dan Yama
54
Alasan pergi
55
Berbeda rasa
56
Memberi kabar bahagia
57
Bertemu masa lalu
58
Memulai rencana
59
Merasakan cemburu
60
Keras kepala
61
Tak sengaja bertemu
62
Menjadi satu
63
Semakin dingin
64
Kekecewaan terbesar
65
Tidak mau
66
Kepanikan
67
Kabar mengejutkan
68
Berbaikan
69
Menutupi aib suami
70
Waktu dengan sahabat
71
Mengungkapkan rasa
72
Peraturan baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!