Sejak dua hari yang lalu, Asker sudah mulai menduduki kursi kepemimpinan Meltin Grub dinegara kelahirannya. Kesibukan sudah jelas menjadi santapan pria tampan itu disetiap menitnya.
"Sekertaris baru itu apa sudah ada...?" tanya Asker kepada Liam.
"Sudah pak, dan sudah ada dimejanya."
"Bawa kemari..!" titah Asker.
Liam pun beranjak membuka pintu kaca tebal berlapis, lalu berseru memanggil sekertaris baru bagi sang atasan.
"Selamat pagi pak..!" suara lembut mengalun merdu ditelinga Asker.
Tiga detik kemudian kepala bersurai hitam legam itu terangkat dan secara sempurna menampakan pahatan wajah tegas berwibawa bersitatap dengan sang penyapa.
Hening, hanya ada sapaan netra yang saling beradu.
"Selamat pagi pak..!" lagi, suara lembut itu terdengar bersamaan kepala penyapa yang sedikit menunduk.
"Selamat pagi...!" balas Asker.
"Yara Belker, benar itu namamu..?" tanyanya kemudian.
"Benar pak..!"
"Jadwal hari ini...?" tanya Asker kembali seraya mengalihkan netra keberkas berkas dihadapannya.
Asker Meltin, pria penggila kerja, tidak suka keterlambatan, sumua harus sempurna. Walau baru satu jam bekerja, Yara diwajibkan memahami semua yang menjadi tugasnya. Tidak perduli apa pun alasannya, Yara harus bisa cepat tanggap dan gesit.
"Satu jam lagi akan diadakan rapat pemegang saham sekaligus sebagai perkenalan bapak kepada mereka. Bla bla bla...!" dengan lugas Yara menjabarkan semua agenda Asker hari ini.
"Periksa berkas berkas ini dan harus sudah beres disaat rapat selesai." titah Asker sembari menyerahkan beberapa berkas kepada Yara.
"Baik pak...!" Yara meraih tumpukan kertas dimeja sang CEO lalu beranjak kembali kemejanya setelah Asker memberi perintah.
Untuk rapat kali ini, Asker memutuskan untuk tidak melibatkan Yara dalam mendampinginya. Cukup dengan bersama sang asisten Liam saja.
Kemarin Yara dan Sherin mendapatkan kabar membahagiakan, karena mereka diterima bekerja diMeltin Grub, setelah kemarin lusa menjalani proses interviu.
Yara ditempatkan menjadi sekertaris Asker, sementara Sherin dibagian pemasaran sebagai wakil manager. Sedangkan Erdana, pemuda itu memilih untuk bekerja diArmaga Grub dengan posisi sama seperti Sherin.
Dan pagi tadi, dihari pertama Yara bekerja, sang kekasih Altair mengantarkan gadis itu terlebih dahulu sebelum setelahnya ia menuju keBank Swasta tempatnya bekerja.
"Nanti sore aku jemput ya...?" tanya Altair sembari melepas pelindung kepala Yara.
Seperti yang sudah sudah, pria itu akan selalu bersikap manis kepada kekasihnya setiap kali mereka berpergian bersama.
"Iya sayang...!" sahut Yara. "kamu hati hati ya..? Jangan ngebut." pesan posesifnya.
Altair tersenyum "siap cintaku...!"
Mereka pun terkekeh bersama.
"Semoga semuanya berjalan dengan baik, semangat sayang..!" imbuh Altair.
Mereka pun berpisah, Yara memasuki gedung Meltin Grub, Altair menuju kegedung tempatnya bekerja.
Dan tanpa keduanya ketahui, interaksi manis mereka terbingkai suram oleh satu pasang mata yang berjarak tidak jauh dari sana.
Lima sahabat sejak dibangku Sekolah Menengah Pertama, sudah saling terikat satu sama lain. Yara, Altair, Erdana, Alara dan Sherin. Sama sama memiliki kecerdasan yang layak diperhitungkan, dan mereka semua juga sama sama memiliki sifat pekerja keras.
Maka tidak heran, jika mereka langsung bisa mendapatkan pekerjaan dan juga posisi yang cukup bagus pada hal belum memiliki pengalaman bekerja sama sekali. Terkecuali Alara, yang terlahir dari keluarga yang cukup berada.
Gadis itu tidak perlu bersusah payah mengirim resume pekerjaan kemana mana, karena sudah diwarisi tiga kafe & restoran oleh orang tuanya.
Pintu ruangan Asker terbuka, dan muncullah sang CEO dari baliknya. Yara pun sigap berdiri, membungkuk guna menyapa sang pimpinan yang akan menuju keruang rapat.
""Hem...!" balasan yang Asker berikan bersama tatapan tiga detiknya.
Tepat pukul sebelas rapat pemegang saham Asker rampungkan. Pria itu segera kembali keruangannya dan langsung mendapati sang sekertaris yang baru saja menghadap.
"Ini berkas berkas yang sudah saya periksa pak. Ada beberapa kesalahan yang sudah saya ubah, silahkan bapak koreksi kembali." jelas Yara sembari meletakkan apa yang ada ditangannya kemeja sang pimpinan.
"Terima kasih...!"
"Saya permisi pak...!" pamit izin Yura, dan dengan perlahan memutar badan.
"Halo penguntit...!" suara meninggi dari balik pintu ruangan Asker.
"Astaga...!" ucap terkejut Yara, karena sang pemilik suara itu tepat berada didepannya.
"Kamu...!" seru Erdem dengan mata mengeryit kepada Yara.
Wanita itu juga seketika saja menyipitkan netranya, menatap bingung akan satu kata yang Erdem lontarkan.
"Seperti pernah berjumpa saja..?" kata hati Yara.
"Ah, maaf." Erdem terkekeh disaat menyadari jika Yara terkejut akan ulahnya. Diusap tengkuknya dengan gemas bebarengan dengan wajah yang ia lipat lipat, kala mendapati tatapan tajam dari Arker.
"Saya permisi pak, maaf...!" kata Yara seraya memberi kode agar Erdem menyingkir dari jalannya.
"Ah iya, silahkan. Sekali lagi maaf ya..?" balas Erden seraya menggeserkan badannya kesamping.
"Sekertarismu..?" selidik Erdem setelah Yara berlalu pergi dan pintu tertutup.
Asker mengangguk.
"Kebetulan sekali." imbuh Erdem.
"Aku juga tidak menyangka jika kandidat yang dipilih oleh Liam adalah gadisku." balas Asker dengan lengkungan bibir tercetak sempurna.
"Liam memang yang paling mengerti dirimu." tanggapan Erdem lalu terbahak bersama Asker.
"Tidak ada lagi cerita memendam rindu ya sekarang..?" goda Erdem.
"Ya, hanya perlu menyingkirkan nyamuk pengganggu saja." kelakar Asker.
"Dia masih bersama kekasihnya itu..?" tanya Erdem tak percaya, tapi nyatanya diiyakan oleh Asker.
"Wah, hebat sekali mereka. Jika tidak salah hitung, sudah lima tahun hubungan itu terjalin."
"Apa..?" tanya ketus Asker menanggapi tatapan sang sahabat setelah pria yang kini duduk dihadapannya itu selesai berbicara.
"Payah sekali, seorang Meltin hanya bisa jadi penguntit dan pengagum rahasia selama delapan tahun." cemooh Erdem berikutnya.
"Sialan...!"
Umpat Asker sebelum ia menekan tombol merah dilaci meja kerjanya, dan seketika saja tirai penghalang kaca ruangan menggulung keatas dengan sendirinya.
Kini terpampang jelas, sosok gadis yang selama enam tahun ini hanya mampu ia pandangi dari gambar foto dan video yang dia dapatkan dari para orang bayaran yang secara khusus Asker tugaskan menguntit Yara. Dan selama dua tahun yang lampau, hanya mampu ia pandangi dengan menjaga jarak saja.
"Gadisku cantik ya. ?" ucap Asker menatap lekat kearah sang sekertaris. Desiran rindu dan rasa itu kini bertalu talu didalam organ dalamnya.
"Bidadari bersayapku...!" sambungnya lagi.
"Bergerak cepat, sebelum gadismu itu benar benar dimiliki oleh kekasihnya." saran Erdem.
📣 Rate bintang lima ya...!
📣 Vote
📣 Like setelah membaca
📣 Koment penyemangat
📣 Tekan tanda love sebagai bentuk dukungan.
Semoga karya perdanaku yang masih belajar berkarya ini, bisa diterima para sahabat ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments