Delapan tahun lalu, tepat dihari ulang tahun Asker yang kedelapan belas. Ia melihat Yara untuk pertama kalinya.
Gadis yang baru beranjak remaja berusia empat belas tahun, dengan rambut terkepang dan pakaian kaos bergambar tokoh kartun bertelinga lebar, melangkah riang diarea wahana bermain tempat Asker dan para sahabat merayakan hari kelahirannya.
Yara bersama Alara dan Sherin tertawa gembira mencoba segala macam wahana tanpa ada rasa takut sedikit pun. Wajah ayu yang polos semakin menawan dengan tingkah konyol disertai tawa serta senyuman meneduhkan.
Asker semakin dibuat gemas, manakala Yara menikmati ice krim dan kembang gula dengan mimik wajah lucu, akibat gerakan bibir yang gadisnya buat buat.
Sejak hari itu, sosok Yara langsung merampas paksa hati remaja pria yang belum pernah merasakan apa itu suka apa lagi rasa cinta bagi lawan jenisnya.
Setiap hari selepas pulang dari sekolah, Asker akan beralih profesi menjadi penguntit profesional untuk Yara. Kemana pun gadis itu pergi, dari jarak paling jauh lima meter maka disitu pasti akan ada Asker.
Dan karena Yara pula, tato yang memenuhi punggung pria itu bisa terlukis dengan rapi disana. Tato raga Yara bersurai panjang, saat pertama kali gadis itu mencoba untuk memberi warna agar nampak tampil berbeda.
Karena sosok Yara juga yang membuat Asker tidak bisa menyukai wanita yang ada disekelilingnya. Padahal tidak sedikit wanita cantik yang berkeliaran disekitar pria itu, tapi tidak satu pun yang mampu membebaskan hatinya dari genggaman Yara.
Waktu makan siang tiba, dan Yara baru menyadari jika tirai diruangan sang atasan sudah tersingkap.
Gadis itu pun menyapa dari depan mejanya, dengan membungkukkan badan serta memberikan senyuman, sebelum ia beranjak menuju kekantin perusahaan.
"Kenapa tidak kita ajak saja gadismu makan siang bersama..?" Erdem berkata.
"Kenapa baru bicara sekarang...? Setelah gadisku pergi, ck..!" oceh kesal Asker.
"Kita makan dikantin saja." sambung sang pemilik gedung selanjutnya.
Erdem dan Liam pun mengekori Asker, yang sudah terlebih dahulu melangkah menuju ketempat yang kini nampak sangat ramai, oleh para karyawan Meltim Grup.
"Selamat siang pak..!"
Sapaan serempak dari semua karyawan saat sang pimpinan memasuki area kantin.
Arsen hanya membalas dengan anggukan dan gerakan tangan kanan bergerak diudara sesaat.
Beruntung, hanya tinggal satu meja yang kosong dan itu tepat didepan Yara dan Sherin.
"Selamat siang pak..!" sapa Yara dan Sherin kembali, setelah Asker, Erdem dan Liam duduk dihadapannya.
"Ya, duduk saja dan lanjutkan makan kalian." bukan Asker yang berbicara, tapi Erdem.
Wajah datar Asker mendingin, saat Yara menerima panggilan telefon dari Altair.
"Sudah makan sayang..?"
"Ini, aku sedang makan bersama Sherin. Kamu sudah makan..?"
"Ah, kita memang sehati, aku juga sedang makan."
Yara tersenyum "kalau sehati, aku mati kamu juga akan mati nanti."
Sherin berdecih "Al, kamu jangan membuat selera makanku hilang karena mendengar ucapan lebay dari kekasihmu ini." katanya seraya mendekatkan bibir diponsel Yara.
Altair terkekeh begitu juga dengan Yara.
Hampir sepuluh menit Asker harus menahan gemuruh cemburu didada, sebelum akhirnya Yara menutup telefonnya. Walau ini bukan yang pertama kali Asker alami, namun rasa cemburu dan sakit hati itu masih tetap sama, bahkan kini malah jauh lebih besar.
Dulu, sebelum Asker tinggal diBenua Eropa, pria itu malah sering melihat kebersamaan Yara dan Altair baik berangkat, pulang sekolah atau pergi bermain dengan para sahabat.
"Kapan kamu akan menikah..?" tanya Sherin yang mampu menghentikan pergerakan tangan Asker dalam sekejap.
"Kamu kan sudah tahu, kalu Al masih mempersiapkan rumah impianku. Kenapa mesti ditanyakan lagi..?" sahut Yara.
"Ya, siapa tau kalian berubah fikiran. Pacaran setelah menikah itu lebih nikmat, bebas untuk melakukan apapun."
"Seperti sudah pernah menikah saja kamu..? kekasih saja tidak punya, sekalinya punya juga ha----
Ucapan Yara terhenti karena Sherin kini membekap mulutnya.
"Bicaramu pelan pelan, didepan ada pimpinan." bisik Sherin.
Yara menepuk keras telapak tangan Sherin, dan seketika saja gadis itu pun melepaskan bekapannya.
"Kau mau membunuhku..?" tanya ketus Yara dengan nafas tersengal.
"Maaf, maaf. Hidungmu sih terlalu dekat dengan bibirmu." ucap konyol.
Pletak
Jitakan Yara layangkan kekening Sherina.
"Memangnya jarak hidungmu dan bibirmu sejauh apa..? Telapak tanganmu itu yang terlalu lebar, lapangan bola saja kalah lebarnya." sungut Yara.
"Is, mau jadi pengantin masih saja judes. Kemana jiwa lemah lembutmu..?" balas Sherin sembari mengusap keningnya.
"Kalau bersamamu yang tersisa jiwa bar barku. Lagian ap-----
Yara harus menelan kembali kata katanya, saat seorang pria tampan menyapa mereka berdua dengan tangan yang membawa nampan berisi makanan serta minuman.
"Permisi, maaf mengganggu. Boleh aku duduk disini..? Semua kursi sudah penuh."
"Ya, silahkan." sahut Yara dan Sherin bersamaan.
Asker semakin terbakar saja, tapi pria itu masih mampu untuk mengendalikan rasa juga air wajahnya.
Perkenalan ketiganya pun terjadi, bahkan pria itu terang terangan mengajak Yara pulang bersama, karena ternyata jarak rumah mereka tidak terlalu jauh.
Tapi sudah pasti, Yara langsung menolak dengan memberi tahu jika ia sudah memiliki kekasih yang akan setia mengantar ia bekerja dan juga kembali kerumah setelah bekerja.
Waktu istirahat pun usai, semua sudah kembali ketempatnya masing masing, begitu juga dengan Erdem yang sudah kembali kegedung miliknya.
Yara kini harus melewati waktu bekerja dengan pengawasan Asker. Karena sejak siang hingga sore ini, tirai ruangannya tidak juga ia turunkan.
Berulang kali Yara menelan ludahnya dengan susah payah, saat ia mendapatkan tatapan dingin nan membekukan dari pimpinannya itu.
"Apa aku membuat kesalahan..?" bisik hati Yara dengan otak yang berfikir keras.
"Kamu tidak pulang..?" tanya mengejutkan Arsen yang entah sejak kapan sudah berdiri didepan meja Yara.
"Ah, sebentar lagi pak. Saya membereskan meja dulu." sahut Yara setenang mungkin.
"Cepat bereskan, sebentar lagi ruangan akan dikunci." titah Asker.
Ya, dilantai paling atas ini memang hanya dikhusukan untuk ruangan Asker, sang asisten dan untuk sang sekertaris, serta ruangan pentry yang berisikan tiga orang karyawan. Maka tak heran jika sudah waktu bekerja selesai, akan terasa begitu mengerikan. Apa lagi jika lampu lampu mulai dipadamkan, alhasil penampakan gedung angker akan terlihat.
Yara berjalan cepat dibelakang Asker dan Liam, hingga sampai dilobby gedung barulah Yara berpamitan dan langsung berjalan menghampiri Altair yang sudah menunggunya.
Lagi dan lagi, Asker hanya bisa menatap nanar interaksi manis gadisnya bersama sang kekasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments