Hanya milikku

Didalam kabin private jet, baik Asker atau pun Yara tidak ada sepatah kata pun terucap dari bibir mereka. Keduanya saling membisu, walau duduk berdampingan.

Asker tak tahan, pria itu sudah tidak bisa lagi berdiam diri. Diraihnya telapak tangan Yara, yang membuat wanita itu terperanjat, tersadar dari gulungan rumit benang yang membelit fikirannya.

"Sayang..!"

Yara bergeming, ditariknya tangan yang semula terselimuti oleh tangan sang atasan. Asker membuang nafas berat keudara. Dadanya kembali berdenyut nyeri mendapati sikap penolakan serta diamnya sang pemilik hati.

"Selamat sore pak..!" sapa Liam yang menjemput mereka dibandara.

Pria berusia tiga puluh satu tahun itu memicingkan matanya, menatap wajah pucat sang sekertaris. Terlebih akan sikap diam Yara yang tidak seperti biasanya.

"Antarkan Yara dulu." titah Asker setelah ia dan Yara juga Liam berada didalam kendaraan.

Liam semakin bertanya tanya akan perubahan sikap Yara. Begitu juga dengan sinaran wajah Asker yang jelas nampak berbeda.

"Kita sudah sampai." ucap lembut Asker kepada Yara, setibanya dirumah wanita itu.

"Terima kasih pak, asisten Liam terima kasih." ucap Yara sebelum ia membuka handel pintu kendaraan dan keluar dari dalamnya.

Asker ikut keluar, membantu Yara mengambil kopernya dari dalam bagasi, lalu menyerahkan kepada bidadari bersayapnya itu.

"Terima kasih..!" ucap datar Yara, lalu berbalik badan dan melangkah.

"Sayang..!" seru Asker dan lagi lagi diabaikan oleh Yara, yang tetap melangkah tanpa mau menoleh kepadanya.

Liam menatap tak percaya kepada Asker, kala mendengar panggilan pria itu kepada Yara. Ia langsung melajukan kendaraan setelah Asker duduk dibangku penumpang. Tidak ada percakapan diantara keduanya, sampai tiba ditempat tujuan.

"Kenapa kemari..?" tanya Asker saat menyadari jika mereka kini ada diapartemen.

"Turun, aku ingin bicara." titah tegas Liam.

Asker pun menuruti, dan sebelum memasuki lift yang akan membawa mereka keunit kamar milik keduanya, Liam mengirim pesan kepada Erdem agar segera datang kesana.

"Apa yang kamu lakukan kepada Yara..?" tanya Liam tanpa mau berbasa basi.

Asker lagi lagi menghela nafas beratnya. Disugar rambut hitam lebat lalu dicengkram perlahan. Diaturnya nafas yang mulai memburu, seraya bertolak pinggang.

"Asker...!"

"Aku menjebak Yara lalu menidurinya."

"Bedebah..!" umpat Liam dan BUG. Satu bogem mentah mendarat dirayang kokoh Asker yang mulai ditumbuhi oleh rambut halus.

"Apa kamu sudah gila..? dimana otakmu..?"

"Ya, aku sudah gila. Aku gila karena dia terus menganggapku tidak ada. Aku gila karena dia tidak mau menerima aku dan meninggalkan pria pengganggu itu, aku gila karena Yara menolakku." sahut Asker dengan suara meninggi.

"Itu berarti kamu bukan yang dia mau. Harusnya kamu berfikir, berarti kamu bukan jodohnya, kamu seharusnya melupakannya." balasan Liam dengan suara yang tak kalah menggelegar.

"Aku tidak mau, dan aku tidak bisa. Yara cuma milikku, gadisku itu hanya MILIKKU..!"

"Kamu memang sudah tidak waras, bajingan kamu." umpat Liam dan lagi BUG, tinjuan yang berhasil membuat tubuh tegap Asker terhuyung.

"Brengsek..!" maki Asker lalu mencengkram kerah baju Liam.

"Kamu yang brengsek..!" Liam gantian membalas dan balik mencengkram kerah pakaian atasan sekaligus sahabatnya itu.

Keduanya sama sama menghunuskan tatapan tajam, dan rahang yang mengerat marah.

"Hei, apa yang kalian lakukan..?" suara nyaring mengejutkan Erdem dari ambang pintu.

Liam mendorong kuat tubuh Asker, hingga memaksa pria itu jatuh tertelungkup kesofa. Nafas keduanya nampak kembang kempis tak beraturan. Wajah rupawan mereka sudah berubah merah padam dan menyeramkan.

"Kalian itu kenapa..? ada masalah apa..?" tanya Erdem dengan menatap tajam kepada kedua sahabatnya.

"Tanya bajingan itu..?" sahut Liam sembari menunjuk Asker yang sudah terduduk manis disofa, dengan kedua tangan mencengkram kuat surainya.

"Ada apa Asker..?" tanya Erdem, tapi yang ditanya membungkam mulutnya rapat.

"Jawab BAJINGAN...!" teriak Liam lagi.

"Aku menjebak Yara lalu menidurinya. Aku merampas kesucian gadisku." ucap lesu Asker dengan terselipkan kesedihan.

Tapi bukan kesedihan karena masalah menjebak dan meniduri, namun kesedihan akan ingatan wajah kesakitan serta tangisan pilu Yara.

"Apa..?" ucap kaget Erdem. Dialihkan matanya guna menatap Liam, yang masih nampak emosi itu.

"Brengsek...!" umpat Erdem kemudian, dan dengan gerakan cepat pria itu melayangkan kepalan tangannya kewajah Asker.

BUG

"Kamu keterlaluan Asker, kemana hatimu..? bisa bisanya kamu berbuat hal serendah itu..? menjijikkan."

"Aku sudah lelah, aku putus asa Erdem. Semua yang aku lakukan tidak pernah dianggap oleh gadisku. Dia terus menolakku, menganggap aku hanya atasannya saja, aku lelah dengan semua itu." ucap sengit Asker dengan netra merah menyala dan berkaca kaca.

"Kamu tidak mencintai Yara, kamu cuma terobsesi kepadanya." cibir Erdem.

"AKU MENCINTAINYA..!" sanggah Asker tak terima.

Pria itu menepuk dadanya kuat kuat "disini, dihatiku, hanya ada namanya. Hanya ada wajahnya, tawanya, senyumnya, semuanya hanya ada GADISKU."

"Kamu memang sudah tidak waras." Liam buka suara "Kamu menghancurkan kebahagiaannya, tujuh hari lagi Yara akan bertunangan, dan sekarang kamu malah menodainya. Dimana hatimu..? kamu sudah menyakitinya, kamu juga menyakiti pria itu, Altair----

"Aku tidak perduli dengan pria itu..!" potong Asker dengan menatap tajam Liam.

"Aku hanya mau gadisku, aku yang lebih pantas untuknya. YARA CUMA MILIKKU."

Erdem dan Liam semakin tersulut emosi mendengar ucapan tak mau kalah Asker. Dengan susah payah kedua pria itu meredam gejolak yang meletup letup didada mereka. Erdem dan Liam berusaha menahan keinginan untuk kembali menghajar Asker.

Jika mereka tidak bisa menahan itu, sudah dapat dipastikan, Asker akan berakhir terbaring diranjang rumah sakit.

"Aku menyesal menerima Yara dan menempatkannya menjadi sekertarismu. Maafkan aku Yara, aku sudah memasukkanmu kemulut srigala." oceh Liam dengan rasa bersalah bersarang didadanya.

Pria itu bahkan sampai mengusap wajahnya dengan kasar berkali kali.

Erdem dan Liam kompak menyeret bangku makan lalu mendudukinya. Kini ketiga pria itu mengatupkan bibir serapat mungkin, sembari menetralkan nafas, emosi dan juga berfikir.

"Bagaiman dengan nasib Yara..? dia pasti sangat tertekan. Orang tuanya, adiknya, belum Altair dan orang tuanya, juga sahabat sahabatnya, pekerjaan, semua sekarang pasti menjadi beban fikirannya." oceh lemah Liam menatap nanar langit langit apartemen.

Erdem gantian menghembuskan nafas frustasinya. Pria itu juga sejak tadi memikirkan bagaimana keadaan Yara sekaran, dengan semua beban yang wanita itu harus lewati.

Episodes
1 Hari bersejarah
2 Bidadari bersayap
3 Gedung Yang Megah
4 Meltin Grub
5 Gadisku
6 Mulai mendekati
7 Harta bukan segalanya
8 Perhatian Kecil
9 Menjodohkan
10 Teman lama
11 Tugas bersama
12 Sebuah kesalahan
13 Hanya milikku
14 Mengukir kenangan
15 Perdebatan
16 Ancaman
17 Memberi tahu
18 Pertama dan Terakhir
19 Ada yang berbeda
20 Membuktikan perkataan
21 Membatalkan
22 Hari pertunangan
23 Undangan
24 Akan mencari tahu
25 Bertemu
26 Fakta yang sesungguhnya
27 Benar benar berakhir
28 Kebahagian diatas kepedihan
29 Punggung bertato
30 Rindu yang salah
31 Kisah masa lalu
32 Model gratis
33 Tidak sengaja
34 Pertemuan tidak terduga
35 Menghitung kata
36 Peraturan
37 Tugas suami dan istri
38 Menjadi model
39 Pria gila
40 Kebaikan mereka.
41 Mengusir kejenuhan
42 Memulai
43 Hari yang berbeda
44 Tidak berarti
45 Berdebar
46 Rencana dan pertengakaran
47 Menjaga jarak
48 Mungkin sudah waktunya
49 Berubah sebelum menyesal
50 Berkencan
51 Untuk pertama kali
52 Masih belum selesai
53 Yara dan Yama
54 Alasan pergi
55 Berbeda rasa
56 Memberi kabar bahagia
57 Bertemu masa lalu
58 Memulai rencana
59 Merasakan cemburu
60 Keras kepala
61 Tak sengaja bertemu
62 Menjadi satu
63 Semakin dingin
64 Kekecewaan terbesar
65 Tidak mau
66 Kepanikan
67 Kabar mengejutkan
68 Berbaikan
69 Menutupi aib suami
70 Waktu dengan sahabat
71 Mengungkapkan rasa
72 Peraturan baru
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Hari bersejarah
2
Bidadari bersayap
3
Gedung Yang Megah
4
Meltin Grub
5
Gadisku
6
Mulai mendekati
7
Harta bukan segalanya
8
Perhatian Kecil
9
Menjodohkan
10
Teman lama
11
Tugas bersama
12
Sebuah kesalahan
13
Hanya milikku
14
Mengukir kenangan
15
Perdebatan
16
Ancaman
17
Memberi tahu
18
Pertama dan Terakhir
19
Ada yang berbeda
20
Membuktikan perkataan
21
Membatalkan
22
Hari pertunangan
23
Undangan
24
Akan mencari tahu
25
Bertemu
26
Fakta yang sesungguhnya
27
Benar benar berakhir
28
Kebahagian diatas kepedihan
29
Punggung bertato
30
Rindu yang salah
31
Kisah masa lalu
32
Model gratis
33
Tidak sengaja
34
Pertemuan tidak terduga
35
Menghitung kata
36
Peraturan
37
Tugas suami dan istri
38
Menjadi model
39
Pria gila
40
Kebaikan mereka.
41
Mengusir kejenuhan
42
Memulai
43
Hari yang berbeda
44
Tidak berarti
45
Berdebar
46
Rencana dan pertengakaran
47
Menjaga jarak
48
Mungkin sudah waktunya
49
Berubah sebelum menyesal
50
Berkencan
51
Untuk pertama kali
52
Masih belum selesai
53
Yara dan Yama
54
Alasan pergi
55
Berbeda rasa
56
Memberi kabar bahagia
57
Bertemu masa lalu
58
Memulai rencana
59
Merasakan cemburu
60
Keras kepala
61
Tak sengaja bertemu
62
Menjadi satu
63
Semakin dingin
64
Kekecewaan terbesar
65
Tidak mau
66
Kepanikan
67
Kabar mengejutkan
68
Berbaikan
69
Menutupi aib suami
70
Waktu dengan sahabat
71
Mengungkapkan rasa
72
Peraturan baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!