RUMAH PANTI BERSAMA ORANG ASING?
Sepasang kaki baru saja melangkah setelah turun dari dalam mobil polisi. Seorang pria yang melepaskan kacamatanya, menatap seraya menguyah permen karet favoritnya.
“Kondisi yang parah.” Gumam pria itu yang kini berkacak pinggang. Robbie memutuskan masuk ke toko Aren Alberto yang masih terlihat hangus akibat ledakan yang terjadi di sana.
Tanpa seorang teman, pria berkepala tiga itu memasukinya dan mencoba mengecek sendiri lokasi kejadian pembunuhan yang akan dia tangani. Kondisi yang sangat parah, semuanya hancur dan hitam, tidak ada bukti apapun di sana. “Pembunuh yang berdarah dingin.” Ucap Robbie yang masih berjalan-jalan di dalam toko tersebut hingga dia mencoba ke tempat listrik.
Keadaan yang sama hangusnya, namun ada satu yang Robbie lihat. Sebuah kabel listrik yang diputus secara sengaja oleh seseorang, bukan karena ledakan. Robbie tersebut miring seusai dia menyentuh kabel tersebut.
“Ayo kita ke lokasi kedua.” Ujar pria berjaket hitam dengan lengan panjang terlingkis itu kepada sopir berseragam polisi yang setia menunggunya di dalam mobil.
...***...
Setelah menempuh perjalanan jauh, kini mobil Tobias baru saja memasuki sebuah taman yang luas dan berhenti tepat di depan sebuah rumah panti asuhan berpagar kayu putih. Daun di sana terlihat warna cokelat dan orange, serta berguguran indah, setengah dari pohon di sana juga sudah membentuk ranting sahaja.
“Terima kasih!” Sarah tersenyum pada Tobias yang baru saja menurunkan koper kecilnya.
Terlihat wajah bahagia Sarah yang nampak sangat merindukan rumah pantinya. Berbeda dengan Tobias yang kini nampak penuh sesal. “Oh, aku sangat merindukan tempat ini Tobias! Aku tidak sabar memberikan kejutan tentang pernikahan kita kepada mereka!” seru Sarah tak bisa mengendalikan dirinya.
“Ayo!” wanita itu menarik tangan kekasihnya, namun Tobias menahannya hingga Sarah mulai bingung.
“Ada apa?” tanya wanita itu yang kini hilang senyuman.
“Maafkan aku Sarah. Aku tahu aku sudah berjanji akan menemanimu tiga hari di sini, tapi aku tidak bisa karena harus mengurus kasus pembunuhan itu.” Jelas Tobias sungguh tak ingin mematahkan hati wanitanya.
Mendengar hal itu, perlahan tangan Sarah melepaskan gandengannya. Memang benar tidak pernah melarang Tobias untuk jauh dari pekerjaan nya. Tapi jika seperti ini terus bagaimana jadinya setelah pernikahan?
“Sarah dengarkan aku— ” Tobias mencengkram ringan lengan Sarah dan menatapnya lekat.
“Aku sangat menyesal, tolong maafkan aku. Aku tahu aku menyakiti kepercayaan mu. Tapi aku berjanji ini yang terakhir.” Jelas Tobias terlihat gelisah dan takut jika Sarah sampai marah padanya.
Wanita itu selalu diam dan mengalah setiap kali Tobias melanggar janjinya berulang kali, dan selalu berakhir seperti saat ini. Tidak ada waktu tenang untuk kebersamaan mereka berdua. Padahal Sarah sudah menyiapkan sesuatu yang indah di sana.
“Sarah... ”
Sarah tersenyum tipis, menahan air matanya sebisa mungkin agar dia tak menyakiti perasaan Tobias. Dia tidak ingin menjadi egois walaupun Tobias selalu saja bersikap egois, namun Sarah tak ingin melakukan hal yang sama jika ingin hubungan mereka baik-baik saja.
“Pergilah! Aku baik-baik saja di sini!”
“Sarah aku minta maaf.. ”
“Tidak Tobias. Ini hanya kesalahan tak disengaja, lagipula aku sudah mengatakannya padamu... Tangkap para pembunuh itu, aku akan selalu mendukungmu!” dengan senyumannya yang menutupi wajah sedihnya, Sarah berhasil mengelabui Tobias.
Pria itu tersenyum tipis dan sangat beruntung memiliki kekasih pengertian seperti Sarah. Tanpa kenal tempat, Tobias mengecup bibir kekasihnya dan memberinya lumatan kecil.
“Jaga dirimu baik-baik!” kata Tobias mengusap lembut kepala Sarah dengan penuh sayang. Wanita itu hanya mengangguk dengan senyuman kecilnya namun kedua matanya mulai berkaca-kaca.
Tak lama Tobias pergi dengan mobil yang sama. Sementara Sarah, wanita itu masih menatap kepergian Tobias dengan kekecewaan bahkan tanpa terasa dia meneteskan air matanya. Jujur saja, dia sangat kecewa dengan sikap Tobias.
“Kenapa kau tidak mengatakannya sejak awal?” lirihnya. Dia bukan wanita yang egois, hanya saja Tobias selalu tidak bisa menyempatkan dirinya dengan hal dan waktu pribadinya. Bahkan Sarah sendiri bisa melakukannya meski ada jadwal operasi, dia tetap menyempatkan diri menemui Tobias jika pria itu membutuhkannya.
Tapi tidak dengan Tobias.
“Tidak ada gunanya menangisi seseorang yang tidak pasti, dokter!”
Mengenali suara itu, Sarah langsung menoleh ke kanan. Kesedihannya sekejap menghilang saat melihat kehadiran seseorang yang tidak dia inginkan sama sekali di sana.
“Aku tidak percaya ini..” Sarah benar-benar tak tahu lagi harus memperjelas bagaimana kepada pria yang saat ini berdiri di depannya.
Pria tampan berkaos hitam jaket cokelat dan rambut yang selalu rapi. Jaket dan manik matanya terlihat sangat cocok sekali.
Sarah menatapnya marah dan kesal seperti biasanya. “Aku tidak pernah bertemu orang segila dan keras kepala sepertimu.” Ujarnya terdengar jelas. Luca menerimanya dengan senang hati.
pria itu berjalan lebih dekat ke arahnya, dan Sarah tentu saja waspada dan tak ingin lagi masuk ke jebakan pria gangster itu.
“Kabar baiknya, aku bisa menemanimu. Tidak seperti polisi itu Sarah.” Wanita berambut panjang terurai itu terdiam seketika.
“Aku tidak membutuhkan mu. Pergilah.” Sarah tak ingin berdebat dan tak ingin lagi bertemu dengannya, apa Luca sama sekali tidak mengerti? Ya! Tentu saja dia mengerti, tapi dia terlanjur dimabuk oleh cintanya sendiri.
Dengan wajah judesnya, Sarah berbalik dan enggan mendengarkan Luca apalagi melihat wajah tampannya.
“Hei!” panggil Luca membuat Sarah berbalik dengan malasnya.
“Sarah??” tiba-tiba suara seorang wanita terdengar lembut membuat Sarah sontak langsung berbalik dan mengakhiri pertengkaran nya sejenak dengan pria gangster menyebalkan itu.
Seorang wanita tua dengan bandana dan dress ala Italia tersenyum lebar ke arahnya seolah menunggu balasan Sarah.
“Bibi J.J?!” tebak Sarah yang juga mengenalinya. Wanita tua itu mengangguk hingga Sarah refleks langsung memeluknya erat, begitu juga dengan bibi J.J yang nampak merindukan Sarah.
J.J, dia orang pertama yang menemukan Sarah di jalanan dan orang pertama yang membawanya ke rumah panti asuhan. Puas melepaskan rindu.
“Kau semakin cantik Sarah! Sudah berapa tahun kita tidak bertemu?!” bibi J.J terus mengamati Sarah dari atas ke bawah.
“Ayo masuk! Semuanya sudah berubah di dalam!” ajaknya namun hendak mengajak Sarah pandangan bibi J.J tertuju ke arah pria yang sedari tadi berdiri di belakang Sarah.
Menyadari akan keberadaan Luca yang masih di sana, Sarah sedikit gelisah.
“Apa dia kekasihmu?”
Luca hanya tersenyum miring penuh ejekan ketika dia menatap ke arah Sarah yang hanya tersenyum remang.
“Bu-bukan Bibi. Dia.. Dia... Hanya— teman.” Jawab Sarah memelankan suaranya di akhir kata teman. Wanita itu juga sedikit menutupi kegugupannya. Bibi J.J mengangguk paham lalu menyuruh mereka berdua masuk.
Melihat wanita tua itu sudah masuk lebih dulu, Sarah menatap tajam ke arah Luca yang dengan senang hati membawakan koper miliknya, namun wanita itu malah menyahutnya kembali.
“Aku tidak butuh bantuan mu. Setelah perkenalan tadi sekarang pergilah, cepat.” Usir Sarah memelankan suaranya agar tak terdengar oleh ibu pantinya.
“Permisi— ”
“Hahhh— apa yang kau lakukan?” wanita itu menghentikan aksi Luca yang hendak memanggil bibi J.J dengan santainya. Terlihat sekali wajah ketakutan Sarah.
“Aku hanya ingin pamit saja. Kenapa kau khawatir Nona?!” sungguh pria itu membuat Sarah darah tinggi. Ketakutannya akan Luca yang seorang gangster lama-lama menjadi hilang dan hanya terpenuhi dengan kekesalan saja.
“Permisi Bibi J.J.” panggil Luca. Sarah tak tahu harus bereaksi bagaimana, dia sangat takut jika Luca berbicara yang aneh-aneh.
“Iya?”
“Aku harus pergi!” pria itu tak banyak basa-basi.
“Pergi? Why?”
“Dia menyuruhku pergi jadi aku harus menurutinya.” Mendengar hal itu Sarah menganga tak percaya. pria itu benar-benar membuatnya terlihat buruk di mata bibi J.J.
“Kenapa kau menyuruhnya pergi? kalian bisa sama-sama masuk, ayo!”
Kegugupan menjalar di tubuh Sarah, dia tak bisa berkata-kata lagi dan hanya pasrah dengan menahan emosi di ubun-ubun nya karena satu pria. Luca menoleh ke arahnya seraya tersenyum licik.
“C'mon baby!” ucap pria itu padanya tanpa rasa bersalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Erna Wati
haaahh luca buat org jantungan muncul tb²
2024-10-24
1
Nur Bahagia
tengil banget ini si Luca 🤣
2024-09-29
2
Nur Bahagia
wow kepala nya ada 3 🤭
2024-09-29
1