DOAM — BAB 06

PEMBUNUHAN PERTAMA – AREN ALBERTO

“Beritahu kepada yang lainnya. Jika para konglomerat itu masih menghalangi jalan kita, maka bunuh saja mereka.” Sebuah perintahan langsung dari bos gangster yang kini memasang wajah kekesalannya.

Bagaimana tidak kesal! Para orang kaya itu semakin semena-mena. Luca melakukan bisnisnya yang ilegal mencoba menyepakati kerjasama dengan orang-orang kaya yang nakal itu, namun mereka malah mencoba mengkhianatinya dari belakang.

“Baik bos! Anggap saja semuanya beres.”

Tak berselang lama, mereka semua berpencar. Pria tampan yang merupakan bos gangster itu masih berdiri di tempatnya sambil berkacak pinggang. Mata cokelat lumpurnya menyoroti pemandangan di depannya seraya menghela napas panjang.

“Dasar orang-orang bedebah!” gumam Luca menyeringai muak.

...***...

Suara musik klasik berpadu terompet mengalun dengan indah di cafe terbuka. Sarah dan Tobias memutuskan akan menghabiskan waktu bersama, mengingat siang tadi Tobias tak bisa datang karena panggilan mendadak dari kantor pusat hingga membuat Sarah sedikit kecewa.

“Sekarang kau memaafkan ku?!” pria tampan berambut pirang kecokelatan itu tersenyum lebar sambil memegang tangan Sarah di atas meja. Meja indah juga sudah disiapkan khusus untuknya.

“Hm! Aku maafkan karena kau sudah menggantinya!” jawab Sarah ikut tersenyum puas. Tobias merasa lega karena mendapat kata maaf dari kekasihnya, jika tidak... Maka dia akan gila.

“Oh, iya. Soal gangster itu— ”

“Lupakan dia Tobias. Aku sangat tidak menyukainya.” Selah Sarah sambil mengerutkan bibirnya dengan tatapan malas.

Setelah kejadian foto tersebut, tentu saja Sarah benar-benar kesal terhadap pria bernama Luca itu.

“Kenapa? Apa dia melakukan sesuatu? Katakan padaku, biar aku yang akan menangkapnya.” terlihat sekali tekad dan amarah Tobias. Sarah menggeleng pasrah, sungguh— dia tidak mau mendengar nama pria Luca itu lagi. Dia memang tampan tapi dia seorang kriminal.

Tobias sebagai pria dia pasrah dan mengikuti kemauan Sarah. Mereka membicarakan hal lainnya seperti pernikahan yang akan datang. Tapi tiba-tiba salah satu pelayan datang dengan membawa sebotol minuman anggur.

“Maaf, tapi kami tidak memesannya.” Ucap Sarah tersenyum heran ke pelayan tadi.

“Ini gratis untuk Anda. Seseorang mengatakan bahwa dia bahagia setelah melihat wajah Anda nyonya!” jelas pelayan pria itu. Sarah dan Tobias bertambah kebingungan.

“Tolong kau ambil saja. Kami tidak butuh.” Tolak pria berkaos biru tua itu kepada pelayan tadi.

“Tapi— ”

“Hei, kau tidak dengar? Kau ambil saja, kami tidak butuh.” Kesal Tobias hampir saja menantang pelayan tadi, untungnya Sarah langsung meraih tangan pria itu dan membuatnya duduk kembali dengan tenang.

“Ada apa denganmu?? Mungkin itu hanya sebuah hadiah biasa!” ujar Sarah membelai pipi Tobias sambil menatapnya penuh kepanikan.

Tetap saja, Tobias benar-benar tidak suka dengan penjelasan dari pelayan tadi. Bagaimana bisa seseorang mengatakan bahagia setelah melihat wajah kekasihnya?

“Lupakan saja! Aku tidak ingin momen kebersamaan kita rusak, jadi kita nikmati saja okay!” ucap Sarah mencoba membujuk kekasihnya. Mau tak mau, Tobias akhirnya mendengarnya juga.

Keadaan kembali tenang, dan kini mereka berdua kembali saling bertukar cerita. Sementara di kursi lainnya, terlihat seorang pria menikmati pertengkaran kecil tadi seraya membawa gelas berisi wine yang ia teguk.

...***...

“Halo, apa kabar kawan!” sapa seorang pria tua yang baru saja tiba di tempat pertemuan. Dua di antaranya sudah datang terlebih dahulu.

“Ayo duduklah! Sudah lama kita tidak sering berkumpul lagi!” ucap pria berambut hitam dengan kacamata. Mereka bertiga sama-sama duduk di sebuah sofa panjang sambil menikmati hidangan minuman yang sudah disediakan.

Pria tua yang baru saja tiba itu mencoba mencari keberadaan seseorang yang masih belum datang.

“Dimana Tobias dan Aren?”

Sambil menuangkan minuman ke gelas, pria berkemeja putih dengan kancing sedikit terbuka itu menjawabnya. “Tobias masih berkencan, dan Aren... Pria itu berada di toko barunya yang akan buka besok!” jelasnya sambil tertawa.

.

.

.

Tepat di sebuah kota Verona yang cukup padat. Jam menunjukkan pukul 08:13 PM.

Seorang pria berkemeja hitam tengah memeriksa produk-produk keluaran terbarunya di sebuah toko baru yang akan dia buka besok. Ya! Dialah Aren Alberto, pengusaha elektronik yang saat ini berada di tokonya sendirian.

“Semuanya berjalan lancar seperti biasa!” gumamnya penuh kesenangan. Tiba-tiba lampu di sana meredup hingga keadaan menjadi gelap gulita.

Aren yang berada di sana sangat panik dan mulai menyalakan senter di ponselnya, mencoba mencari pintu keluar di sana. “Shit!” umpatnya kesal. Di saat dia memeriksa malah tokonya bermasalah, tapi itu semua salah.

Ketika senternya mengarah ke sisi kanan tiba-tiba terlihat seorang pria sudah berdiri di dalam toko tersebut tepat di depannya. pria berjaket merah dengan kaos hitam menatap tajam penuh dendam.

Kedua mata Aren terbelalak melihat pria tersebut hingga dia berjalan mundur dengan wajah ketakutan. Sementara pria misterius itu mulai menariknya dan memukulnya hingga ponsel Aren terjatuh dan pecah.

Brugg!!! Brugg!! pukulan demi pukulan pria berjaket itu berikan kepada Aren yang merupakan seorang pengusaha ternama di Italia. Wajahnya berlumur darah, tubuhnya terbanting keras di lantai hingga produknya rusak berserakan.

Dengan tubuh gemetar, Aren merangkak demi mengambil sesuatu untuk di buat senjata, namun pria berjaket itu menarik kakinya dengan sangat kasar, lalu memukul tepat di ulu hatinya hingga darah muncrat dari mulut pria malang itu. “AAKKGGHHH!!!!” Teriakan Aren terdengar melengking di kegelapan toko.

Siapa yang menyangka bahwa dia akan mengalami nasib buruk malam ini.

Kesadarannya hampir hilang, tangisan mulai terdengar, ketakutan mulai dia rasakan ketika seorang wanita cantik berjaket merah dengan tank top hitam sebagai dalamannya. Wanita itu berdiri tepat di atas kepalanya, menatapnya penuh amarah, tatapan yang sangat datar dan sama seperti pria yang memukulinya.

Saat itulah Aren menyadari kesalahannya dan memohon sebisa mungkin sebelum kedua orang tadi membunuhnya.

“Please!! Ma-maafkan aku... Tolong le-lepaskan ak-aku... Hahh— aku mohon.” Wanita itu langsung menjambak rambutnya dan memiringkan kepalanya lalu memberinya suntikan narkoba dosis tinggi di leher Aren.

Aren langsung merasakan tubuhnya lemas dan teler. Saat itulah, wanita berjaket merah tadi menatap ke arah pria berjaket merah yang juga adalah rekannya. Mereka berdua saling mengangguk kecil memberikan isyarat masing-masing.

Tak butuh waktu lama, sang pria langsung menalikan sebuah tali di leher Aren. “Hahh— ak-aku... Le-lepaskan....” Tak menghiraukan rengekan Aren, tanpa belas kasih pria itu menjerat lehernya.

Wanita yang menyuntiknya tadi hanya berdiri memandanginya dengan penuh kebencian.

Setelah lehernya terjerat, Aren diseret dalam posisi terbaring di atas lantai. Pria misterius tadi berlari cepat menarik tali yang dia bawa di bahunya hingga menembus jendela kaca, Pyarrr!!! seolah tubuhnya tak merasakan sakit. Tali yang sudah dia sampirkan di sebuah tiang atas mulai menarik tubuh Aren hingga pria malang berpakaian jas itu tergantung dan tewas seketika karena jeratan di lehernya cukup kuat. “Akkhhh— ” kedua matanya terbuka lebar dan tubuhnya melemas.

Dari luar jendela dimana jaraknya tak terlalu jauh, pria berjaket merah itu masih memegangi tali yang menjerat leher Aren dengan tangannya yang kuat menahan beban tubuh Aren. Sebuah dendam besar terlihat di mata kedua orang berjaket merah tadi, baik si wanita maupun pria.

Setelah misinya selesai, keduanya menatap jasad Aren yang tergantung di jendela tokonya dengan ekspresi datar namun penuh kepuasan.

...***...

Senyuman Sarah tanpa hentinya terpancar ketika Tobias terus memberinya lelucon serta gombalan kecil. Namun semuanya sirna ketika ponsel Tobias berdering.

“Sebentar.” Ucapnya kepada Sarah karena harus mengangkat telepon nya.

[“Ya?”]

[“Ada pembunuhan di toko elektrik Aral. Seseorang membunuhnya. ”] Deg! Tobias terkejut mendengar kabar tersebut. Aren adalah seorang pengusaha, siapa yang berani membunuhnya?

Melihat ekspresi Tobias yang sangat serius membuat Sarah ikut penasaran.

“Aku harus pergi Sarah, maaf.” Pria itu berdiri dari duduknya.

“Sesuatu terjadi?” tanya Sarah ikutan panik.

“Ada pembunuhan brutal di sebuah toko.” Jawab Tobias menatap lekat wajah kekasihnya yang kini ikut terkejut mendengarnya. Itu akan menjadi tranding topik besok.

Saking syoknya, Sarah sampai melamun.

“Maafkan aku... ” Tobias mencium pipinya lalu pergi meninggalkan Sarah yang masih berdiri menatapnya dengan khawatir.

Terpopuler

Comments

Mariana Mahulaw

Mariana Mahulaw

mungkin

2024-05-26

2

Sthefha LoeBiez OzieXzz

Sthefha LoeBiez OzieXzz

Dendam ???
apa mungkin di bab awal ini wanita dan pria yang diserang secara brutal

2024-04-18

4

Rifa Endro

Rifa Endro

dendam

2024-04-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!