WANITA YANG MENCURIGAKAN
“Kau sudah melihat berita pembunuhannya?” tanya Tobias kepada Sarah. Wanita itu mengangguk, bagaimana tidak? Berita hot seperti itu cepat sekali menyebar. Bahkan Sarah akui bahwa itu adalah pembunuh brutal.
“Menurutmu... Apakah dia bunuh diri?” sebuah pertanyaan yang sedikit aneh, namun Sarah tak heran jika kekasihnya itu meminta jawabannya. Mungkin saja jawabannya bisa membantu.
“Aku... Kurang pasti! Sebuah suntikan menjadi tanda tanya. Kenapa seseorang harus menyuntikan lehernya sendiri jika dia bisa memakainya lewat mulut dan hidung seperti kebanyakan orang lakukan.” Jawab Sarah seraya berpikir dalam sudut pandangnya.
“Aku rasa itu bukan bunuh diri Tobias. Dia di bunuh. Apa sang korban punya musuh sebelumnya?”
Tatapan Sarah penuh tanda tanya serta penasaran. Tobias jadi ikut memikirkan ucapan Sarah. “Aku rasa tidak.” Ucapan dan ekspresi Tobias menunjukkan ketidak samaan. Sebagai seorang dokter, Sarah juga pandai membaca mimik wajah seseorang.
...***...
Sebuah langkah kaki ringan menelusuri jalanan setapak. Seorang wanita dengan rambut keritingnya yang tergelung tak karuan, tindik di hidung bak orang India, beserta tatto mawar lebar di bahu hingga ke lengan kanannya.
Wanita itu berjalan masuk ke sebuah bengkel tua dengan membawa tumpukan koran baru. Bregg!! Koran-koran tersebut baru saja dia letakkan di atas meja. “Koran terbaru, sebagian ada yang lama. Tapi ini akan sangat membantu.” Jelas wanita bergaya nakal itu kepada seorang pria berkaos hitam, berkulit eksotis nan tampan.
Kedua orang tadi sama-sama menatap ke sebuah papan yang sudah full dengan kertas-kertas koran serta foto-foto seseorang seperti target. Jangan lupakan juga benang merah, kuning dan biru sebagai petunjuk arah atau urutan di papan tersebut.
“Di mana dia?” tanya wanita tadi kepada sang pria.
“Mencari informasi.”
.
.
.
Bahkan setelah dia mencoba melakukan kegiatan pun, Sarah tak bisa berhenti memikirkan sosok wanita misterius yang menatap ke arah jendelanya. Dia ingin sekali mengadu ke Tobias, tapi melihat kekasihnya sangat sibuk dengan kasus pembunuhan— tentu saja Sarah mengalah dan memilih menutupinya.
Wanita cantik itu berjalan di keramaian orang yang juga melintasi pinggir jalanan, sehingga nampak sekali padatnya akan penduduk Verona. Sebuah bingkisan dikantong cokelat juga ia bawa dengan tangan kirinya.
Langkah Sarah berhenti ketika lampu merah untuk para pejalan kaki yang hendak menyebrang. Saat lampu hijau mulai terlihat, orang-orang mulai menyebrang jalan sementara para pengendara berhenti untuk memberikan waktu seperti yang sudah terjadi setiap harinya.
Sarah yang fokus ke depan, langsung refleks menoleh ke belakang tepat di saat dia berpapasan dengan wanita yang sama seperti yang dia pikirkan. Seorang wanita dengan jaket merah, tapi kali ini dia memakai jaket hitam dengan topinya. -‘Itu wanita yang sama. Siapa dia? Aku seperti pernah melihatnya.’ Batin Sarah hingga mengernyitkan dahinya. Tinn!! Tinnn!!!
Suara klakson mobil sudah berbunyi, tetapi Sarah masih melamun dan terus memandangi punggung wanita misterius itu yang sudah menjauh darinya. Tinnnn!!!!
“Hey, awas!” teriak seorang pria yang langsung menarik lengan Sarah hingga wanita itu jatuh dalam pelukannya.
Sarah terkejut dan hampir hilang akal. Untung saja seseorang menyelamatkannya.
“Terima kasih— ” Wanita itu terkejut melihat Luca lagi-lagi ada di sisinya, mengikutinya.
“Kau mengikuti ku lagi?” seketika suara Sarah berubah menjadi ketus.
“Jika aku tidak mengikutimu, maka kau sudah terbaring di tengah jalan dengan berlumuran darah.” Ejeknya memang fakta. Tak ingin berjumpa dengannya, Sarah memilih pergi saja namun Luca menahan tangannya.
“Lepaskan aku, atau aku akan berteriak.” Ancam Sarah menatap tajam ke pria sialan itu.
“Teriak lah! Aku akan mengatakan bahwa kau kekasihku. Apa yang bisa orang-orang lakukan?!” ancam balik Luca lebih cerdik darinya. Wajah Sarah sudah terlihat marah, untuk pertama kalinya dia mendapati pria sialan seperti Luca.
“Sampai kapan pun aku tidak akan mau menjadi wanita mu. Apa ucpanku kurang jelas.” Jelas Sarah menekan disetiap kalimatnya.
“Dan tidak ada seorang pun yang pernah menolak ku. Jika saja aku tidak bertemu denganmu, mungkin aku tidak akan terpincut olehmu Dokter!” Sekarang Luca memberikan senyuman miringnya penuh kenakalan.
Seketika Luca melepaskan tangan Sarah begitu saja. “Aku tahu apa yang kau perhatikan saat ini! Katakan pada polisi itu, jangan menyelidiki ku tanpa bukti. Atau aku akan memperhitungkan semua itu.” Setelah mengatakannya, Luca pergi begitu saja menaiki motornya dengan memakai helm hitam.
Pria itu suka sekali memakai motor, bukan berati dia tidak memiliki mobil, hanya saja memakai motor lebih bebas bergerak, apalagi untuk membuntuti seseorang.
Melihat kepergian Luca, entah kenapa Sarah seperti kurang nyaman dan ada banyak sekali yang ingin dia tanyakan kepada pria itu. Ucapan Luca barusan, seakan-akan dia tahu tentang sesuatu yang saat ini dia pikirkan.
“Dasar pria aneh.”
...***...
“Aku masih belum percaya kalau Aren mati lebih dulu.” Ucap seorang pria tua berjas abu-abu dengan kalung perak di lehernya. Pria itu meneguk segelas bir, mencecapnya sekilas lalu bersandar di punggung sofa.
“Kenapa? Apa karena usiamu lebih tua dari kami!” canda seorang pria lainnya yang memakai kacamata.
Di ruangan kantor, hanya ada dua orang saja yang memilih lembur di sana. Meski perusahaan tersebut milik si pria tua tadi, sementara pria yang satunya lagi hanyalah berkunjung saja, sekedar menemani.
Mendapat balasan seperti itu, seketika pria tua tadi melirik tajam ke temannya.
“Ayolah Andriano! Aren sudah tenang di sana.” Pria kacamata itu baru saja menuangkan minuman untuknya.
“Tapi aku cukup terkejut. Siapa orang yang tega membunuhnya sebrutal itu.” Lanjut pria tadi ikut bersandar.
“Entahlah. Bagaimana dengan putramu? Aku dengar dia memenangkan sains nya.” Pria berambut putih namun masih terlihat keren itu mulai bertanya dengan senyuman tipis. Dialah Andriano Benito (40th), seorang pengusaha tambang emas yang sudah memiliki banyak toko emas di berbagai penjuru dunia.
“Dia memang pandai sepertiku! Bagaimana denganmu?”
“Aku dan istriku berniat mengadopsi seorang anak di panti asuhan Gereja!” jawab Andriano tersenyum kecil. Tak perlu bertanya lagi alasan pria itu memilih mengadopsi anak di panti asuhan Gereja karena dia memanglah taat agama.
Ting!!!
“Lihat! Baiklah aku harus pulang karena istri dan anakku sudah menungguku.” Pamit pria berkacamata itu beranjak dari duduknya, bersalaman ala pria.
“Behati-hatilah... Mungkin saja kau target selanjutnya!”
“Cazzo!” umpat Andriano dalam bahasa Italia.
Kedua pria itu tertawa bersamaan setelah mengatakan lelucon barusan. “Aku pulang dulu ya! Dah!!”
...***...
Sarah membuka matanya, pada saat itulah dia terkejut melihat kedua orangtuanya dan kakaknya. Seolah tak terjadi apapun kepada mereka, senyum dan tawa terlihat kembali.
Wanita itu hampir menangis bahagia ketika dia bisa merasakan kembali kebahagiaan bersama keluarganya, meski itu mustahil karena dia masih balita waktu itu. Kesedihan Sarah pudar disaat ibunya yang cantik itu menoleh ke arahnya.
“Kau mau ke mana Sarah? Apa kita harus pergi ke Zoo seperti yang kakakmu pinta?!” tanya ibunya yang masih dalam posisi duduk di kursi depan.
Tak bisa menjawabnya dan hanya kaku seolah dia terpaku dan hanya bisa melihat saja adegan tersebut. “Ayo katakan!” paksa sang ibu masih tersenyum. Dia ingin sekali menjawabnya, namun bibirnya kaku hingga Sarah kebingungan harus melakukan apa.
“Sarah! Ibumu bertanya, ayo jawablah!” ujar sang ayah. Pria berkacamata, berkulit putih yang memiliki hati begitu lembut dan sangat baik. Setetes air mata mengalir dari pipi Sarah, bibirnya sedikit terbuka karena dia ingin sekali berteriak.
Tanpa diduga, mobil yang dikendarai ayahnya lepas kendali sehingga suara mesin berbunyi begitu melengking. “Ada apa? Kenapa dengan mobilnya??” panik seorang wanita yang duduk di kursi depan. Suara tangis mulai terdengar dari kakak Sarah yang duduk di sampingnya, sementara ayahnya berusaha mengendalikan setir mobilnya namun gagal.
Sarah menggeleng seraya menangis. “No...”
“Aaaaaaaaaaa— ”
Chhiiiiiiiiiiiiittttttt!!!!!! Bruakkkk!!!
Mobil putih itu terbalik begitu saja karena bantingan dari setir mobil. Sarah terlempar keluar sementara tiga orang lainnya masih berada di dalamnya. Tidak ada luka, hanya rasa sakit di bagian tubuhnya. Cepat-cepat wanita itu ingin menyelamatkan keluarganya dari dalam mobil, namun....
Seketika ledakan keras terjadi di mobil keluarganya. “Tidakkkkk!!!!
.
.
“Hahh— ” Sarah terbangun dengan peluh membasahi wajahnya. Sebuah mimpi yang cukup nyata. Mimpi yang sama, seperti saat keluarganya tewas, namun yang membuat perbedaan adalah dirinya yang masih kecil dan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Yune Z
capek aca nya ga ada namanya prìa kacamata wanita rmbt kriting hadeuh pusing
2024-10-11
1
Nur Bahagia
ini dan apa Thor.. ga ada kelanjutan nya 🤭
2024-09-29
1
Nur Bahagia
andriano taat agama.. btw dia ikutan ga ya wkt mukulin grey 8 thn lalu? 🤔
2024-09-29
2