NYAWA TERANCAM
Luca menatap ke lengannya yang sudah diperban sangat rapi, dan kini, Sarah mulai ragu jika harus membersihkan darah di dahi pria tersebut. Menyadari akan hal itu, tentu saja Luca yakin, bahwa dia yang merupakan bos gangster rupanya banyak ditakuti oleh orang-orang.
“Lakukan.” Pinta pria itu berwajah datar dengan suara beratnya.
Sarah yang sudah menahan ketakutannya dari tadi, mulai menggerakkan kembali tangannya, membersihkan sisa darah di dahi Luca. Sementara pria tampan berkulit putih itu masih fokus ke depan. Sampai ia mencengkram pergelangan tangan Sarah.
“Kau. Apa yang— ”
Melihat Luca menoleh ke arahnya dengan senyum licik, tentu saja Sarah mulai bertambah ketakutan. Tiba-tiba pria itu melepaskan kembali tangannya, berdiri lalu berjalan ke arah lainnya setelah mengambil sesuatu di dalam laci dan kembali duduk di semula.
Sarah mengerutkan keningnya ketika dia melihat sebuah kertas dan pena yang baru saja bos gangster itu letakkan.
“Aku belum menjawab pertanyaan mu. Namaku Lorenzo de Luca, cacat itu dan anak buah ku akan datang ke rumah sakit untuk membayar tagihannya.” Jelas pria bernama Luca tersebut.
Wanita berponi nan cantik itu nampak kebingungan dengan semua itu, kalau dia sebenarnya sudah tahu maksudnya, tapi... Sebisa mungkin Sarah menghindarinya.
“Kenapa... Seperti itu? Aku, aku bisa mengingatnya dan akan mengatakannya sendiri di rumah sakit.” Balas Sarah masih terlihat sangat gugup.
Seketika Luca tertawa lepas, giginya yang putih nampak sekali aura ketampanannya saat sedang tertawa lepas. “Aku membawamu datang kemari bukan tanpa alasan!”
“Lalu untuk apa? Penculikan dan tindakan kriminal. Kau bisa dihukum berat atas semua perbuatanmu.”
Senyuman dan tawa Luca hilang dalam sekejap, bersamaan dengan tangannya yang menyentuh tengkuk Sarah lalu mendekatkan wajahnya ke wajahnya sehingga mereka saling beradu pandang dengan jarak yang sangat dekat. Sarah menekan ludahnya seraya membuka matanya lebar-lebar.
“Para polisi bodoh itu bahkan tidak bisa menangkap ku. Bagaimana mereka bisa menghukum ku?!” ucapnya terdengar dingin.
Sarah mencoba melepaskan tangan Luca dari lehernya, namun tak bisa. Pria itu semakin dekat dan dekat, lalu berbisik tepat di telinga Sarah. “Jadilah wanitaku. Maka kau akan mendapatkan ketenangan!” ucapnya tanpa rasa malu.
Mendengar hal itu Sarah tak habis pikir akan ada pria sepertinya.
“Aku tidak akan mau menjalin hubungan dengan seorang kriminal sepertimu.” Ucap Sarah langsung jujur.
Luca tersenyum miring. “Aku terima pujian itu!” pria tersebut kembali memberikan jarak sehingga Sarah merasa lebih lega dan lebih bisa bernapas.
Wanita itu terdiam untuk sesaat, sedang terpikirkan olehnya. -‘Aku harus tetap tenang.’ ujarnya dalam hati mulai mencoba releks. Luca menoleh, menatap ke arah Sarah yang masih diam seakan tengah merancang sesuatu.
“Cepat tulis atau aku memperkosa mu.” Ancam Luca menuangkan botol minuman ke gelasnya lagi. Tak bisa berkutik, Sarah menuliskan nama Luca, setelah selesai, dia berdiri menatap ke Luca dengan lekat.
“Aku ingin ke toilet.”
Seketika tatapan pria itu seperti tajam dan curiga. Sarah menyelipkan rambutnya yang berantakan ke belakang telinganya, menutupi kegugupannya hingga Luca memberikan izinnya.
“Akan aku antar.” Ucapnya langsung membuat Sarah berdebar.
“Tidak usah... Maksudku— apa kau mau mengantar wanita ke toilet. Apa kau pria mesum?” celoteh Sarah mencari alasan. pria itu berkerut alis menatap dengan bingung. Seketika dia mulai beranjak dari duduknya, berjalan mendekat ke arah Sarah yang mulai waspada hingga mundur selangkah demi selangkah.
“Jika aku merasa bosan dan lelah karena pekerjaan, maka aku akan membeli wanita sebagai gantinya! Jika kau berkata aku pria mesum maka... ” Sarah terpojok ke tembok, matanya yang indah terus bergerak menelusuri wajah tampan pria yang kini tak berjarak dengannya.
Luca mendekatkan wajahnya hingga hidungnya yang runcing bertabrakan dengan hidung milik Sarah.
“Ucapanmu benar!” pria itu tersenyum nakal. Tangan kirinya bergerak membelai wajah Sarah hingga wanita itu memejamkan matanya.
“Jika kau masuk ke dalam hidupku, maka aku bersiap meninggalkan para wanita itu!” lanjutnya lagi penuh nada sensual.
Tiba-tiba Sarah tersadar bahwa dia sudah memiliki seorang calon suami. Kedua matanya terbelalak dan langsung mendorong Luca ke belakang, menatapnya dengan marah dan jijik.
“Aku sudah memiliki calon suami. Dan aku mencintainya, aku harap kau mengerti maksudku.” Tak ada ekspresi apapun selain wajah tenang tanpa dosa.
“Sekarang biarkan aku pergi ke toilet. Mr. Lorenzo de Luca.”
.
.
.
Kericuhan terjadi di sebuah gedung pertemuan antar para pengusaha. Terlihat seorang pria memakai setelan jas biru tua dengan rambut hitamnya yang rapi serta kulit putihnya, saat ini tengah berpidato menjelaskan produk terbarunya yang akan ia kembangkan di seluruh Asia dan Eropa.
“Tuan Aren! Bagaimana tanggapan mu tentang produk elektronik keluaran terbaru mu. Apakah kau akan memberikan harga di bawah rata-rata? Mengingat ini sudah delapan tahun perkembangan perusahan keluarga Anda!!” canda seorang reporter di sana.
Pria bernama lengkap Aren Alberto (33th) itu tersenyum hingga kedua lesung pipinya terlihat.
“Tentu. untuk harga perkenalan, maka akan diskon besar-besaran dan aku tidak akan merasa rugi sedikitpun!” jawabannya dengan penuh keseruan.
ketika mereka semua sibuk menyorot ke pengusaha ternama Aren tersebut juga tawa menggelagar terdengar ricuh, di sisi lain seorang wanita dengan jaket merah beserta topi jaketnya yang ia pakai menutupi rambut bergelombang nya sebahu.
Tatapan matanya dengan riasan eyeshadow hitam menyorot tajam penuh dendam ke arah pengusaha terkenal itu. Bibirnya yang tipis berpoles lipstik peach mengatup rapat. Tidak ada ekspresi lainnya selain ekspresi datar yang dia tunjukkan. Seakan puas memperhatikan Aren Alberto, wanita itu pergi begitu saja.
Kedua tangan Sarah gemetar saat dia mencoba menekan nomor kekasihnya di ponselnya. Sementara di luar toilet, Luca sedang menunggunya di sana.
“Aku mohon, angkatlah!!!” gumamnya benar-benar panik. Peluh membanjirinya, napas tak karuan semuanya menjadi panas dalam kulit Sarah.
[“Ada apa Sarah?! Kenapa ponselmu mati huh, udah berapa kali aku— ”]
[“Lupakan itu dan dengarkan aku baik-baik Tobias. Aku saat ini berada di kediaman para gangster! Mereka menculikku paksa dengan alasan aku harus mengobatinya.”] Jelas Sarah dengan suara berbisik agar tidak didengar.
Wanita itu terlihat ketakutan dan ingin segera di tolong. Sementara di luar kamar mandi, Luca sudah merasa curiga namun dia pura-pura lugu dan kini hanya tersenyum miring dan berjalan pergi.
Tak berselang lama, Sarah yang mulai keluar dari kamar mandi, dia merasa aneh ketika tidak melihat keberadaan bos gangster itu. “Ini lebih baik, aku bisa keluar— ”
“Hahh— ” Sarah terkejut ketika sebuah pistol tertempel di kepala kanannya, dan seorang pria sudah berdiri di belakangnya seraya merangkul lehernya dengan lengan kirinya yang kekar. Dialah Luca.
“Apa yang kau rencanakan?” bisik pria itu yang kini terlihat serius.
Sarah menggeleng. “Ti, tidak ada... Aku tidak.. Merencanakan sesuatu.” Elaknya walaupun keadaannya mendesak.
Tak butuh waktu lama, Luca langsung menyuruh Sarah untuk segera keluar dari ruangan rumahnya. Dia sudah tahu bahwa wanita yang saat ini ada di dekapannya tengah meminta tolong kepada seorang polisi.
“Aku mohon lepaskan aku... Aku bersumpah, tidak akan ada yang membunuhmu.” lirih Sarah yang mulai merintihkan air matanya. Pistol yang masih Luca arahkan ke kepalanya sungguh membuat adrenalin nya meronta. Apakah pria itu akan membunuhnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Susi Susiyati
q rasa calon suami sarah polisi jg bukn polisi baik.
2024-06-10
2
Rifa Endro
kau menggali lubang kubur mu sendiri Sarah
2024-04-14
1