TEMPAT GANGSTER
Melihat kedatangan para gangster tadi, semua para medis meringkuk ketakutan. Hampir di seluruh kotak di Italia yang sangat meresahkan tentang keberadaan para gangster, dan kini mereka ada di hadapannya.
“Ayo, semuanya turun!” pinta anak buah dari bos gangster tadi.
Sarah terlihat kebingungan dengan usiran mendadak itu, apalagi kendaraan yang dia naiki adalah ambulan, kenapa orang-orang itu menyuruhnya keluar.
“AYO CEPAT...!!” teriak para gangster tadi dengan lantang hingga sopir dan juga perawat medis mulia memilih keluar, toh hanya ada dua pasien saja di sana.
Sarah yang hendak keluar dari ambulan mengikuti temannya yang sudah keluar lebih dulu, tiba-tiba bos gangster tadi mengeluarkan sebuah pistol entah dari mana dia sembunyikan benda berbahaya itu.
Darrr!!!
“Hahh— ” syok melihat seorang pria ditembak mati oleh bos gangster menyebalkan itu, tentunya Sarah melotot hingga menelan ludah bahkan dia terduduk seketika seperti lemas rasanya.
“Pertama kali bagimu dokter?!” ejek pria tampan bermata coklat lumpur itu tersenyum miring. Sarah yang terus memandangi jasad pasiennya tadi, tak berkutik sedikitpun, hingga tak sadar bahwa pria di depannya mulai mengetuk dinding ambulan. “Go.” Perintahnya yang seketika mobil tersebut mulai melaju kembali.
Sarah menoleh ke kanan dan kiri dengan kebingungan dan ketakutan yang luar biasa.
“APA, APA YANG KAU LAKUKAN?” sentak Sarah histeris sendiri.
“Hanya adegan kecil. Aku tidak mungkin membiarkan lukaku seperti ini saja, aku ingin sebuah perawatan khusus.” Kebohongan yang sangat indah. Padahal Sarah sangat tahu, pria gangster sepertinya tak mungkin membutuhkan perawatan medis karena kekebalan tubuhnya.
“Setelah kau membunuh orang tak bersalah, aku tidak akan mau mengobati orang sepertimu.” Ketus Sarah masih mencoba menahan rasa takutnya, apalagi ketika matanya melirik ke jasad pasiennya tadi.
“Dia musuhku.”
“Tapi dia pasienku.”
Kedua orang tadi saling memandang. Jika wajah si pria nampak tenang, berbeda dengan wajah Sarah yang terlihat marah, takut serta bingung.
Entah apa yang membuat Lorenzo de Luca itu tertarik dengan dokter Sarah, yang pasti saat ini dia benar-benar ingin mendapatkannya. Ketertarikannya membuat pria yang kerap kali dipanggil dengan sebutan Luca itu menyeringai kecil.
“Kau tahu kemana arah ambulan ini pergi Nona?” suara Luca terdengar mengerikan, apalagi mode tenang, berasa seperti ditusuk.
Sarah kembali menatap pria tersebut dengan firasat buruk.
“Tempatku!” seketika pria itu tersenyum lebar hingga gigi putihnya terlihat.
Pada saat yang bersamaan, rasanya Sarah sudah terjebak dan berharap semuanya baik-baik saja. Dia baru sadar bahwa yang menyopir ambulan tersebut bukanlah dari rumah sakit lagi. Melainkan anak buah Luca yang entah akan membawanya ke tempat apa dan seperti apa?
Luca yang melihat ketegangan di wajah Sarah, pastinya dia sangat mengerti apa yang wanita itu rasakan saat ini.
“Tetaplah tenang, maka semuanya akan baik-baik saja!” ucapnya tak tahu dosa hingga Sarah menatapnya dengan sorot marah.
...***...
Beberapa jam menempuh perjalanan. Ambulan yang berisikan empat orang dan satu jasad tadi, mulai melintasi sebuah gudang yang sangat besar dan gelap.
Sarah mulai merinding melihat tempat tersebut, jantungnya mulai berdegup kencang. “Kau membawaku ke mana?” tanya wanita itu terlihat panik.
Luca hanya tersenyum miring, lalu memukul satu kali dinding ambulan nya sehingga mobil tersebut berhenti tepat di tengah-tengah gudang yang masih terlihat gelap dan sunyi. Namun Sarah dapat mendengar beberapa langkah kaki di sana.
“Dai (ayo)!”
Pria bernama Luca itu segera turun terlebih dahulu, lalu berdiri tepat di depan pintu belakang ambulan yang kini terbuka lebar, menunggu Sarah turun dari mobil rumah sakit yang menyebalkan itu.
Sambil menyumat rokoknya, Luca masih sabar menunggunya.
“Aku tidak mau turun, dan aku tidak akan turun.” Wanita itu berkata dengan keputusannya, jika dia turun bisa saja para gangster itu melakukan hal yang mengerikan kepadanya. Keringat mulai bercucuran dari kulit Sarah.
“Kalau begitu tetaplah di sana. Sebentar lagi ambulan nya juga akan ku bakar bersama dengan jasadnya.” Ucap Luca dengan santainya seraya menikmati rokoknya. Pria itu berbalik dan terlihat juga darah di lengannya yang tertembak masih merembes keluar.
Sarah tertegun mendengar ucapan pria tersebut. kedua tangannya meremas kursi yang dia duduki. Tiba-tiba dia teringat dengan ponselnya yanga ada di saku mantel dokter yang dia kenakan saat ini.
“One... two.... ” tanpa menunggu waktu yang lama lagi, Sarah langsung turun dari ambulan tersebut.
Senyuman kepuasan terlihat di bibir tipis Luca. Pria itu masih tidak membalikkan tubuhnya, tangan kirinya terangkat seperti memberikan isyarat sehingga lampu di sana mulai menyala. Jdeg!
Betapa terkejutnya Sarah melihat kumpulan pria berpakaian kaos hitam juga jaket kulit hitam. kalung perak serta cincin batu permata menghiasi jari mereka, sama persis dengan penampilan para gangster.
Jumlah mereka sangatlah banyak, Sarah merasa seperti maskotnya yang hanya mengenakan pakaian warna putih juga seorang wanita sendiri.
“Ikuti aku.” Pinta Luca kepada Sarah.
Sarah mengamati orang-orang di sana yang kini menatapnya dengan garang.
“Jangan ada yang menyentuhnya.” Lanjut Luca sekali lagi agar wanitanya tidak ada yang berani menyentuhnya apalagi menyenggolnya sedikitpun.
Sarah benar-benar dibuat jantungan berada di antara penjahat. Bagaimana dia bisa memberitahu seseorang agar membantunya keluar dari sana.
.
.
.
“Kenapa ponselnya mati?” kesal seorang pria berpawakan gagah sama seperti Luca. Namun pria itu berpakaian polisi yang kini berada di ruangannya. Sudah berapa jam dia menunggu kekasihnya menelepon balik, padahal mereka sudah saling berjanji akan bertukar kabar dan menelepon setiap lima jam sekali, atau bertukar pesan.
“Pak! Ada tugas di daerah Corso Cavour, ada pembunuhan antar gangster di sana.” Jelas seorang junior polisi kepada kepala polisi yang kini duduk di kursinya dengan nik nama di atas mejanya <
“Mereka lagi.” Geram pria bernama Tobias itu. Sudah berapa kali kasus yang sama, dan dia masih belum bisa menangkap bos gangster nya.
“Kumpulkan para polisi yang ikut bertugas, kita akan berangkat tiga menit lagi.” Pinta Tobias terlihat garang dan sangat ahli. Diusianya yang sudah menginjak kepala 3, tentu saja dia sudah sangat ahli dalam mengurus kriminal.
...***...
“Masuklah!”
Luca menoleh, tersenyum licik seraya menuangkan minuman keras di gelas yang dia bawa lalu duduk di sofa panjang warna hitam. Sementara Sarah, wanita itu tak menyangka ada rumah semewah milik Luca di dalam gudang.
“Duduklah, dan obati lukaku.” Alasan yang sangat bagus. Pria itu meneguk segelas minuman tadi. Rahangnya yang tegas dan tatapannya yang sangat mempesona, wanita mana yang tidak menyukainya.
“Kau akan berdiri saja dan melupakan tugasmu?”
Sarah langsung kembali dari lamunannya, wanita itu mau tidak mau harus melakukan tugasnya sebagai dokter, toh dia juga sudah terperangkap di sini.
Dengan malas dan kesal, Sarah mulai duduk di sana, sebuah kotak medis juga sudah tersedia di sana. “Siapa nama mu?” seketika Luca menatapnya sedikit terkejut mendengarnya.
Sambil membersihkan luka tembak di lengan bos gangster itu, Sarah juga mulai terlihat tenang meski sebenarnya di dalam hatinya sangat-sangat ketakutan.
“Apa itu penting?”
“Tentu saja. Aku akan menulis namamu agar bisa memberikan penjelasannya di rumah sakit, dan juga obatnya.” Jelas Sarah tanpa menatap wajah Luca.
Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya, bibirnya yang tipis selalu tersenyum miring setiap kali mendengar suara Sarah mengalun.
Keduanya saling beradu pandang.
“Di lihat dari tempatmu, sepertinya kau orang punya. Setidaknya kau harus membayar tagihan rumah sakit, pembakaran ambulan, dan penculikan seorang dokter.” Ketus Sarah lagi-lagi membuat pria bernama Luca itu tak habis pikir dengannya. Namun anehnya, ekspresi wajah Sarah begitu datar seolah itu semua bukan candaan.
...°°°...
Hai guyss!!!!! Maaf ya jika season 2 terlalu membosankan, ini baru permulaan mohon dimengerti 😐🙏
Hanya itu saja.
Thanks and See Ya ^•^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Erni Sasa
mak ini serius bab,y tidak sampe 60 apa sudah tamat?
2025-04-01
1
Nur Bahagia
nah saya suka nih modelan cewe begini.. ceplas ceplos 😅 semoga ga cengeng 🤭
2024-09-29
2
Nur Bahagia
tenang lambemu Luca.. gw aja yg baca ikut deg2an 😅
2024-09-29
1