DOAM — BAB 12

KETIDAKAKURAN POLISI & GANGSTER

Dalam keheningan malam yang terasa sejuk menusuk kulit dimana kata istirahat adalah yang terbaik untuk malam tersebut. Sebelum tidur, Sarah selalu menyempatkan dirinya membaca berita-berita yang ada, entah itu berita lama maupun baru yang menurutnya sangat menarik.

Anehnya? Dia seorang Dokter tapi sangat menyukai dan selalu membaca berita di malam hari— mungkin... efek dari kedekatannya dengan seorang polisi.

Seperti biasa pula, kefokusan Sarah beralih ke arah jendelanya yang masih terbuka. Seperti di film horor, dia merasa aneh setiap kali menatap ke arah jendela. “Hanya kebetulan.” Gumam Sarah meyakinkan diri sendiri.

Namun, hembusan angin yang masuk dari jendela, menarik kembali kefokusan Sarah yang hendak melangkah ke kamarnya. Dengan berani akhirnya Sarah pun berjalan ke arah jendela dan benar. Dia melihat seorang wanita yang sama dengan jaket merah wajah datar namun penuh arti.

-‘Dia manusia! Aku yakin. But why?? kenapa dia selalu datang?’ Batin Sarah cepat-cepat menutup jendelanya dan pergi ke kamar.

Sementara si wanita berjaket merah yang rupanya adalah Zoe, dia terus memandangi ke arah jendela Sarah. “Next will come.” Kata-kata yang Zoe keluarkan sebelum dia beranjak pergi dari sana.

...***...

Malam ini, Luca tidak menyusup ke apartemen Sarah. Ada sesuatu hal yang membuat pikirannya sibuk.

Pria pemilik mata silver itu menatap tajam penuh tanya. Entah apa yang membuatnya bingung? Padahal dia harta sudah punya, kekayaan, kekuasaan Luca memilikinya. Seorang wanita? Dia bisa membelinya kecuali mendapatkan Sarah.

Bukan itu yang kini Luca pikirkan.

Semuanya sirna dalam sekejap ketika salah satu anak buahnya masuk ke dalam ruangannya. “Bos. Mereka sudah menunggumu di Bar Peccato.” Jelas pria dengan pakaian bak seorang preman, dipenuhi dengan tindik dan tatto.

Segera, Luca berdiri dan bersiap pergi. Jika dia mau pergi itu berarti orang-orang yang menunggunya akan bernegosiasi terkait jual-beli.

Selang beberapa jam kemudian. Luca yang sudah berada di bar salah satu seorang pria ternama sekaligus pemilik tempat tersebut merasa disambut dengan datang terbuka.

“Sesuai keinginan mu. Tapi... Sisanya berikan secara diskon hahaha!!!” canda salah satu pria yang merupakan pemilik bar.

Luca hanya tersenyum memandangi wajah orang-orang kaya dan orang-orang yang selalu dianggap berpengaruh karena usah mereka menjadi seorang pengusaha besar.

“Jika sudah selesai, aku pergi dulu.” Pamit Luca hendak berdiri dari duduknya namun dicegah oleh suara seseorang.

“Kenapa buru-buru? Ayo! Ayo kita nikmati malam yang indah ini....” sorak seru seorang pria tampan dengan lesung pipi satu di sebelah kanan. Para pelayan berpenampilan seksi membawakan beberapa minuman alkohol mahal.

Mata Luca memang menatap ke arah kemolekan tubuh para pelayan layaknya pria pada umumnya. Tapi dia tidak menyukai keseruan itu karena tujuan utamanya datang hanya untuk jual-beli barangnya.

“Selamat bersenang-senang!” ucap Luca sebelum dia benar-benar meninggalkan ruangan tersebut.

Pria pemilik senyuman tampan itu berjalan ke arah pintu keluar, tepat di sana dia malah berpapasan dengan seorang pria yang seharusnya tak ingin dia lihat. Tobias Squire.

Luca tersenyum miring bak mengejek pria yang saat ini menatapnya tajam penuh dendam. “Aneh bukan! Seorang polisi datang di bar malam tanpa identitas.” Ujar Luca dengan berani.

Tobias terus menatap tajam pria gangster itu dengan ancaman penuh. “Aku bisa menangkap mu dalam sekejap jika aku mau. Kau terlalu tinggi dan aku akan menjatuhkan mu.” Ancaman Tobias sama sekali tidak membuat Luca bergeming.

“ck. Kau selalu mengatakan hal yang sama! Bagaimana jika kita mengatakan hal lainnya seperti— ” Luca mendekatkan bibirnya ke telinga Tobias namun dengan sedikit jarak.

“Aku mulai tertarik dengan kekasihmu!” Dengan senyum nakal dan liciknya, Luca menjauhkan wajahnya kembali, sedangkan Tobias sudah terlihat sangat marah hingga mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Dia tidak bisa berbuat kasar kepada seseorang, ada banyak orang di sana yang akan menjadi saksinya bila terjadi kerusuhan. Tobias tidak mau pangkatnya sampai turun.

“Aku akan membunuhmu jika itu benar terjadi.” Ancam balik Tobias yang berbisik di telinga Luca hingga lengan kedua pria tadi saling bersentuhan. Setelah mengatakannya Tobias melengos pergi.

Luca membalikkan tubuhnya setengah derajat, menatap ke punggung Tobias yang sudah tak terlihat di lampu gelap ruangan bar. Sambil tersenyum kecil, pria bermanik mata cokelat lumpur itu melangkah pergi. “Fuck him!” gumam Luca menikmatinya.

...***...

Jam menunjukkan pukul 10 pagi. Seperti biasa, keadaan di kota Verona cukup padat dengan orang-orang yang melakukan aktivitas mereka. Tepat di sebuah Gereja tua dengan gaya sejarah jaman dulu namun dengan sedikit kemodernan nya, sungguh terlihat indah.

Andriano tersenyum lebar beserta sang istri tercintanya ketika mereka harus menemui beberapa anak panti asuhan di sana. Ya! Dia adalah seorang pengusaha yang sudah menginjak kepala empat, namun takdir masih tidak memberikan keturunan.

“Anak-anak, bersikap baiklah dengan Tuan dan Nyonya Benito!” ujar seorang biarawati yang tersenyum ramah kepada anak-anak didiknya. Melihat hal itu, mereka bersorak sopan dan senang, begitu juga dengan Andriano dan istrinya Pretty Benito.

“Bisakah kau memberikan kami waktu sebentar bersama anak-anak ini? Please!” tanya wanita bernama Pretty itu kepada sang biarawati.

“Tentu silahkan! Saya akan menunggu.” Seusai memberikan izinnya, wanita berkerudung itu melangkah pergi. Kini, di taman yang terbuka luas, terlihat Andriano dan Pretty tengah memberikan sebuah cerita untuk anak-anak panti tadi.

“Coba ceritakan tentang Santa Claus!!!” seru anak-anak tadi kepada Andriano.

“Baiklah! Baiklah... Sesuai keinginan kalian!!!” balasnya dengan suka riang.

Terlihat kebahagiaan yang sangat besar dinanti oleh kedua pasangan tersebut untuk memiliki seorang anak.

Tanpa di sadari, di depan pagar pembatas antara taman Gereja dan jalanan setapak, seorang wanita berjaket merah tengah mengawasinya dengan tatapan datar. Kebahagiaan yang Andriano dan istrinya rasakan saat ini seakan menusuk sang wanita berjaket merah itu yang rupanya adalah Zoe.

Zoe mengamatinya dengan saksama tanpa beranjak dari tempatnya. Sorot matanya yang tajam terus memperhatikan gerak-gerik serta senyuman pria tua bernama Andriano itu. Hingga cukup lama dia berada di sana, ketika mulai puas, ia pun segera pergi dengan santainya.

Biarawati yang tadinya sempat berbincang dengan Mr & Mrs Benito tadi, tanpa sengaja melihat kepergian Zoe yang awalnya mengamati taman Gereja dengan ekspresi tenang dan datar. Tidak ada kecurigaan dari sang biarawati tersebut, hanya ada senyuman tipisnya. “Semoga Tuhan memberkatinya!” doa nya untuk seorang kriminal.

.

.

.

“Di mana alamatnya?” tanya Sarah kepada seorang perawat wanita yang juga ikut dengannya.

Perawat bernama Emi itu menunjukkan sebuah kertas yang sudah tercantum alamat rumah seseorang. Sarah terpaksa mengunjungi tempat tersebut karena permintaan langsung dari seorang pasien.

“Tapi ini apartemen?” tanya Sarah keheranan ketika titik lokasi mereka sampai di sebuah apartemen berbintang yang cukup terkenal.

“Mungkin orangnya emang tinggal di sana!” jawab Emi. Benar juga, mungkin saja pasien itu tinggal di sebuah apartemen sama sepertinya.

Tak lagi pusing memikirkan tempat tinggal seorang pasien, akhirnya Sarah dan Emi segera masuk ke gedung tinggi tersebut, menemui seseorang yang akan dia rawat di sana.

Terpopuler

Comments

Diah Anggraini

Diah Anggraini

lanjut ya Ka

2024-04-22

1

Sthefha LoeBiez OzieXzz

Sthefha LoeBiez OzieXzz

anak nya Zoe ada di panti itu , makin kesini makin banyak pemeran nya .
atau hanya itu itu aja

2024-04-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!